Petani Tebu di Jawa Timur Diberi Kemudahan Mengakses Pupuk
Badan usaha milik negara terus melakukan inovasi dan kerja sama untuk memberikan kemudahan bagi petani tebu sebagai salah satu upaya merealisasikan swasembada gula pada 2030.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
MOJOKERTO, KOMPAS — Petrokimia Gresik dan PT Perkebunan Nusantara X bekerja sama untuk memberikan kemudahan bagi petani tebu di Jawa Timur dalam mengakses pupuk. Langkah ini sebagai upaya mendorong peningkatan produktivitas tanaman tebu di provinsi yang 60 persen pabrik gula berada di wilayah ini, sekaligus menjadi penopang utama tebu nasional sebagai bahan baku gula.
Kerja sama untuk memberikan kemudahan bagi petani tebu dituangkan dalam MOU antara PT Petrokimia Gresik dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X, pada Rabu (8/9/2021). Pada kesempatan itu, Petrokimia sebagai perusahaan Solusi Agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia bersama PTPN X menggelar tanam perdana komoditas tebu Program Makmur di Desa Ngingasrembyong, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.
Direktur Utama Petrokimia Gresik Dwi Satriyo Annurogo kepada Kompas, Kamis (9/9/2021), menjelaskan, kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut atas MOU kerja sama Program Makmur antara Petrokimia Gresik dan PTPN X, di mana potensi luasan lahan tebu yang akan dikawal mencapai 31.000 hektar (ha).
”Kemudahan akses pupuk bagi petani tebu di Jatim sangat penting direalisasikan karena selama ini petani kesulitan mendapatkan pupuk untuk tanaman tebu,” ujarnya. Apalagi hampir 60 pabrik gula, baik dikelola PTPN maupun swasta, berbahan baku tebu berlokasi di wilayah
Di sisi lain produktivitas tebu dalam negeri saat ini belum mencukupi kebutuhan gula nasional karena belum optimalnya pemanfaatan saran produksi dan kawalan teknologi oleh petani tebu. ”Oleh karena itu, kerja sama ini menjadi salah satu upaya untuk menyelesaikan persoalan tersebut,” kata Dwi Satriyo.
Kemudahan akses pupuk bagi petani tebu di Jatim sangat penting direalisasikan karena selama ini petani kesulitan mendapatkan pupuk untuk tanaman tebu. (Dwi Satriyo Annurogo)
Hal senada disampaikan Direktur Utama PTPN X Tuhu Bangun dengan mengatakan, PTPN Grup mengemban tugas mewujudkan swasembada gula konsumsi di 2024 mencapai 2,4 juta ton. Namun, salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah peningkatan produktivitas sehingga kehadiran Program Makmur ini sangat dibutuhkan. ”Program ini harus bisa menjadi percontohan dan bisa terus dikembangkan di PTPN lain,” ujarnya.
Melalui kerja sama ini, Petrokimia Gresik akan menjamin penyediaan pupuk non-subsidi kepada petani binaan. Untuk musim tanam tebu kali ini, pupuk yang diharapkan petani tebu antara lain NPK Phonska Plus dan ZA non-subsidi.
Selain itu, Petrokimia Gresik juga akan memberikan kawalan dan analisis uji tanah melalui layanan gratis Mobil Uji Tanah sehingga petani dapat memperoleh rekomendasi pemupukan sesuai dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman.
Program Makmur merupakan transformasi dari Program Agro Solution yang diinisasi Pupuk Indonesia sejak 2020 dan dirilis kembali Menteri BUMN Erick Thohir. Program ini mencakup berbagai aspek yang membantu petani dan budidaya pertanian.
Penanganan mulai dari pengelolaan budidaya tanaman berkelanjutan, informasi dan pendampingan budidaya pertanian, digital farming, hingga mekanisme pertanian. Selain itu juga akses permodalan dan perlindungan risiko pertanian, serta adanya jaminan pasar bagi petani.
Melalui program ini, Petrokimia Gresik menciptakan suatu ekosistem yang dapat membantu petani dari hulu hingga hilir sehingga proses budidaya ataupun pemasaran hasil pertanian tidak terhambat. Selain itu juga menggandeng pihak asuransi memberikan jaminan serta perbankan, dalam hal ini BNI, untuk memberikan pendanaan kepada petani atas usaha tani yang dilakukan.
Kepala Kantor Wilayah BNI Jawa Timur Gunawan Putra menyampaikan, pihaknya menyambut baik dan mendukung program ini dari sisi penyediaan pendanaan petani. Menurut dia, Program Makmur ini adalah wujud sinergi BUMN dan satu kunci sukses untuk bisa bersama-sama meningkatkan taraf hidup petani, meningkatkan produktivitas dan mewujudkan tugas ketahanan pangan nasional.
Menurut Mubin, salah satu petani mengaku dengan Program Makmur, petani bisa mendapatkan jaminan sarana dan prasarana budidaya tebu tepat waktu sehingga tidak ada keterlambatan proses budidaya.
Terjunkan
Di Gresik, Petrokimia Gresik juga menerjunkan 13 AgroMan atau petugas agronomi) dan sales force bakal ditempatkan di lima provinsi, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, NTB, dan NTT, untuk meningkatkan layanan dan kawalan pertanian dalam Program Makmur.
“AgroMan dan Sales Force, ujung tombak perusahaan dalam memberikan layanan dan kawalan pertanian. Mereka yang berkomunikasi langsung dengan petani, sehingga peranannya sangat penting bagi perusahaan maupun pertanian di Indonesia” ujar Dwi Satriyo.
Tenaga agronomi akan melakukan pengambilan sampel dan analisis tanah, serta melakukan fungsi riset, kawalan, koordinasi dan promosi. Petugas inilah yang akan menguji kandungan tanah milik petani sekaligus memberikan rekomendasi pemupukan yang tepat sesuai dengan kondisi tanah dan komoditasnya. Dengan demikian, penggunaan pupuk akan lebih efektif dan efisien sehingga produktivitas pertanian juga optimal.
Sementara sales force bertugas menciptakan permintaan (create demand) pupuk nonsubsidi retail di tingkat sales channel, mengawal ketersediaan stok serta memastikan pupuk nonsubsidi Petrokimia Gresik dapat mudah dilihat oleh konsumen petani di tingkat kios atau retailer, dan mengetahui dinamika persaingan pasar pupuk.
”Penugasan AgroMan dan Sales Force ini merupakan upaya Petrokimia Gresik dalam memberikan kawalan pertanian secara komprehensif hingga ke pelosok negeri, untuk peningkatan produktivitas pertanian sekaligus perbaikan kondisi tanah guna mewujudkan pertanian berkelanjutan,” kata Dwi Satriyo.
Pada kesempatan lain, Direktur PT Sinergi Gula Nusantara Aris Toharisman mengatakan, saat ini area lahan perkebunan tebu secara total seluas 149.161 hektar. Saat ini ada 43 pabrik gula yang dimiliki PTPN, tetapi 7 pabrik gula di antaranya tidak beroperasi. Beberapa pabrik gula yang sudah dan sedang dalam program revitalisasi antara lain PG Bungamayang, Gempolkerep, Rendeng, Djatiroto, dan Asembagus. Khusus PG Pangka di Tegal, Jawa Tengah, bakal direvitalisasi 2023.
Dari total lahan perkebunan tebu yang ada saat ini diharapkan bisa meningkat 65 persen atau menjadi 248.000 hektar pada 2030. Produksi tebu yang sekarang rata-rata 67 ton per hektar digenjot menjadi 93 juta ton per hektar.
Terkait rendemen yang sepanjang musim giling 2020 berkisar 7,5 persen diupayakan menjadi 11,2 persen. Peningkatan produksi gula yang kini sekitar 800.000 ton diupayakan naik 2,25 kali sehingga bisa mencapai 2,6 juta ton. ”Peningkatan segala aspek penting karena langsung berimbas pada kesejahteraan petani tebu,” kata Aris.