Kunci Transformasi Digital adalah Adaptasi
Pemahaman tentang transformasi digital perlu memperoleh perhatian kita untuk membuat kehidupan menjadi lebih bergairah. Teknologi ini mudah. Hambatan utamanya perubahan pola-pikir. Solusinya adalah adaptasi.
Sadar atau tidak sadar kita sudah masuk dalam era digital. Manfaat fasilitas ini akan terus bertumbuh berlipat dua setiap dua tahun, sesuai dengan hukum Moore, bahkan bertumbuh secara eksponensial dalam penggunaan organisasi ataupun masyarakat.
Digitalisasi berarti apa pun, baik suara, tulisan, video, dokumen atau gambar, dapat dikonversi dalam bentuk digital di komputer atau telepon pintar sehingga setiap orang memperoleh nilai dan dapat menikmatinya.
Digitalisasi merupakan peluang yang perlu diraih semua organisasi, dunia usaha dan pelaku bisnis atau warganet. Digitalisasi dapat merubah atau mentransformasi gaya hidup apa saja, terutama orang yang super sibuk, orang iseng atau penganggur.
Transformasi digital membantu orang memberi petunjuk bagaimana mewujudkan apa yang diinginkannya, tinggal tulis saja di komputer. Dalam bisnis, strategi digital memberi jurus jurus meraih peluang bisnis, bahkan memberi jalan mencapai keunggulan daya saing, atau menjadi hebat kinerjanya. Pemain UMKM tinggal kutak-kutik komputer, tanpa konsultan, bisa dapat inspirasi baru untuk menyesuaikan dengan keinginan konsumen.
Apa makna digitalisasi bagi kita? Manusia ingin nyaman dengan peningkatan produktivitas, efisiensi, kecepatan, dan kelancaran. Dengan bantuan digitalisasi, hidup kita menjadi lebih mudah. Kita hanya perlu mengenali, mengetahui cara memanfaatkannya, dan saling beradaptasi. Teknologi digital menjawab permintaan kita, sekaligus kita mengikuti proses kerja teknologi ini. Mudah dilaksanakan dan tidak sulit.
Hidup menjadi mudah. Lihatlah pengemudi Gojek dan Grab. Mereka sangat mudah menggunakan teknologi digital untuk mencari nafkah. Sebaliknya, mereka menghidupi kita dengan layanannya, kita menghidupi mereka melalui pesanan kita. Tidak ada kesulitan memesan Gojek, taksi daring ataupun alat transportasi lainnya. Teknologi digital menciptakan hubungan saling membantu. Mengapa Harus Digital? Apa tidak ada yang lain?
Hidup menjadi mudah. Pengemudi Gojek dan Grab menggunakan teknologi digital untuk mencari nafkah.
Ada tiga alasan mengapa kita perlu masuk ke ranah digital. Pertama, kegiatan bisnis modern, yang disebut Revolusi Industri 4.0, yang dibangun dengan basis proses digitalisasi, sudah dinikmati dunia saat ini. Jauh sebelum pandemi Covid-19, proses ini sudah berlangsung secara intens seperti belanja secara daring, automatisasi pembayaran pintu jalan tol, dan akses pada buku daring.
Pertama, kita akan segera memasuki perjalanan revolusi berikutnya, Revolusi Industri 5.0, dengan teknologi lebih hebat, yaitu kecerdasan buatan, yang dapat mengirim barang dengan robot ke alamat rumah mana pun, untuk mengatasi lalu lintas jalan yang makin padat.
Kedua, kita akan memasuki era digital baru dengan mahadata, seperti yang dilakukan beberapa perusahaan teknologi dengan teknologi internet untuk segalanya (internet of things/IOT) dan komputasi awan.
Ketiga, Covid-19 bukan pemicu percepatan pemakaian digitalisasi, tetapi pengaspirasi pemakaian fasilitas digital, untuk mengatasi ketidaksabaran dalam keharusan memakai masker; dan memberikan kemudahan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berbelanja, beribadah, memelihara persahabatan dengan orang yang jauh sekalipun.
Apakah teknologi digital sulit dikuasai? Jawabannya, tidak! Pengguna merasa sangat mudah menggunakan aplikasi digital. Tidak perlu berhari-hari belajar menggunakan aplikasi ini karena pada dasarnya teknologi diciptakan untuk membantu manusia menyelesaikan masalahnya, bukan menyusahkan manusia.
Namun, memang ada hambatan besar untuk bangun kecakapan pada digitalisasi, yaitu cara berpikir lama, yang ingin mengerjakan segala sesuatu dengan tangan, kaki, dan mulut kita. Mengubah pola pikir ataupun perilaku lama, pada diri kita sendiri, merupakan hambatan utama. Hal itu dapat sulit atau mudah diatasi, tergantung kita sendiri. Adapun kata kuncinya adalah adaptasi.
Disrupsi Dunia Bisnis
Pada masa kini transformasi digital adalah sebuah keharusan, terutama bagi perusahaan yang mau meningkatkan produktivitas, efisiensi serta kapabilitas tinggi untuk melayani masyarakat dengan cara yang menguntungkan. Apalagi perusahaan menghadapi persaingan yang sangat ketat.
Kita teringat ungkapan CEO Nokia Stephen Elop, ”Kami tidak melakukan kesalahan apa pun, tiba-tiba kami kalah bersaing dan punah”. Nokia tersisih dari pasar, oleh munculnya Android milik Google serta iOS milik Apple. Demikian juga taksi Bluebird Indonesia dan Black Cabs London pontang-panting terkena keunggulan perusahaan teknologi digital Gojek, Grab, dan Uber. Dengan kata lain, digitalisasi dunia usaha mencipta disrupsi, tetapi digitalisasi juga merupakan solusi.
Menjalankan pekerjaan dengan strategi digital merupakan cara berbisnis yang cerdik karena strategi tersebut dengan mudah mencermati keinginan konsumen dan kondisi persaingan pasar, dan sekaligus pula menengok ke dalam pada kondisi internal perusahaan untuk membuat langkah baru ke depan.
Terhadap kondisi eksternal, strategi digital membuat langkah lebih cepat, dari mulai menggali informasi untuk mengetahui peluang pasar, lalu melangkah mendisrupsi pasar dengan produk alternatif sehingga pasar berpihak pada perusahaan kita. Terhadap kondisi internal perusahaan, strategi digital juga memberi arahan yang cepat dan tepat, seperti kiat kiat penjual yang bersahabat, dengan pelayanan yang lebih baik, apalagi perusahaan sudah mempunyai informasi keinginan pelanggan melalui teknologi digital dengan mahadata.
Wasterman (2014), profesor Universitas Harvard, mengatakan kalau orang bicara tentang transformasi digital, yang dipikirkan langsung soal keruwetan teknologinya, seperti konsep kecerdasan buatan, robotik dan internet untuk segalanya, yang bisa buat otak mau pecah. Konsep tersebut adalah kepentingan para ilmuwan tehnik atau teknologi.
Baca Juga: Saat Robot Memecat Karyawan
Yang diperlukan bagi pebisnis tentang transformasi digital adalah perhatian dalam merubah kebiasaan, rutin, proses bisnis, metode kerja, prosedur operasi; menjadi sistem yang interaktif dalam jaringan, yang difasilitasi dengan digitalisasi. Bukan teknologi itu sendiri yang kita harus andalkan, tetapi transformasi digital dalam proses bisnis dan sistem yang lebih langsung dalam mencipta nilai, serta meningkatkan produktivitas dan effisiensi.
Era digital merupakan peluang meningkatkan kualitas hidup dan kualitas berbisnis. Proses digitalisasi ini akan meluas secara intens. Pemahaman tentang transformasi digital perlu memperoleh perhatian kita untuk membuat kehidupan menjadi lebih bergairah. Teknologi ini mudah. Hambatan utamanya perubahan pola-pikir. Solusinya adalah adaptasi.
Manerep Pasaribu adalah dosen Pascasarjana PPIM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI dan Anggota Indonesia Management Strategic Society (ISMS).
email: manerep_kupang@yahoo.co.id