Bank Digital Berlomba Menggaet Kepercayaan Pengguna
Bank-bank digital baru muncul dan jumlahnya terus bertambah di tengah digitalisasi yang melaju cepat. Bagaimana bank mesti bertahan dan memenangi persaingan? Mereka kini berlomba untuk memperebutkan kepercayaan pengguna.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
Jumlah bank digital diprediksi terus bertambah. Pandemi Covid-19 yang mempercepat digitalisasi dalam segala aspek kehidupan, termasuk layanan jasa perbankan, serta hadirnya peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang permodalan inti bank dan perihal bank digital, mendorong perbankan membentuk bank digital.
Bank-bank digital baru terus muncul. Namun, bagaimana perkembangannya ke depan serta bagaimana mesti bertahan dan memenangi persaingan? Semua berlomba untuk meyakinkan masyarakat agar percaya dan mau menggunakan layanannya.
Menurut Vice President Digital Banking Product Bank Mandiri Budi Prasetyo, di tengah munculnya bank-bank digital baru, pihaknya optimistis bisa memenangi persaingan. Ia menilai kunci memenangi persaingan adalah kepercayaan masyarakat. ”Masyarakat, kan, memercayakan uangnya ke institusi perbankan. Bisnis ini adalah masalah kepercayaan,” ujar Budi dalam lokakarya yang digelar Bank Mandiri di Yogyakarta, Kamis (16/12/2021).
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Atturidha menjelaskan, ketimbang membuat bank digital baru, pihaknya memanfaatkan nasabah lama (existing) untuk beralih ke aplikasi Livin’. Sejak dirilis pada Oktober lalu, pengguna Livin’ kini mencapai 5 juta.
”Daripada membuat aplikasi atau bank baru, butuh waktu untuk membangun kepercayaan dan mencari jumlah pengguna yang diinginkan, lebih baik menggunakan brand dan manajemen Bank Mandiri yang sudah dipercaya masyarakat,” ujar Rudi.
Atas dasar itu, Bank Mandiri memutuskan tidak membuat anak usaha yang terjun langsung menjadi bank digital, seperti Bank Digital BCA atau Bank Raya dari BRI. Bank Mandiri memutuskan membuat aplikasi layanan perbankan digital Livin’ by Mandiri.
Ia menjelaskan, lewat optimalisasi layanan digital itu, Bank Mandiri mendorong transaksi nasabah ke kanal digital. Hingga September 2021, sebanyak 98,6 persen transaksi perbankan Bank Mandiri telah beralih ke digital.
Total transaksi finansial Livin’ sampai November 2021 mencapai lebih dari Rp 1.500 triliun dengan pengunduh lebih dari 9 juta pengguna. Sementara transaksi wholesale Bank Mandiri hampir menyentuh Rp 11.000 triliun per akhir November 2021.
Kolaborasi
Sebelumnya, Direktur Utama Bank Raya Kaspar Situmorang meyakini akan muncul bank-bank digital baru dalam 3-5 tahun ke depan. Ada dua faktor yang mendorong pertumbuhan bank digital. Pertama, ada perubahan cara nasabah memanfaatkan layanan perbankan, yakni dari konvensional menjadi digital. Nilai transaksi melalui saluran digital terus meningkat jumlahnya. Kedua, peraturan Otoritas Jasa Keuangan yang mendorong konsolidasi.
Menurut Ketua Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Adrian Gunadi, pelaku usaha teknologi finansial (tekfin) pinjaman antarpihak menganggap kehadiran bank digital sebagai peluang sekaligus tantangan. Peluang yang tercipta adalah kolaborasi untuk memperluas jangkauan dengan memadukan kemampuan tekfin dan perbankan. ”Kami bisa berperan untuk mendorong inklusi dengan kolaborasi antara tekfin dan bank digital,” ujar Adrian.
Menurut Kaspar, berdasarkan studi yang dilakukannya, bank digital yang bertahan dan meraih keuntungan di negara lain adalah yang memiliki banyak saluran atau jaringan untuk menjangkau debitor atau nasabah. Salah satu upayanya adalah kolaborasi dengan tekfin untuk memperluas ekosistem digital.
”Pemenang persaingan bank digital adalah mereka yang memiliki saluran yang luas,” ujar Kaspar.