Agrowisata dengan Sajian Pangan Lokal Berpotensi untuk Dikembangkan
Sejumlah potensi pengembangan agro edu wisata tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Diharapkan terus berkembang dengan mengangkat kearifan lokal setempat, hingga akhirnya berdampak pada ekonomi lokal.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Agrowisata berpotensi kian menggeliat seiring tren berwisata di luar ruang selama pandemi Covid-19. Dengan menawarkan penganan lokal, ada nilai lebih bagi pengunjung yang akhirnya membagikan kesan dan pengalaman mereka di media sosial. Strategi ini berdampak positif bagi perekonomian setempat.
Salah satu destinasi agrowisata adalah Daringan Kesongo Culture di Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Memanfaatkan tanah kas desa yang tidak produktif, seluas 8.800 meter persegi, pemerintah desa membangun wisata kuliner di tepi sawah yang mulai beroperasi pada Agustus 2021. Destinasi itu juga menghadap Danau Rawa Pening.
Selain nuansa pematang sawah dan danau, pengunjung juga disajikan sejumlah penganan lokal, salah satunya oseng genjer atau paku rawa yang tumbuh subur di sana. Juga, ikan nila dan mujair yang ditangkap para nelayan Rawa Pening. Selain itu, disajikan pula olahan ubi, singkong, dan bunga teratai.
”Makanan yang kami tawarkan, 75 persen merupakan penganan lokal, juga dengan memberdayakan warga. Di tengah pekan, omzet sekitar Rp 5 juta, sedangkan akhir pekan sekitar Rp 25 juta,” kata Kepala Desa Kesongo Supriyadi saat dihubungi, Jumat (7/1/2022).
Supriyadi menambahkan, ke depan, pengembangan akan terus dilakukan karena wisata di ruang terbuka tengah banyak diminati. Bahkan, Daringan Kesongo Culture mendapat promosi gratis dari pengalaman yang dibagikan pengunjung melalui media sosial. Pada ulasan di Google, misalnya, ada 253 ulasan dengan skor 4,5 dari 5.
Sekitar 3,5 kilometer ke arah utara dari Daringan Kesongo Culture terdapat Perkebunan dan Tlogo Resort Tuntang, yang dikelola Perusahaan Daerah Citra Mandiri Jawa Tengah (CMJT), salah satu badan usaha milik daerah Pemerintah Provinsi Jateng. Menurut rencana, area itu akan dijadikan destinasi agrowisata yang dikoneksikan dengan rest area di Jalan Tol Semarang-Solo yang hendak dibangun.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Jateng Peni Rahayu mengatakan, pembangunan area istirahat bagian dari upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan tersambungnya Jalan Tol Trans-Jawa. Menurut dia, izin dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sudah dikantongi. Rencana induk pengembangan dan investor pun sudah ada.
”Nantinya akan terintegrasi antara rest area dan tempat wisata. Pengunjung rest area dapat berkeliling di area (perkebunan) Tlogo serta melihat Danau Rawa Pening dari ketinggian. Mudah-mudahan dapat segera diwujudkan,” kata Peni, beberapa waktu lalu.
Edukasi
Sementara itu, di Kelurahan Mulyaharja, Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat, terus berkembang Agro Edu Wisata Organik (AEWO). Keberlangsungan obyek itu, antara lain, berdampak pada peningkatan jumlah pekerjaan dan penurunan angka pengangguran. Telah terserap 16 tenaga kerja di AEWO tersebut.
Penyuluh Pertanian Lapangan Kelurahan Mulyaharja, Imam Hanafi, mengatakan, AEWO tersebut telah memiliki 35 home stay yang dikelola masyarakat. Juga ada pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), baik pedagang, pemilik warung, maupun penjual suvenir.
Wisata alam, desa dan olahraga menjadi perpaduan pengembangan pariwisata di sekitar Candi Borobudur seperti di Balkondes Ngargogondo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (29/5/2021).”Alhamdulillah dari Januari hingga Oktober 2021 ada sekitar 45.000 pengunjung. Dari penjualan tiket, pemasukan lebih kurang Rp 450 juta, sedangkan UMKM dan pendapatan lainnya sekitar Rp 500 juta,” ujarnya dalam webinar Bimtek ”Potensi AEW Tanaman Pangan sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi Wilayah” yang digelar Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Rabu (5/1).
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi dalam webinar itu menjelaskan, pihaknya terus mendorong pengembangan Agro Edu Wisata (AEW). Diharapkan terbangun dua aktivitas bersamaan, yakni agro dan wisat sehingga dapat menghasilkan nilai tambah.
”Akan ada unsur edukasi dan proses budidaya dengan beragam komoditasnya, juga hilirisasi. Jadi, secara tidak langsung, agrowisata ini menjadi promosi dan pemasaran yang efektif ke mancanegara. Obyek-obyek semacam ini agar digencarkan promosi produk pangan lokalnya,” ucapnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Junaedy, Selasa, mengatakan, seperti yang didorong pemerintah, konsentrasi pengembangan pariwisata saat ini terletak pada kunjungan wisatawan domestik. Pasalnya, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) belum pulih akibat merebaknya penularan virus korona varian Omicron.
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik, pada Januari-November 2021 tercatat 1,48 juta kunjungan wisman atau anjlok 61,82 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020. Jumlah tersebut masih jauh dari Januari-November 2019 yang sebanyak 14,7 juta kunjungan wisman. Pemerintah menargetkan kunjungan wisman pada 2022 berkisar 1,8 juta-3,6 juta orang dengan perolehan devisa berkisar 470 juta dollar AS-1,7 miliar dollar AS.