Perum Damri menghadirkan satu unit bus listrik. Bekerja sama dengan produsen bus listrik Edison Motors, Damri siap mendukung pemerintah dalam penyediaan kendaraan listrik.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·4 menit baca
BANTEN, KOMPAS — Merayakan momentum ulang tahun ke-75, Perum Damri siap menghadirkan bus listrik. Walaupun baru menghadirkan satu unit, Damri memiliki komitmen untuk mendukung pemerintah dalam mengurangi emisi gas buang kendaraan yang semakin memprihatinkan, terutama di kota-kota besar.
Bus listrik yang diimpor secara utuh atau completely build up (CBU) dari Korea Selatan itu merupakan bentuk kerja sama yang dibangun antara Perum Damri, PT Energi Makmur Buana, dan merek Edison Motors. Edison Motors merupakan pembuat bus terbesar di Korsel dengan kapasitas produksi 2.400 unit per tahun.
Selain bus listrik, Damri juga menggandeng PT Sokonindo Automobile yang tahun lalu mulai memperkenalkan kendaraan jenis mikro bus listrik. Perum Damri meyakini kendaraan ini telah memenuhi standar kualitas bodi dan komponen motor listrik, serta baterai yang teruji.
Direktur Utama Perum Damri Setia N Milatia Moemin dalam peluncuran bus listrik Damri di depan Gate 5 Terminal III Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (25/11/2021), mengatakan, ”Untuk saat ini, kami baru meluncurkan satu unit. Kondisi pemulihan dari Covid-19 ini baru mulai naik. Kita akan melihat terlebih dahulu untuk pengadaan armada bus listrik lainnya. Kami harus membatasi risiko bisnis.”
Operasional bus listrik ini pun masih bersifat uji coba. Sebab, untuk beroperasi secara penuh, segala perizinan menjadi alat transportasi umum membutuhkan waktu.
Ke depan, lanjut Setia, Damri akan mengamati dinamika permintaan pasar. Untuk sementara, rute bus listrik hampir sama dengan bus bandara reguler. Rute perdananya adalah Bandara Soekarno-Hatta menuju Stasiun Gambir (pergi-pulang).
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi mengatakan, pihaknya memberi apresiasi terhadap Perum Damri. Selain Damri, menurut dia, Transjakarta sebetulnya juga sudah menggunakan bus listrik secara bertahap. Dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan, pemerintah sudah mendorong penggunaan kendaraan listrik untuk angkutan perkotaan.
”Harapan kami, angkutan perkotaan di Jakarta dan sekitarnya bisa menggunakan bus listrik. Sampai sekarang, agen pemegang merek di Indonesia untuk kendaraan listrik sudah ada lima perusahaan, termasuk Damri,” ujar Budi.
Budi tak menampik, armada yang diperkenalkan Damri masih didatangkan secara utuh lewat impor. Teknologi mesin, terutama baterai, masih diproduksi di negara lain. Namun, ada perusahaan yang sudah mulai membuat sejumlah komponen kendaraan listrik di Indonesia.
Teknologi baterai
Secara teknologi, bus listrik ini masih menggunakan baterai berdaya 162,5 kilowatt jam (kWh). Di negara asalnya, Edison Motors memiliki spesifikasi lain dengan kapasitas baterai 204 kWh dan 272 kWh. Besaran kapasitas baterai ini sangat memengaruhi ketahanan operasional bus ini. Dengan baterai berkapasitas 162,5 kWH tersebut, jarak tempuh yang bisa dijangkau sekitar 130 kilometer.
Untuk pengisian baterai pun, bus listrik yang diluncurkan ini masih menggunakan sistem plug in sehingga membutuhkan waktu pengisian baterai selama 50 menit dalam kondisi baterai tersisa 20 persen. Sementara bus-bus listrik di Korsel sudah menggunakan teknologi penukaran baterai (swap) yang hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit.
Untuk mendatangkan bus listrik ini, Damri harus mengikuti berbagai regulasi Kementerian Perhubungan. Penggunaan baterai yang sangat memengaruhi berat armada ini membuat pihak produsen bus harus menambahkan material fiber karbon agar ketentuan berat bus sebesar 15 ton dapat dipenuhi.
Sebelum akhirnya melakukan flag off, Damri juga sudah mempelajari dan mengkaji penggunaan uji coba operasional bus listrik pada trayek regular dari dan ke Bandara Soekarno-Hatta sejak April 2021. Hal itu untuk memastikan kendaraan tersebut aman dan dapat dioperasikan.
Budi mengatakan, pengoperasian bus listrik ini adalah komitmen untuk berkontribusi mencapai target populasi kendaraan listrik berbasis baterai sebesar 20 persen dari total kendaraan di Indonesia pada 2025 dan penurunan emisi gas buang hingga 29 persen pada 2030. Langkah tersebut sejalan dengan program Langit Biru yang telah diatur dalam Perpres Nomor 55 Tahun 2019.
Langit Biru merupakan program pemerintah untuk mengendalikan pencemaran udara, terutama yang bersumber dari kendaraan bermotor, dengan tujuan meningkatkan kualitas udara bersih dan mengurangi emisi gas buang.