SKK Migas kembali menggelar konvensi internasional hulu migas tahun ini. Penyelenggaraan konvensi internasional ini diharapkan dapat membawa perubahan pada sisi inovasi dan investasi di sektor hulu migas nasional.
Oleh
Mukhamad Kurniawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas berencana menggelar konvensi internasional hulu minyak dan gas bumi selama tiga hari hingga 1 Desember 2021. Acara yang digelar secara hibrida itu diharapkan membawa perubahan pada investasi maupun inovasi di sektor hulu minyak dan gas bumi nasional.
Ketua Organizing Committee International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG) 2021 Luky Agung Yusgiantoro, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (17/11/2021), mengatakan, pada penyelenggaraan kedua tahun ini, konvensi mengambil tema ”Progressing Toward Road to 1 Million BOPD and 12 BSCFD”. Tema itu terkait target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) tahun 2030.
”Target (produksi migas) itu tidak hanya menjadi visi SKK Migas, tetapi menjadi visi bersama sebagaimana dicanangkan Presiden (Joko Widodo) sebagai arah kebijakan dan strategi subsektor sumber daya hulu migas, sebagaimana tercantum dalam lampiran pidato kenegaraan dalam peringatan HUT Kemerdekaan RI Agustus lalu,” kata Luky.
Guna mengejar target tersebut, SKK Migas telah menetapkan rencana strategis dalam Indonesian Oil and Gas 4.0 sebagai pedoman bagi pelaku di sektor hulu migas. Rencana itu mencakup pengembangan lapangan, percepatan transformasi sumber daya ke produksi dengan pengawasan dan pengendalian, serta mempercepat metode pengurasan minyak tingkat lanjut (enhanced oil recovery) guna menambah produksi minyak nasional.
Selain itu, eksplorasi migas akan dilaksanakan secara masif berdasarkan kajian mendalam, mempercepat perizinan melalui kebijakan satu pintu, serta pemberian insentif agar daya saing dan iklim investasi hulu migas di Indonesia menjadi semakin menarik.
Pencapaian target 1 juta BOPD dan 12 BSCFD pada tahun 2030 dinilai penting karena konsumsi migas nasional terus naik. Konsumsi energi migas naik seiring meningkatnya kebutuhan di tengah pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi, sejak tahun 2004 Indonesia sudah menjadi negara pengimpor bersih (net importer) minyak bumi.
”Jika tidak ada terobosan, Indonesia juga akan menjadi negara net importir gas. Oleh karena itu, tambahan produksi migas nasional sangat diperlukan untuk memperkecil gap antara konsumsi dan produksi yang akhirnya menghemat devisa negara,” ujarnya.
Hingga triwulan III-2021, produksi siap jual atau lifting minyak dan gas bumi rata-rata 1,640 juta barel setara minyak per hari. Dari jumlah tersebut, lifting minyak sebesar 661.000 barel per hari atau lebih rendah dari target APBN 2021 yang sebanyak 705.000 barel per hari (Kompas, 20/10/2021).
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, ada beberapa penyebab target lifiting minyak belum mencapai target, antara lain, karena keterlambatan pengeboran sumur minyak di sejumlah wilayah kerja. Tak hanya pada lapangan minyak, keterlambatan pengeboran juga terjadi pada lapangan gas bumi. ”Pandemi Covid-19 berdampak pada sejumlah kegiatan utama hulu migas,” ujarnya.
Penyelenggaraan konvensi internasional itu diharapkan dapat membawa perubahan pada sisi inovasi dan investasi di sektor hulu migas. Penyelenggara acara itu akan menyediakan wadah bagi para pemangku untuk menyelaraskan hal-hal tersebut.
Penyelenggara akan menghadirkan sejumlah pembicara, antara lain, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, Menteri Keuangan Sri Mulyani, serta Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, dan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto.
Konvensi virtual terbuka bagi peserta umum dan gratis. Pendaftaran dan informasi lebih lanjut dapat diakses melalui laman https://www.iogconvention.com .