Peningkatan Pendapatan Negara Susutkan Defisit Anggaran
Meningkatnya penerimaan dan terkendalinya belanja negara berhasil menurunkan defisit APBN. Kenaikan harga komoditas juga berkontribusi menurunkan defisit.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meningkatnya pendapatan dan terkendalinya belanja negara membuat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat ditekan. Hingga akhir September 2021, defisit APBN turun 33,7 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Kementerian Keuangan mencatat, defisit APBN hingga 30 September 2021 mencapai Rp 452 triliun atau 2,74 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Defisit ini lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir September 2020 yang sebesar Rp 681,4 triliun atau setara 4,41 persen PDB.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, nilai defisit yang turun hingga 33,7 persen secara tahunan menggambarkan konsolidasi fiskal berjalan dengan baik. Kondisi ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi nasional sesuai dengan yang diharapkan pemerintah.
”Menurunnya defisit dibandingkan dengan tahun lalu disebabkan pendapatan negara yang naik signifikan dan terkendalinya belanja negara pada akhir September 2021,” ujarnya dalam konferensi pers APBN Kita edisi Oktober 2021 secara virtual, Senin (25/10/2021).
Pendapatan negara pada akhir September 2021 tercatat Rp 1.354,8 triliun, naik 16,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Realisasi tersebut setara dengan 77 persen PDB.
Nilai defisit yang turun hingga 33,7 persen secara tahunan menggambarkan konsolidasi fiskal berjalan dengan baik.
Secara rinci, pendapatan dari pajak pada September 2021 mencapai Rp 850,1 triliun atau 69,1 persen dari target Rp 1.229,6 triliun. Pada periode yang sama, penerimaan kepabeanan dan cukai mencapai Rp 182,9 triliun, sedangkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 320,8 triliun.
Dari sisi belanja negara, hingga akhir September 2021 nilainya sebesar Rp 1.806,8 triliun. Nilai tersebut terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp 1.265,3 triliun serta transfer ke daerah dan dana desa Rp 541,5 triliun.
Penyusutan defisit APBN, imbuhnya, sejalan dengan perkembangan positif pemulihan ekonomi nasional. Secara keseluruhan, Sri Mulyani optimistis proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 4 persen akan tepat sasaran.
Keyakinan tersebut ditopang oleh penurunan kasus Covid-19 dan perbaikan sejumlah indikator ekonomi. Salah satunya, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat signifikan ke level 95,5 pada September 2021, dari 77,3 pada Agustus lalu. Adapun pertumbuhan ekonomi triwulan III-2021 diperkirakan mencapai 4,3 persen.
”Kami mencatat pada Juli-September tahun ini aktivitas masyarakat mengalami perbaikan sejak pemerintah mampu mengendalikan penyebaran pandemi Covid-19, terutama untuk varian Delta,” ujarnya.
Keyakinan tersebut ditopang oleh penurunan kasus Covid-19 dan perbaikan sejumlah indikator ekonomi. Salah satunya, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat signifikan ke level 95,5 pada September 2021, dari 77,3 pada Agustus lalu.
Senior Economist DBS Group Research Radhika Rao dalam risetnya menyampaikan, sejumlah komoditas, seperti tembaga dan sawit, berkontribusi meningkatkan PNBP yang mencapai 93 persen dari target yang ditetapkan. Di samping itu, cadangan devisa Indonesia menyentuh rekor tertinggi hingga 146,9 miliar dollar AS, bersamaan dengan tingginya arus masuk dan meningkatnya alokasi hak penarikan khusus (special drawing rights/SDR) aset cadangan mata uang asing dari Dana Moneter Internasional.
”Kami memperkirakan akan terjadi pertumbuhan cadangan devisa pada akhir tahun karena arus masuk modal. Prospek fiskal yang membaik serta kebutuhan pembiayaan yang lebih rendah menjadi angin segar bagi perekonomian Indonesia,” kata Rao.
Senada dengan Rao, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menerangkan, kenaikan harga minyak dunia saat ini memberi pengaruh pada kinerja APBN, seperti naiknya penerimaan pajak dan PNBP.
”Namun, pada saat yang bersamaan, biasanya juga ada peningkatan di dalam besaran subsidi yang harus kita bayarkan,” katanya.
Meski secara umum semua jenis harga minyak dunia mengalami kenaikan, Suahasil masih belum dapat merinci seberapa besar pengaruhnya terhadap pos anggaran sehingga proyeksi pendapatan hingga akhir tahun belum terkalkulasi.
”Pergerakan harga komoditas akan terus kita perhatikan. Menjelang akhir tahun nanti akan lebih jelas berapa besar outlook dari APBN kita dan besarnya subsidi yang harus kita bayarkan hingga akhir tahun,” ujarnya.