Capaian ”lifting” minyak dan gas bumi hingga triwulan III-2021 masih belum memenuhi target APBN 2021. Realisasi investasinya pun dikhawatirkan tidak mencapai target.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
SUMBER: PERTAMINA
Kegiatan hulu migas PHE Offshore North West Java di laut lepas bagian utara Jawa Barat, Jumat (10/4/2020). Anak usaha PT Pertamina (Persero) ini memilih tetap beroperasi di tengah pandemi Covid-19 yang masih terus berlangsung.
JAKARTA, KOMPAS — Hingga triwulan III-2021, produksi siap jual atau lifting minyak dan gas bumi rata-rata 1,640 juta barel setara minyak per hari. Dari jumlah tersebut, lifting minyak sebesar 661.000 barel per hari atau lebih rendah daripada target APBN 2021 yang sebanyak 705.000 barel per hari. Faktor pandemi masih menjadi penyebab capaian target produksi belum memuaskan.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto, dalam telekonferensi pers, mengatakan, ada beberapa penyebab lifting minyak belum mencapai target, di antaranya keterlambatan pengeboran sumur minyak di sejumlah wilayah kerja. Tak hanya pada lapangan minyak, keterlambatan pengeboran juga terjadi pada lapangan gas bumi.
”Pandemi Covid-19 berdampak pada sejumlah kegiatan utama hulu migas. Per 30 September 2021, misalnya, pekerjaan sumur pengembangan hanya tercapai 318, sedangkan target tahun 2021 sebanyak 616. Proyek pengembangan ditargetkan mencapai 15 proyek sepanjang 2021, tetapi sampai akhir September 2021 baru terealisasi tiga proyek,” kata Dwi, Selasa (19/10/2021).
Penyebab lifting minyak belum mencapai target, di antaranya keterlambatan pengeboran sumur minyak di sejumlah wilayah kerja. Tak hanya pada lapangan minyak, keterlambatan pengeboran juga terjadi pada lapangan gas bumi.
Dalam periode yang sama, lifting gas bumi tercatat 5.481 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau lebih rendah daripada target APBN yang sebesar 5.638 MMSCFD. Dari sisi penerimaan negara, sampai triwulan III-2021 terealisasi 9,53 miliar dollar AS atau 131 persen dari target APBN 2021 yang sebesar 7,28 miliar dollar AS. Hal ini dipengaruhi faktor kenaikan harga minyak dan gas bumi.
”Rata-rata harga minyak mentah jenis Brent sepanjang 2021 akan berkisar 70 dollar AS per barel. Mungkin, musim panas tahun 2022 harganya akan kembali normal 60-65 dollar AS per barel. Harga gas alam cair dunia masih cenderung akan naik hingga triwulan I-2022 karena masih ada peningkatan kebutuhan energi dunia,” ujar Dwi.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro berpendapat, tren kenaikan harga migas dunia sebenarnya bisa direspons dengan peningkatan produksi lapangan migas yang sudah ada. Namun, hal itu tetap membutuhkan perhitungan tentang cadangan migas dan biaya produksi.
”Realisasi pendapatan negara migas yang melebihi target harus dipahami bahwa itu bukan berasal dari produksi, tetapi karena pengaruh kenaikan harga migas di pasar dunia yang signifikan,” ucap Komaidi.
Dari sisi penerimaan negara, sampai triwulan III-2021 terealisasi 9,53 miliar dollar AS atau 131 persen dari target APBN 2021 yang sebesar 7,28 miliar dollar AS. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kenaikan harga minyak dan gas bumi.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat rapat kerja dengan anggota DPR Komisi VII di Kompleks Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/7/2019). Pada rapat kerja tersebut dibahas berbagai hal, seperti keberadaan Dewan Energi Nasional, Rencana Umum Kelistrikan Nasional, progres BBM tertentu, dan elpiji subsidi.
Berdasarkan catatan SKK Migas, Blok Cepu yang dikelola Mobil Cepu Ltd masih menjadi penyumbang lifting minyak terbesar di Indonesia, yaitu 207.000 barel per hari. Adapun Blok Rokan yang baru saja dialihkelolakan ke PT Pertamina (Persero) pada Agustus lalu memproduksi minyak 159.000 barel per hari. Produksi minyak dari kedua blok tersebut menyumbang 55 persen dari total produksi minyak Indonesia.
Adapun dari rasio pengembalian cadangan, per September 2021 tercatat 90,33 persen. Artinya, dari 100 barel minyak yang diproduksikan, penemuan cadangan baru sebanyak 90,33 barel. Dari sisi realisasi investasi hulu migas, sejauh ini baru mencapai 7,9 miliar dollar AS atau 64 persen dari target 12,38 miliar dollar AS di 2021.