Promosi Investasi untuk Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Dibutuhkan
Peluang menarik investasi masuk perlu ditekankan demi pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peluang investasi sektor industri pariwisata dan ekonomi kreatif tetap menjanjikan dalam jangka menengah dan panjang. Hanya saja, upaya menggaet investasi masuk ke Indonesia perlu dikaitkan dengan kebijakan pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, salah satu prioritas pembangunan pariwisata berkelanjutan masih berkaitan dengan infrastruktur. Tahun lalu, pihaknya telah menggodok beberapa destinasi pariwisata untuk dipromosikan ke investor, seperti Danau Toba (Sumatera Utara), Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung (Banten), Nusa Tenggara Barat, dan Raja Ampat (Papua Barat).
”Kami menyadari realisasi penanaman modal ke sektor industri pariwisata dan ekonomi kreatif menurun tajam selama pandemi Covid-19. Dari nota kesepahaman kerja sama, kami menginginkan ada tim kecil guna mendetailkan skala prioritas penarikan investasi. Salah satunya adalah pembenahan infrastruktur wisata,” tutur Bahlil di sela-sela penandatangan nota kesepahaman kerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Senin (23/8/2021), di Jakarta,
Ruang lingkup nota kesepahaman kerja sama kedua kementerian itu, antara lain, pertukaran data, pemasaran peluang investasi pariwisata dan ekonomi kreatif, serta koordinasi kebijakan. Durasi nota kesepahaman ini berlaku selama tiga tahun.
Deputi Kerja Sama Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Riyatno menambahkan, selain peluang menarik investasi masuk ke Indonesia, pihaknya juga berusaha menangani realisasi investasi yang mangkrak. Potensi realisasi penanaman modal yang mangkrak berkisar Rp 700,8 triliun.
Dari nota kesepahaman kerja sama, kami menginginkan ada tim kecil guna mendetailkan skala prioritas penarikan investasi. Salah satunya adalah pembenahan infrastruktur wisata.
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno menyampaikan beberapa contoh yang berpengaruh positif terhadap industri pariwisata, antara lain integrasi sertifikat vaksin Covid-19 ke aplikasi Peduli Lindungi, penurunan harga tes usap, dan pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Di saat bersamaan, pihaknya juga terus meningkatkan sertifikasi kebersihan, kesehatan, dan lingkungan berkelanjutan (CHSE) bagi jasa usaha pariwisata dan melaksanakan vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat umum ataupun pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif di destinasi pariwisata. Sampai September 2021 ditargetkan vaksinasi di sektor industri jasa pariwisata bisa tembus hingga 400.000 orang.
Sandiaga menambahkan, sudah ada komitmen investasi dari Uni Emirat Arab ke Pulau Banyak, Aceh. Dengan nilai investasi sekitar Rp 10 triliun, realisasinya akan fokus ke infrastruktur dan akomodasi pariwisata.
”Aceh masih termasuk bagian travel pattern atau sasaran kunjungan wisatawan yang datang ke Danau Toba, Sumatera Utara. Jadi, komitmen investasi Uni Emirat Arab ke Pulau Banyak, Aceh, sudah tepat. Apalagi, fokus investasi mereka juga menyangkut urban energy,” kata Sandiaga.
Beberapa contoh yang berpengaruh positif terhadap industri pariwisata, antara lain, integrasi sertifikat vaksin Covid-19 ke aplikasi Peduli Lindungi, penurunan harga tes usap, dan pelonggaran PPKM.
Sesuai laporan Global Foreign Direct Investment Greenfield Investment Trends in Tourism 2020 yang dirilis oleh Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO), penanaman modal asing (PMA) secara global ke industri pariwisata anjlok 73,2 persen pada semester I-2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ini sejalan dengan penurunan jumlah wisatawan internasional yang turun 60-80 persen.
Dalam laporan itu, UNWTO bekerja sama dengan FDI Intelligence dari The Financial Times. Laporan itu juga menyebutkan, selama kurun 2015-2019, investasi pariwisata ke bidang tradisional secara global, seperti konstruksi, masih berkontribusi lebih dari setengah. Meski demikian, investor semakin memperhatikan jejak sosial dan lingkungan dari proyek mereka. Jumlah investasi nontradisional, seperti terkait layanan pariwisata berbasis teknologi, turut meningkat dan berkontribusi sekitar 32 persen.
Dalam laporan yang sama, UNWTO menyebut pandemi Covid-19 telah memperjelas bahwa pariwisata berkelanjutan mengharuskan investasi berkelanjutan sebagai tujuan utama dan bukan hanya mengejar investasi tradisional. Investasi nontradisional yang meningkatkan inovasi juga penting digarap.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal, saat dihubungi terpisah, berpendapat, dalam situasi jangka pendek, mendorong investasi masuk ke sektor pariwisata akan kesulitan. Namun, pada jangka menengah-panjang, berinvestasi di sektor pariwisata tetap menjanjikan.
Apabila pandemi Covid-19 bisa dikendalikan dan mobilitas dilonggarkan, ada potensi investasi masuk ke sektor pariwisata bisa lebih naik.
Berdasarkan laporan BKPM, realisasi PMA di sektor hotel dan restoran pada triwulan II-2020 mencapai 48,7 juta dollar AS dengan jumlah proyek 1.216. Kemudian, pada triwulan II-2021, realisasi investasi PMA mencapai 112,6 juta dollar AS dengan jumlah proyek 1.907. Apabila pandemi Covid-19 bisa dikendalikan dan mobilitas dilonggarkan, ada potensi investasi masuk ke sektor pariwisata bisa lebih naik.
”Hal yang perlu diubah adalah cara mengembangkan industri pariwisata. Menarik investasi masuk bukan sekadar memburu untung, melainkan menarik investasi yang bisa membantu pengembangan pariwisata berkelanjutan,” kata Faisal.
Keunggulan komparatif pariwisata Indonesia terletak pada pariwisata berbasis alam. Ini tetap menarik dikembangkan di masa pariwisata normal baru pandemi Covid-19. Hanya saja, Faisal menilai, tantangan yang dihadapi oleh Indonesia sebelum pandemi Covid-19 dalam konteks pengembangan pariwisata seperti itu adalah infrastruktur dan akomodasi.
”Menarik investasi untuk mendukung pembiayaan infrastruktur tetap perlu. Permasalahan infrastruktur menuju ke destinasi wisata alam di Indonesia sering dikeluhkan,” kata Faisal.