Wapres Amin Optimistis Investor Berdatangan ke Kawasan Industri Halal
Melihat persiapan Halal Industrial Park Sidoarjo dan potensi industri halal, Wapres mengajak investor global untuk tak ragu. Diharapkan Indonesia mampu bertransformasi dari konsumen jadi produsen halal terbesar di dunia.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO/NINA SUSILO
·5 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Wakil Presiden Ma'ruf Amin optimistis dengan potensi besar kawasan industri halal yang disiapkan di Indonesia. Para investor global diharap tak ragu untuk segera menanamkan modalnya.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin meninjau lokasi yang dipersiapkan untuk menjadi Kawasan Industri Halal Sidoarjo di sela-sela kunjungan kerjanya ke Jawa Timur, Kamis (30/9/2021). Dalam kunjungan kerja ini, sebelumnya Wapres memimpin rapat penanggulangan kemiskinan ekstrem, memberikan santunan kepada anak yatim, meninjau gerai pameran pemberdayaan masyarakat.
Pengembangan industri halal adalah salah satu program pemerintah melalui Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah. Adapun program lainnya adalah pengembangan industri keuangan, pengembangan dana sosial syariah, dan pengembangan usaha/bisnis yang berbasis syariah.
Indonesia yang selama ini konsumen produk halal terbesar dunia berharap mampu bertransformasi menjadi produsen halal terbesar di dunia juga. Produk-produk ini semestinya bisa menjadi andalan ekspor Indonesia.
Pengembangan industri halal salah satunya dilakukan dengan membangun kawasan-kawasan industri halal. ”Salah satu yang sudah ada izinnya itu di sini, di Sidoarjo, Halal Industrial Park Sidoarjo, kemudian di Banten di Cikande dan di Bintan,” tutur Wapres Amin yang didampingi Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Melihat persiapan Halal Industrial Park Sidoarjo dan potensi besar Indonesia dalam industri halal, Wapres mengajak investor global untuk tak ragu. Indonesia yang selama ini konsumen produk halal terbesar dunia berharap mampu bertransformasi menjadi produsen halal terbesar di dunia juga. Produk-produk ini semestinya bisa menjadi andalan ekspor Indonesia.
Hal ini dinilai memungkinkan sebab, menurut Wapres Amin, sertifikasi halal Indonesia diakui di seluruh dunia. Fasilitas lain juga bisa dijaga mulai pengurusan yang terpadu satu atap, kemudahan akses permodalan, dan bimbingan teknis.
Untuk itu, kata Wapres Amin, promosi sudah mulai dilakukan dalam rangka pengembangan ekonomi Indonesia. Bulan ini, lanjutnya, Indonesia sudah mulai mengikuti Expo Dubai. Selain itu, ajang promosi di sektor busana juga sudah beberapa kali diikuti.
”Berinvestasi di Indonesia, saya kira, sesuatu yang sangat menjanjikan untuk investor dari mana pun. Saya dengar mereka ada dari China, Brasil, Timur Tengah,” tambah Wapres Amin.
Generasi muda
Di sisi lain, percepatan pertumbuhan dan transformasi ekonomi Indonesia memerlukan generasi Z dan milenial sebagai tumpuan. Dalam sensus tahun 2020, generasi Z mencapai proporsi 27,94 persen dan generasi milenial sebanyak 25,87 persen dari total populasi.
”Di tengah kondisi pandemi Covid-19 saat ini, menjadi eksportir adalah pilihan atau orientasi karier yang sangat menantang, yang tentunya menyatu dengan karakteristik generasi muda. Namun, kita sadari bahwa upaya memunculkan potensi eksportir tidak bisa dilakukan secara instan,” kata Wapres Amin dalam sambutan secara virtual di acara Kuliah Ekspor Nasional pada Konferensi Ekspor Nasional 2021 dari Sekolah Ekspor itu.
Eksportir pemula juga diharap untuk tidak langsung berpikir keuntungan dan menganggap bisnis yang mudah. ”Semua ini membutuhkan proses yang melibatkan komitmen, wawasan dan pengetahuan akademik yang baik, skill yang mumpuni, kemampuan teknologi informasi, negosiasi, creative thinking, inovasi, dan tentunya disiplin dari diri Anda-anda sendiri sebagai pelaku utama,” ujar Wapres Amin.
Selain mengenali ekosistem pendukung ekspor seperti standar dan prosedur ekspor, menurut Wapres Amin, generasi muda juga harus mampu melihat dan menangkap peluang dari dinamika dan perubahan tren ekspor di era pemulihan ekonomi saat ini. Sektor industri halal, sektor kesehatan (healthy life style), sektor makanan minuman, sektor konstruksi, dan sektor pertanian dinilai akan menjadi penopang utama pemulihan ekonomi global ke depan.
”Khusus untuk sektor industri halal, saya mendorong generasi muda dan elemen sektor swasta, baik usaha berorientasi ekspor berskala besar, menengah, dan kecil untuk secara cermat menggali sektor ini dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada di Indonesia,” kata Wapres Amin.
Wapres Amin menuturkan bahwa pandemi ini bukanlah yang pertama dan belum akan segera berakhir. Wabah ini mesti diatasi dahulu secara bersama melalui program vaksinasi untuk mencapai kekebalan komunal. Berbagai program Pemulihan Ekonomi Nasional juga harus terlaksana dengan baik.
Pemulihan ekonomi tersebut harus disokong penyediaan lapangan kerja. Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang saat ini menopang 97 persen lapangan kerja mesti mampu dikembangkan menjadi sektor yang berorientasi ekspor.
”Saya berharap, melalui sinergi dan kolaborasi antara dunia usaha dan akademisi di Sekolah Ekspor ini akan melahirkan semakin banyak eksportir baru dari generasi milenial dan generasi Z untuk menciptakan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru yang sangat dibutuhkan Indonesia saat ini,” kata Wapres Amin.
Saya berharap, melalui sinergi dan kolaborasi antara dunia usaha dan akademisi di Sekolah Ekspor ini akan melahirkan semakin banyak eksportir baru dari generasi milenial dan generasi Z. (Wapres Amin)
Kepala Sekolah Ekspor Handito Joewono menuturkan pada tanggal 19 Desember 2019 ada sebuah kegiatan penting yang memicu lahirnya Sekolah Ekspor. Pada tanggal tersebut diresmikan ekspor perdana produk UKM melalui PLB (Pusat Logistik Berikat) e-Commerce yang berlokasi di Marunda, Jakarta.
Saat itu lebih dari 100 UKM yang produknya diekspor bersama melalui lima agregator ekspor. ”Produknya dimasukkan ke dalam satu kontainer dan dikirim ke PLB e-Commerce yang ada di China untuk kemudian dipasarkan di sana,” kata Handito.
Handito menuturkan, semenjak itu kemudian ekspor menjadi semakin mudah karena tidak hanya secara konvensional atau klasik. ”Selama ini kalau mau ekspor kita cari pembeli luar negeri. (Kalau) ini kita ekspor dulu, pakai jalur kontemporer, pakai e-commerce. Kalau pakai jalur e-commerce maka ekspor jalan dulu, sebab kalau nunggu order dan baru kirim ongkosnya jadi mahal,” katanya.
Sejak itu, lanjut Handito, animo menjadi eksportir baru dari kalangan UKM meningkat pesat. ”Apalagi waktu pandemi, hampir tiap minggu selama berbulan-bulan, embrio Sekolah Ekspor ini bersama Kemlu (Kementerian Luar Negeri) membikin webinar, termasuk untuk memanfaatkan pasar Amerika,” ujarnya.
Sekolah Ekspor pun kemudian lahir dan diresmikan oleh Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki bersama Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional mewakili Menteri Perdagangan pada 19 Agustus 2020 di Smesco. ”Langsung ribuan peserta, yang terdaftar lebih dari 3.000 dari seluruh dunia karena ada juga peserta dari Qatar, Taiwan, Belanda, Jerman, Amerika Serikat, dan Australia, yang ikut program secara daring,” kata Handito.