Perubahan akibat pandemi Covid-19 dialami sektor pariwisata. Pelaku industri beradaptasi agar masyarakat aman dan nyaman berwisata.
Oleh
AGE/LKT/JUD/CAS
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal dalam perekonomian, termasuk di sektor pariwisata. Perilaku masyarakat saat melancong akan berubah, menyesuaikan dengan kondisi terkini dan protokol kesehatan.
Mengutip artikel di laman Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO) dan Bank Pembangunan Asia (ADB), sektor pariwisata terkena pukulan paling keras dari pandemi Covid-19. Sektor ini diperkirakan perlu waktu cukup lama untuk pulih daripada sektor-sektor lain.
Sekretaris Jenderal UNWTO Zurab Pololikashvili menyebutkan, pandemi Covid-19 mengakibatkan jumlah wisatawan anjlok dalam tempo seketika. Kondisi ini, antara lain, membuat masyarakat kehilangan pekerjaan di sektor pariwisata.
”Perlu membuat prioritas dan pengelolaan secara bertanggung jawab saat memulai kembali industri pariwisata,” kata Pololikashvili dalam laman UNWTO yang dikutip Minggu (28/6/2020).
Indonesia berencana menggerakkan kembali sektor pariwisata.
Terkait hal itu, Direktur Komunikasi Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Martini Mohammad Paham menyampaikan, pemulihan sektor pariwisata dibagi dalam tiga tahap, yakni tanggap darurat, pemulihan, dan normalisasi. Saat ini, kendati sejumlah sektor lain memasuki tahap pemulihan dan normalisasi, pariwisata masih pada tahap tanggap darurat.
”Kapan tahap pemulihan itu dimulai? Hal itu sangat bergantung pada kondisi kita semua. Apakah masyarakat sudah bisa memulai aktivitas normal baru yang terbiasa dengan protokol kesehatan baru, seperti memakai masker dengan tertib dan sadar menjaga jarak?” kata Martini, pekan lalu.
Berdasarkan kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dipaparkan dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR, beberapa waktu lalu, sektor pariwisata baru bisa pulih seperti kondisi sebelum pandemi pada 2024.
Secara terpisah, Direktur Industri, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Bappenas Leonardo Teguh Sambodo mengatakan, pemulihan sektor pariwisata sangat terkait dengan kebijakan penanganan Covid-19 di banyak negara. Beberapa negara masih membatasi warga negaranya untuk bepergian. Maka, untuk sementara, pemulihan pariwisata bergantung pada wisatawan lokal.
Pemerintah akan memantau situasi penanganan Covid-19 di sejumlah provinsi destinasi pariwisata prioritas sebelum menentukan kesiapan sektor pariwisata memasuki tahap pemulihan dan normalisasi.
Leonardo menambahkan, pemulihan sektor pariwisata diprioritaskan karena memberi dampak berganda terhadap pemulihan sektor-sektor lain. Sebab, pariwisata berkaitan dengan sejumlah industri, di antaranya transportasi, makan dan minum, perdagangan, serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Pemulihan sektor pariwisata diprioritaskan karena memberi dampak berganda terhadap pemulihan sektor-sektor lain.
Terkait rencana mengaktifkan kembali kegiatan pariwisata, sejumlah destinasi wisata andalan menyesuaikan diri dengan kondisi normal baru. Langkah itu dilakukan pengelola Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.
Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Badan Otorita Borobudur Bisma Jatmika mengatakan, pemulihan sektor pariwisata harus dilakukan bertahap meskipun akan memakan waktu lebih lama daripada sektor lain.
”Kami mengikuti kebijakan pemerintah. Saat ini industri mulai mengaktifkan lagi destinasi meskipun bertahap,” katanya.
Salah satu bentuk adaptasi kegiatan wisata di masa pandemi Covid-19 adalah membatasi jumlah pengunjung.
Untuk tahap awal, tambah Bisma, pemulihan industri pariwisata bisa mengandalkan turis domestik.
Namun, Bisma memperkirakan perilaku wisatawan akan berubah di masa pandemi Covid-19. Wisatawan diprediksi memilih menginap di vila atau rumah pribadi ketimbang di hotel. Alasannya, jumlah tamu di vila lebih terbatas daripada di hotel.
Selain itu, daya beli masyarakat yang berkurang mesti dihadapi pelaku industri pariwisata dengan menyiapkan paket wisata yang terjangkau.
Secara terpisah, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengemukakan, kebangkitan pariwisata sangat bergantung pada pergerakan manusia.
”Sepanjang ada kepercayaan orang untuk bepergian dengan aman dan nyaman, pariwisata akan meningkat. Sebaliknya, kalau (orang) tidak nyaman, (pariwisata) sulit meningkat,” kata Hariyadi.
Rasa percaya orang untuk bepergian itu diungkapkan Y Donny Rudinatha (24), warga negara Indonesia yang tengah menempuh studi di Austria. Ia sudah merasa aman dan nyaman untuk bepergian ke sejumlah obyek wisata di Austria.
Alasannya, antara lain, Pemerintah Austria berhasil meyakinkan masyarakat perihal keamanan saat berwisata. (AGE/LKT/JUD/CAS)