Pembangunan kawasan pariwisata terintegrasi Harbour City di Pelabuhan Bakauheni diharapkan bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Lampung.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
KALIANDA, KOMPAS — Pembangunan kawasan pariwisata terintegrasi ”Harbour City” di Pelabuhan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, dimulai. Kawasan itu diharapkan bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Lampung.
Pembangunan Harbour City ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Wakil Menteri II BUMN Kartiko Wirjoatmodjo dan Gubernur Lampung Arinal Djunaidi pada Rabu (27/10/2021) di Bakauheni, Lampung Selatan. Acara itu dihadiri juga Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Ira Puspadewi.
”Ground breaking hari ini sebagai tanda dimulainya pembangunan Bakauheni Harbour City dengan tahap awal pembangunan masjid, UMKM center, dan renovasi menara siger,” kata Arinal.
Menurut dia, kawasan pariwisata terintergarasi seluas 214 hektar itu masuk dalam proyek strategis nasional. Selain dukungan pemerintah pusat dan kementerian, pembangunan Harbour Cityjuga didukung Bank Himbara.
Pembangunan kawasan itu akan mengubah daerah Bakauheni yang semula hanya daerah perlintasan menjadi daerah persinggahan. Kawasan itu dirancang dengan konsep kompleks pariwisata terintegrasi. Selain masjid dan UMKM center, kawasan itu juga akan dilengkapi berbagai fasilitas penunjang pariwisata, antara lain Creative Hub serta Housing Development & Enterpreneur Center.
Harbour City diyakini bisa menjadi daya ungkit perekonomian Lampung dari sektor pariwisata. Perekonomian pelaku UMKM Lampung juga bisa terangkat dengan meningkatnya aktivitas wisata. Tak hanya itu, pembangunan Harbour City akan berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja lokal.
Arinal menambahkan, Menara Siger yang berada di kawasan Harbour City selama ini merupakan destinasi wisata yang menonjolkan identitas budaya Lampung. Revitalisasi menara itu diharapkan dapat menarik lagi minat wisatawan untuk berkunjung ke sana.
Pembangunan kawasan itu akan mengubah daerah Bakauheni yang semula hanya daerah perlintasan menjadi daerah persinggahan.
Sementara itu, Kartiko mengatakan, kawasan Bakauheni sangat potensial dikembangkan sebagai kawasan pariwisata karena dikelilingi oleh berbagai obyek wisata. Tak hanya wisata alam, kawasan itu menyimpan potensi wisata sejarah, budaya, dan minat khusus. Untuk itulah, pemerintah mendukung pengembangan Bakauheni sebagai salah satu hub pariwisata di Sumatera.
Pembangunan Harbour City dengan investasi Rp 45 miliar akan dilakukan secara bertahap. Untuk tahap awal, pembangunan fasilitas masjid ditargetkan selesai pada 2022. Dalam jangka panjang, kawasan itu juga berpotensi berkembang menjadi kawasan perumahan dan perhotelan dengan adanya aktivitas ekonomi.
”Saya meyakini, destinasi wisata terintegrasi ini akan menjadi unggulan daerah Lampung. Selain memiliki panorama alam yang sangat indah, keunggulan lainnya adalah akses keterhubungan yang sangat baik antara Pulau Jawa dan Sumatera yang dihubungkan dengan layanan penyeberangan,” kata Kartiko.
Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Ira Puspadewi mengatakan, perlintasan pelabuhan Merak-Bakauheni berkontibusi sebesar 42,2 persen dari total 49 juta penumpang yang dilayani ASDP per tahun. Setiap tahun ada sekitar 20,7 juta orang yang menyeberang dari Jawa menuju Sumatera atau sebaliknya.
Pembangunan Jalan Tol Trans-Sumatera yang akan menghubungkan Lampung hingga Aceh juga akan meningkatkan jumlah orang yang melintas di pelabuhan Bakauheni-Merak.
Secara terpisah, pengamat ekonomi dari Universitas Lampung, Marselina, mengatakan, selama ini perekonomian Lampung masih bergantung pada sektor pertanian, perdagangan, dan aktivitas ekspor dan impor. Pembangunan kawasan pariwisata terpadu diharapkan akan meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pariwisata.