Pandemi juga menjadi momentum penting untuk meningkatkan sumber daya manusia di pasar tradisional, terutama para pedagang, melalui berbagai edukasi. Sejumlah akademisi dan mahasiswa merintisnya melalui Sekolah Pasar.
Oleh
hendriyo widi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pedagang pasar tradisional atau pasar rakyat tidak sekadar membutuhkan bantuan modal, stimulus, dan pemasaran dalam menghadapi imbas pandemi Covid-19. Mereka juga membutuhkan pengetahuan tentang pangan sehat dan pemasaran atau marketing, serta manajemen diri saat krisis. Untuk itu, akademisi mengembangkan Sekolah Pasar.
Co-founder Sekolah Pasar yang juga peneliti Mubyarto Institute, Awan Santosa, Minggu (19/9/2021), mengatakan, Sekolah Pasar tengah mengembangkan edukasi daring bagi para pedagang pasar tradisional. Dengan menggandeng akademisi perguruan tinggi dan mahasiswa, Sekolah Pasar membangun komunitas-komunitas pedagang pasar berbasis platform digital Sepasar.id serta aplikasi pesan lintas platform, Whatsapp.
Melalui Sepasar.id atau Whatsapp, pedagang pasar tradisional bisa mendapatkan materi atau konten, antara lain, tentang pangan, pemasaran, dan psikologi sesuai kebutuhan mereka. Misalnya, konten tentang cara meningkatkan imunitas dengan pangan sehat, membuat foto barang yang dipasarkan, dan cara menjaga kesehatan mental di tengah terpuruknya usaha akibat pandemi Covid-19.
”Konten-konten itu dibuat oleh para akademisi yang ahli di bidangnya. Para pedagang juga bisa berkomunikasi atau mendapatkan dampingan secara langsung dan berkala untuk membahas konten itu atau hal-hal lain yang mereka usulkan,” kata Awan ketika dihubungi dari Jakarta.
Menurut Awan, uji coba sekolah pasar ini telah dilakukan di Pasar Sambilegi, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, sejak tiga bulan terkahir ini. Kemudian akan menyusul di delapan pasar di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman pada akhir September 2021.
Tim Sekolah Pasar juga akan menerapkan program itu di pasar-pasar tradisional dan adat di Denpasar dan Buleleng, Bali. Tim juga mulai merintis pengembangan program tersebut bagi pasar-pasar tradisional di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
”Selain modal, insentif usaha dari pemerintah, dan pemasaran secara digital, edukasi daring ini juga dibutuhkan para pedagang pasar. Pandemi juga menjadi momentum penting untuk meningkatkan sumber daya manusia di pasar tradisional, terutama para pedagang, melalui berbagai edukasi,” ujar Awan yang juga Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Mercu Buana, Yogyakarta.
Pandemi juga menjadi momentum penting untuk meningkatkan sumber daya manusia di pasar tradisional, terutama para pedagang, melalui berbagai edukasi.
Sembari menggarap edukasi itu, lanjut Awan, juga turut membangun marketplace (lokapasar) bagi pasar tradisional. Misalnya lokapasar Pasarsambilegi.id dan Pasarkolombo.id di Sleman.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) tengah menyusun standar operasional prosedur (SOP) implementasi aplikasi Peduli Lindungi bagi pasar-pasar tradisional. Dalam rangka penyusunan SOP itu, Kemendag tengah menguji coba penerapan aplikasi itu di 14 pasar tradisional di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
”Dari hasil evaluasi uji coba yang dilakukan, pasar tradisional masih belum siap menerapkan aplikasi itu. Salah satu faktor utamanya adalah masih banyak pedagang pasar dan masyarakat di sekitar pasar yang belum divaksin. Di salah satu pasar di Jawa Barat saja, baru 8,9 persen pedagang yang sudah divaksin,” kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.
Dari hasil evaluasi uji coba yang dilakukan, pasar tradisional masih belum siap menerapkan aplikasi itu. Salah satu faktor utamanya adalah masih banyak pedagang pasar dan masyarakat di sekitar pasar yang belum divaksin.
Namun, lanjut Lutfi, Kemendag tidak akan menurunkan standar penerapan protokol kesehatan di pasar tradisional kendati aplikasi Peduli Lindungi belum bisa diterapkan. Sembari mematangkan SOP selama 3-4 minggu ke depan, Kemendag bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah akan mempercepat vaksinasi bagi pedagang pasar dan masyarakat di sekitar pasar.
Ekonomi pasar tradisonal juga akan dipastikan terus bergerak. Salah satu upayanya adalah dengan mendorong pedagang pasar masuk ke eksosistem digital. Mereka yang sudah masuk ke sistem ini omzetnya bisa meningkat sekitar 40 persen.
”Setiap tahun, kami menargetkan 1 juta pedagang pasar tradisional bisa masuk ke dalam ekosistem digital tersebut,” kata Lutfi.
Sementara itu, Awan berpendapat, penerapan aplikasi Peduli Lindungi di pasar tradisional akan sulit dilakukan. Hal itu tidak hanya karena pedagang atau pembeli belum divaksin, tetapi juga lantaran banyak pedagang yang tidak memiliki telepon pintar, terutama mereka yang berusia tua.
Selama ini, tim Sekolah Pasar lebih mendorong dan membangun kesadaran para pedagang pasar dan pembeli melalui inovasi penerapan protokol kesehatan. Misalnya memasang alarm otomatis di pasar yang dapat mengingatkan pedagang dan pembeli agar disiplin menerapkan protokol kesehatan melalui rekaman suara setiap satu jam sekali.
”Kami juga menyediakan alat pemindai tubuh otomatis yang terintegrasi dengan cairan penyanitasi tangan di pintu-pintu pasar,” kata Awan.