Buka IFEX 2021, Presiden Minta Kembangkan Mebel Ramah Lingkungan
Presiden Joko Widodo meminta penyediaan bahan baku mebel dan kerajinan harus mengedepankan juga kelestarian hutan, proses produksi harus rendah karbon, dan manfaat ekonomi harus dirasakan masyarakat lapis bawah.
Oleh
hendriyo widi
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meminta pelaku usaha dan industri meningkatkan daya saing mebel dan kerajinan yang mengedepankan semangat pembangunan berkelanjutan. Produk-produk itu harus ramah lingkungan, rendah karbon, dan bermanfaat bagi masyarakat kelas bawah.
Presiden menyatakan hal itu dalam pembukaan Indonesia International Furniture Expo (IFEX) Virtual Showroom 2021 yang digelar virtual oleh Dyandra Promosindo dan Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Senin (20/9/2021), di Jakarta. Pembukaan pameran virtual yang akan berlangsung pada 20 September-20 Oktober 2021 juga dihadiri Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, dan Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur.
Presiden mengatakan, IFEX Virtual Showroom 2021 merupakan arena strategis bagi para produsen di hulu sampai hilir. Pameran ini juga merupakan arena bagi penjual dan pembeli di tingkat nasional dan internasional untuk saling bertemu dan bertransaksi.
Saat ini, pasar dunia sudah tidak lagi tersekat-sekat sehingga pameran berskala internasional ini benar-benar bisa dioptimalkan untuk mempromosikan dan memasarkan produk-produk mebel dan kerajinan Indonesia. Di sektor ini, Indonesia memiliki modal kuat, seperti kaya dengan bahan baku, karya seni, dan pasar yang besar.
Namun, lanjut Presiden, Indonesia tidak boleh hanya berhenti di situ. Agar bisa bersaing di kancah global, para pelaku industri mebel dan kerajinan harus mampu meningkatkan daya saing. Daya saing itu bukan hanya soal kualitas produk, tetapi juga nilai-nilai yang dipegang teguh dalam proses produksi.
”Kita harus berkomitmen kepada pembangunan yang berkelanjutan yang ramah lingkungan, rendah karbon, dan inkulisf. Penyediaan bahan baku harus mengedepankan juga kelestarian hutan, proses produksi harus rendah karbon, dan manfaat ekonomi harus dirasakan masyarakat lapis bawah,” kata Jokowi.
Kita harus berkomitmen kepada pembangunan yang berkelanjutan yang ramah lingkungan, rendah karbon, dan inkulisf. Penyediaan bahan baku harus mengedepankan juga kelestarian hutan, proses produksi harus rendah karbon, dan manfaat ekonomi harus dirasakan masyarakat lapis bawah.
Semangat itu, lanjut Presiden, harus dipegang teguh karena skema pembiayaan dan pasar semakin mempersyarakatkan semangat pembangunan berkelanjutan. Presiden berharap IFEX 2021 menjadi monentum kembangkitan industri mebel dan kerajinan indonesia yang merujuk pada semangat pembangunan berkelanjutan.
Pada tahun ini, IFEX 2021 digelar secara virtual dengan mengakses situs Ifexindonesia.com. Dalam situs tersebut, pengunjung dapat melihat showroom peserta pameran yang berjumlah 57 pelaku usaha dan industri di sektor mebel dan kerajinan.
Muhammad Lutfi menuturkan, produk mebel dan kerajinan merupakan salah satu ekspor andalan Indonesia yang sudah diakui kualitasnya. Produk tersebut juga telah mendominasi pasar global mulai dari Amerika Serikat, Timur Tengah, hingga Jepang.
Pada Januari-Agustus 2021, nilai ekspor produk mebel tumbuh 29 persen secara tahunan menjadi 1,88 miliar dollar AS. Pada periode yang sama, nilai ekspor kerajinan juga tumbuh 23 persen menjadi 5,8 miliar dollar AS.
”Selain sebagai ajang promosi mebel dan kerajinan, saya berharap perhelatan IFEX Virtual Showroom 2021 dapat turut mendorong pemulihan ekonomi. Saya juga berharap agar para pelaku usaha dan industri di sektor tersebut ikut menyukseskan Trade Expo Indonesia ke-36 yang akan digelar pada 21 Oktober-20 Desember 2021 secara virutal,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Agus Gumiwang Kartasasmita mengemukakan, IFEX Virtual Showroom 2021 dapat menjangkau pembeli di dalam negeri dan luar negeri secara lebih luas lantaran digelar secara virtual. Pameran ini juga akan meringankan para pelaku usaha serta industri mebel dan kerajinan lantaran tidak harus mengeluarkan biaya transportasi dari kota asal dan akomodasi seperti saat mengikuti pameran fisik.
Pameran ini diharapkan juga bisa menjadi ajang menggeliatkan sektor industri manufaktur yang tengah terimbas pandemi Covid-19. Saat ini, kinerja industri manufaktur Indonesia masih terkontraksi kendati sudah mulai bergerak membaik. Hal itu ditunjukkan oleh Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur Indonesia yang meningkat dari 40,1 pada Juli 2021 menjadi 43,7 pada Agustus 2021.
Adapun khusus industri furnitur, lanjut Agus, pertumbuhannya sangat baik. Pada triwulan I-2020, industri ini terkontraksi atau tumbuh minus 7,28 persen. Kemudian pada triwulan I-2021, industri ini telah bangkit karena tumbuh sangat signifikan sebesar 8,04 persen.
”Hal ini membuktikan industri ini memiliki daya tahan tinggi di tengah pandemi. Salah satu faktornya adalah adanya pola belanja masyarakat domestik dan global dari sektor hiburan dan pariwisata ke sektor lain, seperti teknologi, kebutuhan tata ruang, dan renovasi,” tuturnya.
Agus menambahkan, selain memfasilitasi pemasaran dan promosi, Kementerian Perindustrian juga akan terus memberikan fasilitas kemudahan dalam berusaha. Beberapa upaya yang dilakukan antara lain fasilitasi pusat logistik bahan baku, program revitalisasi mesin, pengembangan sumber daya manusia melalui politeknik furnitur, serta standar nasional Indonesia dan tingkat komponen dalam negeri.
Abdul Sobur mengatakan, industri mebel dan kerajinan dapat bertahan di tengah imbas pandemi Covid-19. Sektor ini masih mampu menggerakkan ekonomi Indonesia lantaran buah dari permintaan pasar AS yang cukup tinggi.
Kenaikan permintaan dari AS ini merupakan pengaruh positif dari kebijakan fiskal Pemerintah AS. Kebijakan stimulus meningkatkan pendapatan rumah tangga dan mendukung pengeluaran yang berkelanjutan semua barang, termasuk impor.
”Selain itu, AS juga mengalami kekurangan pasokan furnitur dari China lantaran perang dagang kedua negara masih berlanjut hingga saat ini. Hal ini membuat AS mengalihkan permintaan ke sejumlah negara, seperti Vietnam, Kanada, Malaysia, Taiwan, Meksiko, dan Indonesia,” ujarnya.
Kelangkaan kontainer dan kenaikan biaya logisitik kapal serta kelangkaan bahan baku rotan akibat maraknya penyelundupan menjadi tantangan industri mebel dan kerajinan.
Abdul menambahkan, Indonesia masih belum dapat mengoptimalkan lonjakan permintaan karena masih ada persoalan yang dihadapi pelaku industri mebel dan kerajinan Indonesia. Dua di antaranya adalah kelangkaan kontainer dan kenaikan biaya logisitik kapal serta kelangkaan bahan baku rotan akibat maraknya penyelundupan. HIMKI berharap agar pemerintah mengatasi persoalan-persoalan itu agar tidak terjadi hambatan dalam mengekspor dan memproduksi barang.