Pemerintah direkomendasikan untuk melanjutkan program bantuan sosial, terutama untuk keluarga yang memiliki anak. Ini untuk meminimalkan dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dukungan pemerintah di sektor perlindungan sosial tetap diperlukan untuk mencegah dampak lebih buruk akibat pandemi Covid-19 di sektor rumah tangga. Dari hasil survei, pemulihan ekonomi perlu diperkuat atas temuan dari sejumlah indikator, seperti berkurangnya pendapatan dan potensi rapuhnya ketahanan pangan rumah tangga.
Hal tersebut terungkap dari survei berjudul ”Dampak Sosial dan Ekonomi Pandemi Covid-19 terhadap Rumah Tangga di Indonesia: Hasil dari Tiga Putaran Survei Pemantauan”. Survei ini diinisiasi Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef) bekerja sama dengan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP), Kemitraan Australia Indonesia untuk Pembangunan Ekonomi (Prospera), dan The Smeru Research Institute.
Survei dilakukan terhadap 2.400 rumah tangga di 34 provinsi di Indonesia sejak Desember 2020 hingga Januari 2021, memanfaatkan teknologi interactive voice response (IVR) untuk meminimalkan risiko penyebaran Covid-19.
Dalam webinar yang diselenggarakan pada Jumat (10/12/2021), Perwakilan Unicef Indonesia (ad interim) Robert Gass mengatakan, sebanyak 50 persen atau satu dari dua rumah tangga yang menjadi responden survei melaporkan adanya penurunan pendapatan di Januari 2021. Hal ini menunjukkan masih banyak rumah tangga yang belum mampu sepenuhnya beradaptasi dengan situasi kenormalan baru sebagai akibat dari perubahan sosial dan ekonomi selama pandemi.
Sebanyak 50 persen atau satu dari dua rumah tangga yang menjadi responden survei melaporkan adanya penurunan pendapatan di Januari 2021.
”Laporan hasil tiga putaran survei pemantauan cepat ini juga cukup jelas menemukan bahwa rumah tangga yang mendapat bantuan sosial dari pemerintah lebih mampu menahan guncangan ekonomi yang timbul selama pandemi Covid-19,” kata Robert.
Ia menambahkan, anak-anak terdampak pandemi secara tidak proporsional, yakni 70 persen rumah tangga dengan anak mengalami hambatan berkepanjangan dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan. Selain itu, 45 persen rumah tangga dengan anak kesulitan dalam memenuhi makanan bergizi yang cukup untuk anak-anak mereka.
Peneliti utama Smeru, Asep Suryahadi, menambahkan, hasil survei juga menunjukkan bahwa lebih dari satu dari 10 pencari nafkah utama dalam rumah tangga harus pindah kerja. Kebanyakan dari para pencari nafkah tersebut adalah pekerja informal.
”Dengan adanya permasalahan ekonomi ini, rumah tangga Indonesia juga mengalami rawan pangan,” kata Asep.
Menurut Asep, tahun 2020 bukanlah tahun yang mudah bagi kebanyakan rumah tangga di Indonesia. Smeru mencatat, hampir tiga dari empat rumah tangga peserta survei mengalami penurunan pendapatan. ”Setengah dari mereka tidak memiliki tabungan untuk bertahan dan harus melalukan strategi lain, seperti menjual aset dan meminjam uang dari keluarga yang lain,” ujarnya.
Hasil survei juga menunjukkan bahwa lebih dari satu dari 10 pencari nafkah utama dalam rumah tangga harus pindah kerja. Kebanyakan dari para pencari nafkah tersebut adalah pekerja informal.
Wakil Kepala Perwakilan UNDP Indonesia, Sophie Kemkhadze, menilai, hasil studi ini perlu menjadi perhatian bagi para pemangku kebijakan. Selain menyodorkan data hasil survei, laporan ini juga turut merekomendasikan pemerintah untuk melanjutkan program bantuan sosial, terutama untuk keluarga yang memiliki anak.
Merespons temuan itu, Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi, Masyita Crystallin, mengatakan, perlu ada studi lanjutan untuk melihat efektivitas bantuan perlindungan sosial. Studi itu diharapkan memberikan informasi yang lebih dalam terkait bentuk dan mekanisme bantuan perlindungan sosial yang memberikan efek berganda dan jangkauan yang lebih luas.
”Terlepas dari kondisi di akhir tahun 2020 dan awal 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang tahun 2021 dinilai cukup tangguh,” ucap Masyita.
Secara agregat, ekonomi nasional menunjukkan kinerja positif dan jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi periode yang sama tahun 2020. Pada triwulan III-2021, ekonomi tumbuh positif 3,2 persen dari negatif 2 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Secara sektoral, kinerja sektor perdagangan juga tumbuh 4,3 persen dari tahun sebelumnya yang negatif 3,7 persen. Sektor transportasi, yang tahun lalu terdampak dalam oleh pandemi sebesar minus 16,6 persen, juga tumbuh positif 1,6 persen pada tahun ini.
”Perbaikan ini disokong oleh penanganan Covid-19 yang sangat luar biasa. Dari kasus positif tertinggi pada 15 Juli 2021 yang mencapai angka di atas 56.757 hingga hanya mencapai angka 220 kasus positif terkonfirmasi pada hari ini (Jumat),” kata Masyita.