Pabrik Gula Terancam Semakin Kekurangan Pasokan Tebu
Pabrik gula di Jawa Timur yang dikelola PT Perkebunan Nusantara X dan XI terancam kekurangan pasokan tebu pada musim giling 2020. Para petani yang menjadi mitra pabrik tebu tersebut beralih menjual ke pabrik gula baru.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA/IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pabrik gula di Jawa Timur yang dikelola PT Perkebunan Nusantara X dan XI terancam kekurangan pasokan tebu pada musim giling 2020. Para petani yang menjadi mitra pabrik tebu tersebut beralih menjual ke pabrik gula baru yang menawarkan harga lebih tinggi.
Direktur PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X Aris Toharisman di Surabaya, Kamis (16/7/2020), mengatakan, terjadi penurunan pasokan tebu dari petani pada awal musim giling. Hingga hari ke-47 giling tebu, pabrik-pabrik tebu yang dikelola PTPN X hanya mendapat pasokan 1,3 juta ton, turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 1,45 juta ton.
”Tren penurunan pasokan ke pabrik-pabrik PTPN X diperkirakan terus terjadi selama petani mitra kami memilih menjual ke pabrik gula swasta,” katanya.
Pabrik gula baru seharusnya memiliki lahan sendiri minimal 20 persen dari kapasitas giling agar tidak mengurangi kemitraan yang sudah ada, sekaligus mendorong perluasan lahan tebu. (Aris Toharisman)
Menurut Aris, petani yang sudah bermitra sejak puluhan tahun lalu tiba-tiba banyak yang beralih menjual tebu ke pabrik gula swasta. Alasannya, pabrik swasta membeli tebu petani dengan harga lebih tinggi dibandingkan dengan pabrik gula PTPN. Kondisi ini merusak kemitraan yang telah terjalin antara pabrik tebu dan petani. Bahkan, petani dikhawatirkan menjual tebu dalam kondisi belum maksimal.
”Pabrik gula baru seharusnya memiliki lahan sendiri minimal 20 persen dari kapasitas giling agar tidak mengurangi kemitraan yang sudah ada, sekaligus mendorong perluasan lahan tebu,” ujarnya.
Sangat singkat
Namun, kondisi saat ini, pasokan tebu di Jatim masih jauh di bawah kapasitas maksimal giling pabrik-pabrik yang ada. Akibatnya, masa giling pabrik tebu sangat singkat, yakni 130 hari, masih kurang di bawah ideal 150 hari. ”Kalau pasokan terus berkurang, pabrik gula akan merugi karena biaya operasional tinggi,” ujar Aris.
Brilliant Johan Anugerah dari Humas PTPN XI mengatakan, selisih harga yang ditawarkan pabrik gula baru mencapai Rp 20.000 per kuintal (100 kilogram). Pabrik gula di PTPN XI, misalnya, biasa membeli tebu dengan kisaran harga Rp 58.000 hingga Rp 62.000 per kuintal, lebih rendah dibandingkan dengan harga yang ditawarkan pabrik gula baru yang berkisar Rp 75.000 hingga Rp 79.000 per kuintal.
”Pada awal musim giling pasokan lancar, tetapi beberapa hari terakhir mulai berkurang karena tebu dijual ke pabrik gula baru. Kemitraan jadi rusak karena transaksional,” katanya.
Menurut Ketua DPD Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) PTPN XI Sunardi Edy, tebu dari petani di Madiun bahkan bisa dibeli hingga Rp 82.000 per kuintal oleh pabrik gula baru. Meskipun harga tinggi, dia khawatir akan banyak pabrik tebu merugi karena kekurangan pasokan. Dampaknya, pilihan untuk menjual tebu ke pabrik gula semakin berkurang.
Adapun harga lelang gula petani pada musim giling periode IV yang berlangsung Selasa (14/7/2020) terhadap 8.740 ton mampu menembus harga Rp 11.200 per kilogram. Harga kali ini menggembirakan petani karena biaya produksi saat ini rata-rata Rp 10.500 per kg. Seluruh gula petani akan dibeli importir raw sugar atau Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI).
Sementara harga gula di pasaran Kota Surabaya kini bervariasi dari Rp 12.000 hingga 14.000 per kg. Harga gula sebesar Rp 12.000 per kg untuk jenis curah tanpa merek. Namun, harga gula di swalayan rata-rata Rp 12.500 per kg dan pembelian masih dibatasi maksimal 2 kilogram per konsumen.