Destinasi Wisata Daerah Butuh Pendampingan untuk Bangkit
Setelah hampir dua tahun terdampak pandemi Covid-19, desa wisata memerlukan dukungan pendampingan untuk pulih dan bangkit, termasuk dukungan perbankan dalam hal permodalan.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling terdampak pandemi Covid-19. Dua tahun terakhir, geraknya terimpit kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat guna menekan angka penularan virus. Sejalan dengan surutnya mobilitas, segenap usaha pendukung sektor pariwisata redup, seperti hotel dan restoran.
Tak hanya destinasi prioritas dan favorit, obyek-obyek wisata di daerah yang beberapa tahun terakhir muncul pun terdampak. Namun, geliat mulai tampak seiring pelonggaran mobilitas masyarakat beberapa bulan terakhir. Kamar-kamar hotel mulai terisi, rumah makan dan restoran buka lagi, sementara para pengelola obyek wisata membuka pintu lagi.
Geliat itu terasa di beberapa desa wisata. Tak terkecuali di Desa Wisata Nglanggeran di Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang baru saja mendapatkan penghargaan sebagai desa wisata terbaik atau Best Tourism Village 2021 dari Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO).
Pencapaian itu diharapkan menular ke desa-desa wisata lain di segenap penjuru Nusantara. Namun, usaha untuk mencapainya tidak mudah. Para pengelolanya membutuhkan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas dan mengoptimalkan potensinya. Pendampingan antara lain berupa pelatihan manajemen dan pemasaran serta dukungan permodalan.
Sekretaris Desa Wisata Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sugeng Handoko mengatakan, guna meningkatkan kapasitasnya, destinasi wisata memerlukan dukungan dari perbankan. ”Pendampingan dan (bantuan) permodalan itu membantu kami,” ujar Sugeng saat ditemui di Desa Nglanggeran, Jumat (17/12/2021).
Desa Wisata Nglanggeran menawarkan wisata alam Gunung Api Purba, penginapan warga (homestay), produk olahan cokelat, dan layanan spa herbal.
Ia menjelaskan, Desa Wisata Nglanggeran sudah merasakan bantuan pendampingan perbankan sejak 2012. Saat itu, Nglanggeran berhasil menjadi juara pertama lomba ”Mandiri bersama Mandiri” yang diselenggarakan Bank Mandiri. Desa Wisata Nglanggeran berhasil menjadi yang terbaik di kategori pariwisata semi-established.
Kala itu, Desa Wisata Nglanggeran memperoleh hadiah Rp 30 juta dan hibah pengembangan usaha senilai Rp 300 juta. Uang itu kemudian digunakan untuk membangun Nglanggeran Mart, toko ritel yang menjual produk-produk potensi desa, seperti susu cokelat bubuk dalam kemasan, dodol cokelat, hingga cokelat batangan.
Sejak itu, Nglanggeran terus berkembang. Pada awal Desember 2021, Desa Wisata Nglanggeran memperoleh penghargaan Best Tourism Village 2021 dari UNWTO. Penghargaan itu melengkapi sejumlah capaian Nglanggeran sebelumnya, seperti Desa Wisata Terbaik ASEAN tahun 2017 dengan konsep Community Based Tourism, serta predikat Desa Wisata Berkelanjutan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Atturidha menyatakan, pariwisata menjadi salah satu sektor yang terdampak pandemi Covid-19. Alhasil, para pelaku industri pariwisata di wilayah di Indonesia yang banyak menjadi destinasi turis Internasional, seperti Bali dan Yogyakarta, mengandalkan kunjungan wisatawan lokal.
”Kami siap mendukung inisiatif pemerintah atau pemangku lain terkait upaya menjaga keberlangsungan hidup pelaku usaha pariwisata, baik melalui perlakuan khusus berupa restrukturisasi maupun pemberian kredit melalui pembiayaan bersubsidi dalam skema KUR (kredit usaha rakyat),” kata Rudi.
Dia melanjutkan, penyaluran KUR ke sektor pariwisata merupakan bentuk komitmen meningkatkan dan memperluas akses pembiayaan kepada usaha produktif serta meningkatkan kapasitas daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), termasuk yang terkait dengan pariwisata.
Bank Mandiri sendiri secara aktif menyalurkan KUR ke sektor pariwisata. Sepanjang Januari-November 2021, Bank Mandiri menyalurkan KUR sektor pariwisata sebesar Rp 4,79 triliun kepada lebih dari 44.000 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah.
”Saat ini, perekonomian masyarakat sudah menunjukkan perbaikan dan terus meningkat. Kami berharap tren ini dapat terus berkembang sehingga memberikan dampak positif pada sektor usaha lainnya, seperti pariwisata," ujarnya.
Pelaksana Tugas Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY Miyono menjelaskan, kegiatan ekonomi DIY ditopang oleh pariwisata. Ketika pandemi melanda, jumlah wisatawan ke DIY pun menurun sehingga sektor pariwisata ikut terkena dampaknya. Saat itulah perlu peranan lembaga keuangan, baik dalam bentuk pendampingan maupun tambahan modal usaha.