Potensi Pasar Digital Besar, Presiden: Jangan Diambil Orang Lain
Pada 2019, volume ekonomi digital Indonesia 40 miliar dollar AS dan meningkat menjadi 77 miliar dollar AS tahun ini. Pada 2025, volume ekonomi digital diperkirakan mencapai 146 miliar dollar AS.
Oleh
Nina Susilo
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia memiliki potensi pasar digital yang sangat besar dan terus berkembang cepat. Strategi supaya tidak tertinggal dalam kemajuan digital dunia perlu disiapkan secara komprehensif.
Presiden Joko Widodo menegaskan, ekonomi digital Indonesia akan tumbuh jika infrastruktur digital siap, talenta-talenta digitalnya ada, pemerintahan digitalnya siap, demikian pula regulasi-regulasi digitalnya siap. ”Saya ingin membangun pemerintahan digital, tetapi ini juga tidak mudah,” ujarnya dalam sambutan pada acara peresmian Gerakan Akselerasi Generasi Digital yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (15/12/2021).
Hadir pula dalam acara ini Menteri Sekretaris Negara Pratikno; Menteri BUMN Erick Thohir; Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim; Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate; serta pendiri Narasi, Najwa Shihab.
Nadiem Makarim dalam monolognya di acara itu mengatakan, semua perusahaan unicorn di Indonesia mengalami satu masalah yang sama, yakni talenta. Karena itu, diperlukan kecepatan dalam membentuk talenta-talenta di dunia teknologi.
Presiden Joko Widodo juga mengingatkan, menyiapkan talenta digital dalam jumlah besar dengan waktu singkat tak mudah. Namun, hal ini perlu dilakukan untuk mengatasi ketertinggalan dari negara-negara yang lebih maju, bahkan melompat jauh.
Sebab, Indonesia memiliki potensi pasar digital yang sangat besar. Sepanjang 2019, volume ekonomi digital Indonesia 40 miliar dollar AS dan menjadi 47 miliar dollar AS pada 2020. Tahun ini, kenaikan sudah mencapai 49 persen menjadi 77 miliar dollar AS. Pada 2025 volume ekonomi digital Indonesia diperkirakan sudah sekitar 146 miliar dollar AS.
”Potensi pasarnya ini besar, jangan yang mengambil nanti orang lain,” kata Presiden.
Perusahaan rintisan di Indonesia saat ini 2.319 dengan satu decacorn dan tujuh unicorn. Ke depan, semua , diharapkan terus bertambah.
Semua masyarakat Indonesia harus siap menghadapi kemajuan digital dunia. Aktivitas masyarakat berubah menjadi serba digital karena pandemi Covid-19.
”Kita lihat logistik. Logistik naik 60 persen akibat penggunaan delivery, e-groceries sehingga naik 60 persen, konsumen digital juga naik 10,2 persen, ini yang konsumen barunya, tambahan konsumen barunya 10,2 persen, transaksi e-money naik 55 persen per Oktober 2021. Semuanya naik, naik, naik, naik,” tuturnya.
Untuk mengatasi ketertinggalan, menciptakan talenta digital menjadi mutlak perlu. Untuk itu, Presiden juga meminta semua perusahaan besar di bidang teknologi mendukung generasi muda mengembangkan kompetensinya dalam dunia digital.
”Saya meminta semua perusahaan teknologi, semua perusahaan besar agar mau ditempati untuk magang mahasiswa-mahasiswa kita, anak-anak kita agar secepatnya semuanya berubah, mindset digital ada, skill digital ada sehingga terbentuk sebuah kultur digital di negara kita,” tambahnya.
Presiden juga meyakini kolaborasi yang digagas oleh Kementerian BUMN melalui pendanaan Merah Putih Fund, Narasi melalui Indonesia Digital Tribe, serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Microcredentials bisa mempercepat pembangunan ekosistem digital.
Erick menambahkan, Indonesia perlu menciptakan ekosistem digitalnya dan memastikan ekosistem ini menang. Tantangan yang dihadapi saat ini akan semakin berat karena itu perlu didorong ada superhero-superhero baru untuk menghadapinya. Namun, perlu kolaborasi, baik pemerintah, sektor swasta, pendidikan, maupun masyarakat. Kementerian BUMN melalui Merah Putih Fund akan menyediakan pendanaan untuk membangun ekosistem digital ini.
Adapun melalui dunia pendidikan, Nadiem mengatakan telah disiapkan tiga program. Pertama, mendorong mahasiswa mengikuti magang di perusahaan-perusahaan teknologi selama satu semester dengan nilai 20 SKS. Dalam program magang bersertifikat dan project-study independen, perusahaan menjadi semacam mini-universitas.
”Saat anak-anak kita lulus, saat umur 21 sudah punya banyak jurus. Ini yang dimaksud dengan kampus merdeka,” ujar Nadiem.
Program lainnya adalah mendorong para praktisi di bidang teknologi untuk mengajar di kampus-kampus sebagai dosen paruh waktu. Hal ini diharap bisa mempercepat transfer pengalaman. Program ketiga adalah program wirausaha untuk menyesuaikan ide-ide brilian yang dimiliki anak-anak muda dengan mentor-mentor dari dunia bisnis melalui inkubasi wirausahawan muda.
Dua program terakhir ini, menurut Nadiem, akan diluncurkan tahun depan. Semua ini diharap bisa mengejar ketertinggalan, bahkan melakukan lompatan pada ekosistem digital.
Adapun Najwa Shihab mendorong melalui program Indonesia Digital Tribe, forum untuk mendorong kemampuan digital warga usia 15-30 tahun melalui pembekalan keterampilan digital, pola pikir digital, yang kemudian didorong menelurkan ide di berbagai bidang.