Realisasi pembangunan jalan tol di Indonesia baru sekitar 2.500 kilometer (km) atau 13,8 persen dari rencana umum yang mencapai 18.000 km. Oleh karena itu, peluang investasi di jalan tol dinilai terbuka lebar.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini / Mediana
·4 menit baca
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Tempat istirahat di Jalan Tol Trans-Jawa ruas Semarang-Solo Km 456 di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (14/12/2021). Tempat istirahat di sisi kiri dan kanan jalan tol ini memiliki jembatan penghubung antartempat istirahat.
JAKARTA, KOMPAS — Peluang investasi jalan tol di Indonesia dinilai masih sangat terbuka karena kebutuhannya sangat besar. Rencana umum pembangunan jalan tol di Tanah Air mencapai panjang 18.000 kilometer, tetapi realisasinya baru 2.500 kilometer.
Kepala Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit, pekan lalu, menyatakan, selain realisasinya yang masih relatif kecil, pelaku usaha di bisnis tol masih sangat terbatas. Dengan kebutuhan investasi yang sangat besar, maka selain peran bank pemerintah dan bank swasta, peran dari bank daerah dan bank internasional pun dibutuhkan.
Pihaknya mendorong investasi swasta mengalir ke proyek jalan tol. Sejauh ini, investasi swasta telah banyak masuk, antara lain Tol Cipali dari dana pensiun Kanada, dan Tol Solo-Ngawi-Kertosono dengan investor dari Hong Kong. Selain itu, divestasi ruas tol agar badan usaha mendapat modal baru untuk mengembangkan bisnis ke ruas tol lain.
Danang menambahkan, pihaknya sedang memproses lelang proyek tol pada triwulan IV (Oktober-Desember) 2021, seperti akses Patimban, Tol Bandung-Cilacap, Tol Kamal- Teluknaga-Rajeg-Balaraja (Kataraja), ruas Tol JORR Cikunir-Ulujami, dan jalan tol di Bali.
Adapun pada triwulan I (Januari-Maret) 2022 terdapat tujuh ruas yang akan dilelang, yakni Jalan Tol Semanan-Balaraja (32,39 km), Jalan Tol Cikunir-Karawaci (40 km), dan Jalan Tol Semarang Harbour (20,8 km). Selain itu, Jalan Tol Malang-Kepanjen (29,79 km), Jalan Tol Sukabumi-Ciranjang (28 km), dan Jalan Tol Ciranjang-Padalarang (28 km).
Selain potensi pengembangan ke depan, sisi bisnis jalan tol pun dinilai berpotensi. Menurut Danang, lalu lintas harian di Tol Trans-Jawa yang turun karena dampak pandemi Covid-19 kini mulai pulih dan mendekati kondisi sebelum pandemi.
Hingga saat ini, pengelola jalan tol di Tol Trans-Jawa tidak mengalami gagal bayar pinjaman ke bank. ”Dari aspek transaksi, Tol Trans-Jawa cukup sehat, membuktikan mobilitas di Tol Trans-Jawa terjaga. Secara bisnis, tidak ada yang gagal bayar ke bank,” katanya.
Tidak efisien
Rektor Universitas Paramadina Didik J Rachbini, saat dihubungi di Jakarta, Senin (20/12/2021), berpendapat, proyek jalan tol berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hanya saja, masalah yang kini dihadapi Indonesia ialah inefisiensi. Ongkos investasi proyek infrastruktur dan investasi lainnya naik dua kali lipat dibandingkan pada masa Orde Baru.
”Letak masalahnya bisa jadi ada di birokrasi dan praktik mark up atau kesenjangan antara biaya produk atau layanan dan harga aktualnya. Hal seperti ini perlu dibenahi,” ujarnya.
Salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengukur efisiensi ekonomi adalah angka incremental capital output ratio (ICOR). Indikator ini menghitung pertambahan luaran (output) ekonomi dari setiap investasi. Makin tinggi angka ICOR, berarti makin boros atau tidak efisien.
Pada 2019, ICOR Indonesia 6,77. Artinya untuk menghasilkan tambahan output ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) Rp 1, diperlukan investasi Rp 6,77. Angka itu lebih tinggi daripada ICOR tahun 2018 sebesar 6,44. Sebagai perbandingan, angka ICOR Filipina 3,7; Thailand 4,5; Malaysia 4,6; dan Vietnam 5,2 (Kompas, 26/10/2021).
Deputy CEO Indonesia Investment Authority (INA) Arief Budiman mengatakan, seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia, kebutuhan infrastruktur memiliki prospek jangka panjang yang baik. Pandemi berpengaruh terhadap pembangunan jalan tol, tetapi dalam jangka menengah dan panjang, dia optimistis, kembali positif.
INA dengan Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) dari Uni Emirat Arab, APG dari Belanda, dan Caisse de dépôt et placement du Québec (CDPQ) dari Kanada telah menandatangani kesepahaman untuk mengalokasikan sekitar 3,75 miliar dollar AS dalam bentuk ekuitas.
Menurut Arief, ekuitas itu dapat dimanfaatkan (leverage) kembali. ”Kami tengah mengevaluasi dan diskusi dengan Hutama Karya dan Waskita Karya,” ujarnya.
Kendaraan mencoba transaksi nontunai di Gerbang Tol Kertajati Utama yang menghubungkan jalan tol dengan Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka, Senin (20/12/2021). Kini, Bandara Kertajati terhubung dengan ruas Jalan Tol Cikopo-Palimanan. Integrasi ini diharapkan mengembangkan perekonomian daerah.
Akses Kertajati
Akses tol menuju Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, mulai beroperasi Senin (20/12). Integrasi tol dan bandara itu diharapkan memicu pengembangan kawasan Cirebon-Patimban-Kertajati. Namun, kehadiran Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan atau Cisumdawu masih dinantikan.
Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat John Wempi Watipo saat meresmikan pengoperasian akses itu mengatakan, Tol Cisumdawu memberi manfaat kepada pengguna Bandara Kertajati. ”Sebab, (Cisumdawu) memangkas jarak dan waktu tempuh dari Bandung ke Kertajati sekitar 50 persen. Saat ini jaraknya sekitar 160 kilometer, sedangkan dengan Cisumdawu menjadi sekitar 60 kilometer,” ujarnya. (LKT/MED/IKI)