Keterampilan dan Pengalaman Organisasi Jadi Modal Meniti Karier
Lulusan baru sebaiknya mampu mendefinisikan kemampuan spesifik, pengetahuan, dan pengalaman organisasi yang dimiliki dan bisa memberikan nilai tambah pada perusahaan yang dituju.
Oleh
M Paschalia Judith J/Elsa Emiria Leba
·3 menit baca
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Pemuda Jakarta, Budi (24), menceritakan kesulitan yang dialami selama pandemi Covid-19, Jumat (9/4/2021). Sejak lulus kuliah pada pertengahan 2019, ia belum mendapat pekerjaan hingga kini. Peluang kerja semakin kecil karena pandemi Covid-19.
Pemahaman terhadap kemampuan dan pengalaman organisasi yang ada di dalam sendiri menjadi kompas bagi mahasiswa yang baru lulus dan ingin menjejakkan kakinya untuk berkarier. Sayangnya, pemaknaan yang kurang tepat pada renjana kerap mengaburkan pandangan para lulusan di awal masa profesinya.
Psikolog klinis sekaligus konselor employee assistance program, Viera Adella, mengatakan, pilihan berkarier bagi lulusan baru berarti bergabung dalam sebuah organisasi. ”Dalam dunia kerja, ini menyoal kesempatan dan tawaran. Oleh sebab itu, lulusan baru sebaiknya mampu mendefinisikan kemampuan spesifik, pengetahuan, dan pengalaman organisasi yang dimiliki dan bisa memberikan nilai tambah pada organisasi (perusahaan) yang dituju,” ujarnya saat dihubungi, Senin (30/8/2021).
Viera membagi pilihan karier menjadi dua macam, yakni profesi dengan keterampilan spesialis dan umum. Contoh keterampilan profesi spesialis antara lain analisis data, teknik teknologi dan informatika, serta hukum, sedangkan keterampilan umum misalnya manajemen, teknik industri, dan komunikasi.
Dalam mencari talenta di kedua pilihan tersebut, dia menilai, divisi sumber daya manusia perusahaan akan mencari pribadi yang mampu beradaptasi serta berketerampilan lebih dari satu atau multi-skills. Bagi profesi spesialis, kemampuan adaptasi diharapkan dapat melahirkan inovasi-inovasi baru bagi perusahaan. Adapun bagi profesi umum, adaptasi dapat memperkuat fleksibilitas mereka dalam mempelajari hal-hal baru yang berpotensi muncul dalam dinamika pekerjaan.
Sementara itu, Co-Founder Thirty Days of Lunch Podcast sekaligus kreator konten Fellexandro Ruby berpendapat, keterampilan merupakan salah satu lapisan dalam renjana atau passion. ”Ada hubungan ketika kita semakin jago dalam sebuah bidang keterampilan dengan kecintaan kita pada hal tersebut. Saat merasa senang dengan bidang itu, kita akan melatih diri agar semakin jago dan mengeksplorasi. Pada tahap ini, ada tantangan dan kesulitan yang menghadang. Namun, perlu diingat, arti kata passion adalah to suffer. Dengan demikian, ada pengorbanan yang mesti dilakukan. Passion tidak bernilai kalau tak menjadi kecakapan atau pengalaman yang berharga,” tuturnya.
Dia juga menyayangkan penyalahgunaan makna renjana untuk keluar dari tanggung jawab. Contohnya, anak-anak muda yang baru berkarier dalam jangka waktu 1-2 bulan, bahkan mingguan, keluar dari pekerjaannya dengan alasan ”bukan renjana saya”. Padahal, renjana bukan satu-satunya.
TANGKAPAN LAYAR OLEH M PASCHALIA JUDITH J
Co-Founder Thirty Days of Lunch Podcast sekaligus kreator konten Fellexandro Ruby saat kelas Kompasfest berjudul ”You Do You: Designing Your Life” yang diadakan secara daring, Sabtu (21/8/2021).
Recruitment and Employer Branding Management Senior Analyst Astra Emanuel Boniara Nedo mengatakan, pemaknaan renjana yang kurang tepat dapat membuat karier seseorang mandek. Misalnya, ada orang yang berpikir hanya ingin memberikan 100 persen dirinya untuk pekerjaan yang disukai. Padahal, tidak semua renjana bisa jadi karier. ”Bisa memiliki renjana yang sejalan dengan jalan karier dan tujuan diri merupakan privilese. Sayangnya, privilese itu kerap sulit ditemui saat lulus kuliah,” katanya.
Oleh sebab itu, dia mengimbau lulusan baru untuk memulai karier dengan langkah realistis. Pola strategi yang sebaiknya dimiliki ialah mencari cara untuk membuat diri sendiri berdaya saing dan bertahan sampai memiliki modal yang cukup untuk mengubah renjana menjadi karier.
Strategi lain, lanjutnya, berupa mendefinisikan tujuan diri sebagai pendorong karier. ”Hal ini mungkin saja berwujud hal (pekerjaan) yang tidak kita sukai atau tantangan, tetapi bisa memberikan dampak dan nilai. Proses menjalani tujuan memberikan kesempatan untuk bereksplorasi yang berpotensi memunculkan sebuah renjana bagi pribadi,” katanya.
TANGKAPAN LAYAR OLEH M PASCHALIA JUDITH J
Recruitment and Employer Branding Management Senior Analyst Astra Emanuel Boniara Nedo (kiri) saat kelas Kompasfest berjudul ”Preparing Your Future Career” yang diadakan secara daring, Sabtu (21/8/2021).
Rencana karier
HR Professional dan kreator konten, Samuel Ray, di sesi Designing Career Journey for First-jobber dalam KompasFest 2021 mengatakan, rencana karier penting bagi lulusan baru agar tidak bingung saat melamar kerja. Mereka bisa mulai mengenali potensi, minat, dan kelemahan diri sejak dini sehingga tahu industri mana yang akan disasar.
Selain itu, lulusan baru sebaiknya melakukan riset terkait potensi industri yang akan bertumbuh atau meredup dalam 10-20 tahun ke depan. Dengan perkembangan teknologi seperti saat ini ditambah pandemi, industri banyak terdisrupsi atau justru tumbuh pesat.
”Jadi, kita harus melihat ke dalam, yakni melihat bakat dan minat, serta ke luar melihat tren. Contohnya, di luar negeri, perusahaan yang sedang growing itu teknologi, sedangkan di Indonesia itu perusahaan e-commerce,” kata Samuel.