Indonesia Promosi ”Spice Up the World” di Ajang Pameran Dubai
Pemerintah berharap dapat meningkatkan ekspor rempah-rempah dan bumbu dua kali lipat pada tahun 2024 dan menambah jumlah restoran yang dibuka di seluruh dunia melalui program ”Indonesia Spice Up the World”.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
DUBAI, KOMPAS — Pemerintah Indonesia akan meluncurkan program ”Indonesia Spice Up the World” dalam rangkaian Pameran Dubai (Dubai Expo) 2020. Melalui program ini, pemerintah berharap dapat meningkatkan ekspor rempah-rempah dan bumbu dua kali lipat dari saat ini pada tahun 2024 serta menambah jumlah restoran yang dibuka di seluruh dunia.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menjelaskan, pemerintah akan memulai program Indonesia Membumbui Dunia atau ”Indonesia Spice Up the World” pada acara National Day, Dubai Expo 2020, Kamis (4/11/2021).
”Ajang National Day pada Dubai Expo ini merupakan ajang internasional yang menarik perhatian seluruh dunia. Ini momentum yang sangat tepat untuk mengenalkan kembali kekayaan rempah-rempah kita kepada dunia,” ujar Lutfi di Paviliun Indonesia di arena Pameran Dubai 2020, Rabu (3/11/2021).
Lutfi menjelaskan, narasi sejarah kejayaan perdagangan rempah-rempah di masa lampau diangkat menjadi salah satu tema di Paviliun Indonesia. Di area Indonesia Yesterday, bagian dari Paviliun Indonesia, dipajang 5.800 resin dari 23 jenis rempah-rempah.
”Etalase ini untuk menceritakan kepada dunia kejayaan perdagangan rempah-rempah Indonesia yang ingin dibangkitkan kembali,” ujar Lutfi.
Program Indonesia Membumbui dunia dicetuskan oleh Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi, berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Kementerian Perdagangan.
Melalui program ini, pemerintah ingin meningkatkan ekspor rempah-rempah mentah dan rempah-rempah yang telah diolah menjadi bumbu masak dari 1,02 miliar dollar AS (Rp 14,2 triliun) pada tahun 2020 menjadi dua kali lipat pada tahun 2024. Selain itu, pemerintah juga ingin mendorong pembukaan restoran Indonesia di luar negeri yang pada tahun 2021 sebanyak 1.021 restoran menjadi 4.000 restoran pada tahun 2024.
”Pembukaan restoran Indonesia di luar negeri akan mendorong pertumbuhan ekspor rempah dan bumbu olahan rempah. Jadi, penyebaran perdagangan rempah Indonesia ini menyeluruh dari produk hulu hingga hilirnya,” ujar Lutfi.
Ia menjelaskan, program tersebut merupakan bagian dari apa yang dia sebut sebagai diplomasi gastronomi. Diplomasi diperluas pada perdagangan dan pengaruhnya dengan strategi yang bermula dari rantai pasok dunia kuliner.
”Selain itu, kelak diharapkan akan ada kesepakatan bisnis pengusaha Indonesia di luar negeri yang bermula dari jamuan makan dari restoran Indonesia,” ujar Lutfi.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S Lukman mengapresiasi program itu. Sebab, Indonesia memang memiliki potensi dan kekayaan rempah-rempah yang belum tergarap secara optimal.
”Indonesia itu sangat kaya akan rempah. Itu yang ingin kita gali lagi dan bangkitkan kembali untuk mendongkrak kinerja ekspor kita,” ujar Adhi.
Dalam Dubai Expo 2020, pihaknya membawa 68 pengusaha rempah dan restoran untuk memperkenalkan produknya kepada mitra dagang dan pembeli. ”Responsnya bagus sekali. Ada yang sudah menemukan calon pembeli,” ujar Adhi.
Adhi menambahkan, produk rempah yang akan ditingkatkan ekspornya, antara lain, saus, kecap, dan gado-gado. Adapun masakan yang ingin diperkenalkan, antara lain, bumbu rendang dan nasi goreng. Adapun produk rempah mentah yang akan diekspor difokuskan pada enam jenis komoditas, yakni ketumbar, kunyit, pala, kayu manis, lada, dan vanili.
Komoditas-komoditas itu akan ditingkatkan ekspornya ke benua Afrika, Eropa, dan Amerika. ”Afrika itu juga menyukai makanan berbumbu, sementara Eropa karena aspek kesejarahannya dengan Indonesia,” ujar Adhi.