Pangsa Pasar Terbuka Lebar, RI Ekspor 40 Ton Daging Rajungan ke Amerika Utara
Sebanyak 40 ton daging rajungan dari Sidoarjo, Jawa Timur, menembus pasar Amerika Utara yang dikenal dengan standar keamanan pangan ketat. Kepiting dan rajungan merupakan komoditas ekspor perikanan andalan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·5 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Sebanyak 40 ton daging rajungan dari Sidoarjo, Jawa Timur, menembus pasar Amerika Utara yang dikenal memiliki standar keamanan pangan ketat. Kepiting dan rajungan merupakan komoditas ekspor perikanan utama Indonesia yang akan dikembangkan dalam rangka peningkatan pasar luar negeri berbasis budidaya. Pangsa pasar komoditas ini menjanjikan dan terbuka lebar.
Ekspor daging rajungan tersebut merupakan hasil kerja sama antara perusahaan rintisan bidang perikanan dan kelautan Aruna bersama pelaku usaha berskala mikro, kecil, dan, menengah PT Nirwana Segara yang berlokasi di kompleks pergudangan Safe N Lock, Sidoarjo. Produk daging rajungan merupakan komoditas yang cukup populer di Amerika Utara, terutama Amerika Serikat.
”Volume ekspor daging rajungan mencapai 3-4 kontainer per bulan, dengan kapasitas 40 ton per kontainer dan terus meningkat. Nilainya 800.000 dollar AS per bulan dengan tujuan Amerika Utara,” ujar Co-founder and Chief Sustainability Officer of Aruna Utari Octaviani, Rabu (24/11/2021).
Utari mengatakan, pasar ekspor produk daging rajungan sangat menjanjikan. Oleh karena itu, pihaknya menargetkan perluasan pasar ke negara-negara di Eropa pada tahun depan. Upaya yang dilakukan, antara lain, meningkatkan produksi bahan baku dengan menambah nelayan binaan dari Sumatera sampai Papua. Aruna sebagai platform perikanan terintegrasi saat ini punya 20.000 lebih komunitas nelayan binaan yang tersebar di 70 titik desa pesisir di Indonesia.
Adapun tantangan ekspor saat ini adalah biaya logistik yang tinggi karena harus berebut ruang kapal dan kontainer pada industri pelayaran internasional. Menyiasati hal itu, Aruna bernegosiasi dan bekerja sama dengan perusahaan logistik dibantu pemerintah pusat.
Perusahaan berharap seiring pulihnya aktivitas ekonomi, usaha mendapatkan kontainer menjadi lebih mudah sehingga biaya logistik bisa ditekan dan daya saing produk Indonesia bisa lebih tinggi di pasar global.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Artati Widiarti mengatakan, pasar dunia untuk produk perikanan sangat besar. Sebagai gambaran, pada 2020, pasar produk perikanan dunia mencapai 52 miliar dollar AS dan pada 2019 mencapai 62 miliar dollar AS. Namun, pangsa pasar produk perikanan Indonesia baru sekitar 5 persen sehingga peluang meningkatkan ekspor masih terbuka lebar.
Ekspor perikanan Indonesia pada 2020 nilainya mencapai 5,2 miliar dollar AS. Selama periode Januari-Oktober 2021, nilai ekspor komoditas perikanan mencapai 4,5 miliar dollar AS. Nilai tersebut naik dibandingkan periode yang sama dibandingkan tahun lalu. Negara tujuan ekspor utama produk perikanan Indonesia adalah Amerika Serikat, China, Jepang, negara-negara ASEAN, dan negara-negara Uni Eropa.
”Tulang punggung ekspor produk perikanan Indonesia ialah udang. Tahun lalu nilai ekspornya lebih dari 2 miliar dollar AS. Komoditas ekspor terbesar kedua ialah tuna, kemudian kepiting rajungan, cephalopod, dan rumput laut,” kata Artati.
Semua produk perikanan Indonesia berpeluang ditingkatkan volume ekspornya karena permintaan dunia terus tumbuh seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap sumber protein yang sehat. Produk perikanan banyak dicari, antara lain, karena mengandung omega3 dan zat antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan.
Artati menambahkan, peluang pengembangan pasar terbesar masih di AS karena 98 persen konsumsi domestik negara tersebut dipenuhi dari impor. Selain itu, kawasan Timur Tengah juga menjanjikan karena pasarnya terus tumbuh sehingga sangat menarik untuk dijajaki. China juga prospektif meskipun negara tersebut produksi perikanannya besar.
Menurut Artati, tantangan pengembangan ekspor produk perikanan, antara lain, harga produk Indonesia yang dinilai lebih mahal meskipun kualitasnya diakui bagus. Penyebab harga mahal, antara lain, biaya logistik di dalam negeri yang tinggi. Perbaikan infrastruktur jalan di semua provinsi dan ketersediaan kapal angkut yang lebih banyak bisa menekan biaya logistik sehingga daya saing produk Indonesia lebih tinggi.
Dalam upaya meningkatkan produksi perikanan dan daya saing global, Kementerian Kelautan dan Perikanan lakukan pengembangan budidaya berbasis kawasan dan pengembangan budidaya berbasis kearifan lokal. Selain itu, untuk perikanan tangkap, dilakukan peningkatan produksi melalui penangkapan terukur. Hal ini merupakan pendekatan baru karena sebelumnya tidak ada kuota penangkapan.
”Tahun depan akan diterapkan kuota dan harus dibarengi dengan kedisiplinan sehingga bisa terkontrol pengambilan ikan agar terjaga keberlangsungannya. Upaya meningkatkan daya saing ditempuh, antara lain, meningkatkan efisiensi di segala lini, perbaikan teknologi, dan menekan biaya logistik,” ucap Artati.
Indonesia memiliki 23 perjanjian dagang bilateral, regional, dan multilateral dengan beberapa negara.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Didi Sumedi mengatakan, peluang ekspor komoditas perikanan terbuka lebar. Upaya yang ditempuh Kemendag untuk meningkatkan transaksi perdagangan antara lain membantu UMKM mendapatkan sertifikasi halal, HACCP (keamanan pangan), dan HAKI (kekayaan intelektual). Selain itu, melakukan upaya negosiasi dengan calon mitra negara secara bilateral, regional, dan multilateral melalui perjanjian perdagangan.
”Indonesia memiliki 23 perjanjian dagang bilateral, regional, maupun multilateral dengan beberapa negara. Ini membuka kesempatan bagi eksportir untuk memasarkan produknya dengan beragam keuntungan, di antaranya, bea masuk rendah, bahkan nol. Hal itu akan meningkatkan daya saing produk,” kata Didi.
Kemendag juga melakukan misi dagang dan pameran untuk mempromosikan produk-produk Indonesia yang potensial diekspor, terutama makanan dan khususnya perikanan. Tantangan terbesar pada pemenuhan standar baku mutu, terutama oleh pelaku ekspor berskala UMKM. Setiap negara mensyaratkan standar tinggi soal keamanan pangan.
Kemendag mencatat transaksi perdagangan luar negeri semua produk Indonesia periode Januari hingga September 2021 naik 5 persen menjadi 2,85 miliar dollar AS dari tahun lalu 2,7 miliar dollar AS. Didi optimistis, sampai akhir tahun ini, nilai transaksi perdagangan bisa mencapai angka yang sama dengan sebelum pandemi, yakni 3,5-3,7 miliar dollar AS.
Mengatasi kendala logistik, sudah dilakukan langkah-langkah mitigasi, antara lain, mengurangi ketergantungan terhadap pelayaran internasional. Berupaya mandiri dengan pelayaran nasional untuk memenuhi kebutuhan logistik ekspor menjadi kunci.