Kebakaran Terulang di Kawasan Kilang Cilacap, Investigasi Serius Diperlukan
Kebakaran di kawasan Kilang Pertamina Cilacap kembali terjadi, Sabtu (13/6/2021) malam. Api melahap salah satu tangki yang berisi pertalite. Pertamina mengklaim pasokan aman dan akan diinvestigasi. Upaya ini mesti cepat.
Oleh
Mediana
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Pertamina (Persero) memastikan kebakaran tangki 361T102 di Kilang Pertamina Cilacap, Jawa Tengah, yang terjadi Sabtu (13/11/2021) malam tidak mengganggu pasokan bahan bakar minyak. Hingga berita ini ditulis, perusahaan menyatakan masih melakukan investigasi untuk mencari penyebab kebakaran.
Hal itu ditegaskan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dalam konferensi pers, Minggu (14/11), di Jakarta. Dia berharap masyarakat di Jawa Tengah dan nasional tidak panik melakukan pembelian bahan bakar minyak atau panic buying.
Tangki 361T102 di Kilang Pertamina Cilacap, Jawa Tengah, terbakar pada pukul 19.20 WIB. Pada pukul 23.05 WIB, api sempat padam, tetapi 80 menit kemudian terjadi kebakaran kedua. Sekitar pukul 07.45 pada Minggu, api sudah berhasil dipadamkan.
Dengan beroperasinya infrastruktur digital Pertamina Integrated Command Center (PICC), dia mengklaim Pertamina bisa mengendalikan semuanya sekaligus bisa memantau proses pemadaman dari jarak jauh. Pertamina juga menerjunkan tim untuk mengecek langsung kondisi di lapangan.
”Kami pastikan hanya satu tangki yang terbakar dari 200 tangki. Dengan demikian, tidak ada pemutusan (shutdown) dan produksi tetap berjalan normal. Semalam, kami cek stok tangki yang tersisa di lokasi Kilang Cilacap, di sambungan pipa, sampai di SPBU masih aman. Kami jamin pasokan bahan bakar minyak (BBM) aman,” tuturnya.
CEO PT Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution menambahkan, stok premium berada di posisi 27 hari, pertamax 15 hari, pertalite di atas 10 hari, solar 20 hari, avtur 35 hari, elpiji 12,7 hari, dan pertamax turbo 35 hari. Stok seperti ini berarti pendistribusian BBM atau elpiji di Jawa Tengah dan sebagian besar Jawa Barat tetap normal.
Nicke berkomitmen Pertamina melakukan investigasi atas kejadian kebakaran tangki 361T102 di Kilang Pertamina Cilacap. Pertamina juga berkomitmen menjamin keamanan kru dan warga di sekitar Kilang Pertamina Cilacap.
CEO Subholding Refining and Petrochemical Pertamina Joko Priyono memaparkan, strategi Pertamina untuk memadamkan kebakaran tangki 361T102 dimulai dari penyekatan tangki terbakar dengan tangki lainnya. Pertamina kemudian mengendalikan fluida dan transfer ke tangki lain. Setelah itu, Pertamina melaksanakan cooling atau pendinginan ke seputar tangki dan offensive fire fighting.
”Terkait pengendalian pencemaran lingkungan, kami mengimplementasikan beberapa strategi. Kami bekerja sama dengan TNI dan Polri untuk mengamankan warga sekitar semalam. Saat ini, mereka telah kembali ke rumah masing-masing,” ujar Joko.
Seperti diketahui, Kilang Pertamina Cilacap merupakan satu dari enam kilang yang dimiliki oleh Pertamina. Kilang ini berkapasitas pengolahan 270.000 barel per hari, memiliki 200 tangki yang menampung minyak mentah untuk diolah, gas, serta BBM hasil pengolahan minyak mentah.
Sebelumnya, pada Juni 2021, ada bagian di Kilang Pertamina Cilacap juga pernah mengalami kebakaran. Saat itu, kebakaran terjadi pada tangki 9 yang lokasinya jauh di dalam kompleks kilang. Tangki yang terbakar hanya berisi 1/3 kapasitas saja, yakni sebanyak 1.100 barel benzene dari kapasitas semestinya yang dapat menampung hingga 3.000 barel. Total ada 50 petugas pemadam yang diturunkan untuk menyemprotkan foam atau busa ke arah titik api.
Masih pada tahun yang sama, tepatnya Senin (29/3) dini hari, di kawasan Kilang Pertamina Balongan atau Refinery Unit VIBalongan, di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, terjadi kebakaran. Investigasi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Det Norske Veritas, serta LAPI ITB menemukan, terjadi kebocoran pada dinding tangki G. Kebocoran ini menimbulkan percikan api karena sambaran petir sehingga menyebabkan kebakaran.
Tahun 2020, di kawasan Kilang Pertamina Balikpapan, Kalimantan Timur, api menghanguskan kilang V. Kejadian ini terjadi pada Jumat (19/6/2020). Kobaran api berasal dari salah satu area Hydrocracker Unit Plant 3B.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Talattov, mengatakan, Kilang Pertamina Cilacap berperan 33-34 persen terhadap produksi BBM dan elpiji nasional. Porsi ini terbilang besar sehingga, apabila terjadi gangguan, berpotensi mengganggu pasokan BBM dan elpiji nasional.
Apalagi, sepanjang tahun 2021, di kawasan Kilang Pertamina Cilacap terjadi dua kali kebakaran. Kejadian kebakaran pertama pada 2021, yakni Juni 2021, belum tuntas hasil investigasi lalu menyusul kejadian kedua kemarin malam.
Tahun-tahun sebelumnya, Kilang Pertamina Cilacap pernah mengalami kejadian kebakaran. Setidaknya selama kurun 1995-2021, di kawasan kilang itu mengalami tujuh kali kejadian kebakaran. Hal tersebut, menurut Abra, menimbulkan pertanyaan publik mengenai penyebab kebakaran, mulai dari sisi teknis hingga manajemen.
”Investigasi harus dipercepat. Tujuannya bukan hanya mengetahui penyebab, melainkan juga mendeteksi potensi terulangnya kejadian. Ini menuntut peran aktif Pertamina dan kementerian/lembaga terkait, seperti Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Kementerian Badan Usaha Milik Negara,” ujarnya.
Pemerintah berencana mempercepat pembangunan kilang. Salah satu pekerjaan rumahnya adalah mencari investor untuk mendanai. Dengan kejadian beberapa kali kebakaran di kawasan kilang yang sudah berdiri, Abra memandang bisa berpengaruh terhadap proses menarik investasi.
Investor tentunya akan memikirkan risiko berinvestasi di kilang. Kalau ada kebakaran tangki, kerugiannya dihitung mulai dari isi hingga nilai aset tangki.
Sesuai data Kementerian ESDM, realisasi investasi sektor minyak dan gas bumi pada triwulan III-2021 mencapai 9,07 miliar dollar AS atau 54 persen dari target tahun ini sebesar 16,81 miliar dollar AS. Realisasi ini terdiri dari investasi hulu sebesar 7,65 miliar dollar AS dan hilir sebesar 1,42 miliar dollar AS. Kementerian ESDM mengakui ada hambatan realisasi investasi, khususnya di hilir minyak dan gas bumi. Sebagai contoh, di proyek Refinery Development Master Plant (RDMP) Cilacap dan Grass Root Refinery (GRR) Tuban Pertamina.