Hadapi Tekanan, Realisasi Investasi Capai 56,67 Persen di Triwulan III-2021
Hingga triwulan III-2021, realisasi investasi minyak dan gas bumi mencapai 9,07 miliar dollar AS atau 56,67 persen dari target tahun 2021. Tekanan antara lain dari pemakaian energi terbarukan.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hingga triwulan III-2021, realisasi investasi di sektor minyak dan gas bumi mencapai 9,07 miliar dollar AS. Jumlah itu 56,67 persen dari target sepanjang tahun 2021 yang mencapai 16,81 miliar dollar AS.
Direktur Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi (Migas) Direktorat Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Dwi Anggoro Ismukurnianto dalam konferensi pers Capaian Subsektor Migas Triwulan III-2021, Selasa (26/10/2021), di Jakarta, menyatakan, ada hambatan terkait investasi di sektor migas, terutama keterlambatan di hilir.
Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) atau revitalisasi kilang lama di Balikpapan, Kalimantan Timur, misalnya, belum ada penyertaan modal. Sementara RDMP di Cilacap, Jawa Tengah, mengalami pengurangan pemakaian lahan sehingga sebagian anggaran tidak terealisasi.
Contoh lainnya adalah proyek Grass Root Refinery (GRR) di Tuban, Jawa Timur. Hingga sekarang, proyek ini mengalami keterlambatan pada proses penyelesaian. Menurut dia, sisa waktu di tahun 2021 akan dipakai oleh pemerintah untuk berkoordinasi dengan pelaku usaha terkait agar target investasi terealisasi.
Sementara untuk tahun 2022, pemerintah menargetkan investasi migas sebesar 22,59 miliar dollar AS. Pada tahun yang sama, pemerintah juga akan menawarkan 12 wilayah kerja.
Sekretaris Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Alimuddin Baso menyampaikan, sejauh ini, pihaknya telah melakukan lelang wilayah kerja migas tahap I dan menawarkan enam wilayah kerja. Sementara pada triwulan IV-2021, pemerintah akan melaksanakan lelang kembali dan sudah ada delapan wilayah kerja migas yang sedang dievaluasi.
Guna meningkatkan minat, dia mengatakan, ada berbagai perbaikan bentuk dan ketentuan pokok kontrak kerja sama. Sebagai contoh, fleksibilitas bentuk kontrak sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2020 dan peningkatan splitkontraktor, yakni minyak bumi mulai 80:20 (risiko geologi, infrastruktur, dan sumber daya dengan kategori sangat rendah), 55:45 untuk kategori sangat tinggi, gas bumi mulai dari 75:25 untuk kategori sangat rendah, dan sampai dengan 50:50 untuk kategori sangat tinggi.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal saat dihubungi pada Selasa (26/10), di Jakarta, mengatakan, pengembangan kilang minyak, RDMP, atau proyek GRR tidak mudah. Keuntungannya marginal.
”Hal itu menjadi tantangan bagi investor. Solusinya adalah meningkatkan keekonomiannya dengan menekan biaya belanja modal dengan menyeimbangkan antara teknologi, produksi, dan posisi pasar, serta mengombinasikan kilang dengan petrochemical plant,” ujarnya.
Moshe menambahkan, investasi di hilir migas, seperti kilang, membutuhkan kecocokan investor, berbagi risiko antarinvestor, serta kemampuan finansial atau teknologi. Sementara dari sisi hulu migas, realisasi investasinya terhadang sejumlah tantangan, antara lain ketidakpastian pasar, fluktuasi harga, dan tekanan bertransisi ke energi ramah lingkungan.
”Para investor sekarang juga akan semakin ketat memilih investasinya. Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara lain untuk menarik investasi migas masuk ke dalam negeri,” katanya.
Menurut Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro, secara terpisah, 85-90 persen investasi migas berada di hulu. Oleh sebab itu, tidak optimalnya realisasi investasi migas pada triwulan III-2021 semestinya tidak menjadikan proyek hilir, seperti RDMP dan GRR, jadi alasan utama.
Investasi migas mengalami sejumlah tekanan yang utamanya berasal dari pemakaian energi terbarukan.
”Investasi migas mengalami sejumlah tekanan yang utamanya berasal dari pemakaian energi terbarukan. Untuk konteks Indonesia, tekanan penting lainnya berkaitan dengan kondisi geologi untuk eksplorasi atau eksploitasi migas yang semakin mengarah ke Indonesia bagian timur. Kondisi ini menambah risiko bagi investor,” tuturnya.
Mengenai rencana pemerintah menawarkan sampai 12 wilayah kerja migas pada 2022, Komaidi berpendapat akan ada sejumlah faktor yang memungkinkan investor tertarik. Fenomena tren kenaikan harga migas dunia berpeluang menarik investor ikut lelang. Kebijakan kontrak kerja sama yang sudah diputuskan pemerintah juga berpotensi jadi daya tarik yang memikat.
”Faktor yang tidak kalah penting menarik investor adalah kualitas data wilayah kerja sama yang ditawarkan pemerintah, seperti data kualitas cadangan migas,” kata Komaidi.