Aplikasi BogorHitz merupakan kolaborasi platform digital untuk UMKM di Kota Bogor agar berdaya saing secara luas di nasional dan internasional.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
Ada angin segar bagi para pelaku usaha, khususnya yang tinggal di ”kota hujan” tetangga Jakarta. Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, meluncurkan platform digital BogorHitz untuk merangkul 1.000 pelaku usaha mikro kecil menengah atau UMKM di Kota Bogor yang memiliki daya saing produk agar bisa dipasarkan secara nasional dan internasional.
Wali Kota Bogor Bima Arya dalam sambutannya mengatakan, potensi ekonomi, pariwisata, dan UMKM sangat besar sehingga perlu terus didorong agar terus maju. Dalam masa pandemi, pelaku UMKM bisa ikut meningkatkan ekonomi Kota Bogor secara luas melalui produk yang berdaya saing. Dari potensi-potensi besar itu harus bisa keluar dari krisis pada masa pandemi.
Bima menjelaskan, berdasarkan data yang mereka himpun, 62 persen warga Kota Bogor secara ekonomi turun pendapatannya dan ada 42 persen yang kehilangan pekerjaan.
”Itu data cukup mengkhawatirkan. Meski begitu, ada data yang juga memperlihatkan kondisi yang baik. Sebanyak 84 persen warga Kota Bogor optimistis bisa menaklukkan Covid-19 dan bangkit dari pandemi, khususnya dalam hal ekonomi. Optimisme itu membuka celah warga untuk berinovasi seperti pengembangan pasar UMKM dan lainnya,” kata Bima, Rabu (18/8/2021).
Potensi dan optimisme itu perlu dibangun, salah satunya melalui platform digital BororHitz untuk memaksimalkan sekitar 1.000 UMKM di Kota Bogor. Pemerintah harus hadir untuk membangun kolaborasi. BogorHitz hadir untuk menggandeng pelaku UMKM agar berdaya saing secara pengetahuan individu, produk, dan membuka jalur pemasarannya.
Aplikasi BogorHitz ini merupakan hasil kolaborasi agar UMKM di Kota Bogor maju dan memberikan manfaat besar untuk Kota Bogor, negara, dan pelaku usaha itu sendiri.
”Apa yang kita luncurkan hari ini belum final. Tapi, upaya untuk jalan dan wadahnya harus ada. Kita yakinkan pelaku UMKM untuk bergabung. Pada perjalanannya pasti akan terus dievaluasi, dikembangkan, dan terus diperbaiki. Ini menjadi awal yang baik untuk memajukan produk UMKM Kota Bogor,” kata Bima.
Kita yakinkan pelaku UMKM untuk bergabung. Pada perjalanannya pasti akan terus dievaluasi, dikembangkan, dan terus diperbaiki. Ini menjadi awal yang baik untuk memajukan produk UMKM Kota Bogor.
Bima berharap pelaku UMKM yang saat ini bergabung bersama BogorHitz tidak saja mendapatkan pasar luas secara daring, tetapi juga kemungkinan untuk mendapat suntikan dana, pembinaan, dan pengembangan agar produk bisa dipasarkan secara nasional dan internasiomal.
”Para pelaku UMKM harus naik kelas,” kata Bima.
Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki mengatakan, para pelaku UMKM merupakan pahlawan ekonomi bangsa. Melalui BogorHitz sebagai platform kolaborasi diharapkan semakin memperkuat pelaku UMKM dan memperkuat perekonomian warga Kota Bogor dan nasional. Inisiatif flatform BogorHitz dinilai bagus karena Pemkot Bogor bersama pihak lainnya berusaha menggandeng pelaku UMKM agar naik kelas dan memanfaatkan teknologi untuk berkembang.
Teten menjelaskan, di tengah disrupsi dan tantangan pandemi, adaptasi teknologi pelaku UMKM menjadi keniscayaan. Berdasarkan Konferensi Ekonomi Digital 2020, Indonesia mencapai pendapatan ekonomi digital sebesar 44 miliar dollar AS atau sekitar RP 640 triliun.
”Pada 2024-2025, nilai ekonomi digital berpotensi meningkat menjadi sekitar Rp 1.700 triliun. Ini merupakan potensi yang besar jika pelaku UMKM terus berkembang, berdaya saing menghadirkan produknya secara daring. Produk UMKM harus secara luas dipasarkan secara nasional dan luar negeri,” kata Teten.
Menurut Teten, angka-angka itu menunjukkan ekonomi digital UMKM sangat krusial. Pada 2021 ada lonjakan besar sebanyak 14,6 juta UMKM atau 22,7 persen dari total populasi UMKM di Indonesia yang telah hadir melalui pasar digital.
”Sebelum pandemi pertumbuhannya hanya 13 persen, sekarang 22,7 persen. Harapan kita dan Pak Presiden Joko Widodo, pada 2024 ada pertumbuhan sebesar 30 juta UMKM terhubung dalam ekosistem digital. Artinya, usaha mikro kita sasaran lebih banyak untuk go digital,” ujarrnya.
Namun, lanjut Teten, transportasi digital memiliki tantangan tidak hanya sekadar pelaku UMKM hadir di platform digital, tetapi perlu menghadirkan penguatan literasi digital, peningkatan kapasitas produksi yang saat ini rata-rata masih rendah, serta meningkatkan kualitas produksi dan daya saing.
”UMKM yang sudah go digital tidak bisa berjalan maksimal karena produksi yang terbatas dan daya saing produk rendah. Ini tantangan yang harus segera diperbaiki,” ucapnya.
Ke depan, kata Teten, pihaknya akan melakukan pendampingan untuk membantu pelaku UMKM dalam pengadaan barang dan jasa. Saat ini kementerian dan lembaga harus menyerap 40 persen produk UMKM.
Ia melanjutkan, meski di tengah pandemi, nilai pertumbuhan ekspor Indonesia cukup baik pada 2020. Khusunya ada 14.000 UMKM atau 77, 8 persen melakukan eksportir. Namun, kontribusi ekspor UMKM masih relatif kecil, yaitu sekitar 14 persen. Itu terhitung rendah dibandingkan dengan negara Malaysia sebesar 20 persen, Korea Selatan 31 persen, dan Jepang 44 persen.
”Angka ini perlu terus ditingkatkan, target 2024 sebesar 17,6 persen. Ini tantangan yang harus kita kolaborasikan. Potensi ekspor masih didominasi poduk aksesori, batin, kriya, makanan dan minuman olahan. Melalui target 17,6 persen, perlu membidik potensi ekspor, seperti buah tropis, briket, dan bahan baku yang berbasis kelautan. Ini pasar dan permintaannya ada. Perlu ada strategi untuk membidik potensi dari pasar dan permintaan produk itu,” kata Teten.
Oleh karena itu, kata Teten, BogorHits harus hadir dan berperan aktif sebagai platform untuk mengonsolidasikan usaha mikro kecil di Bogor Raya, bahkan Jawa Barat, untuk mengakses e-dagang lokal. Peran itu selaras dengan transformasi digital dari Kementerian Koperasi dan UMKM, yaitu fokus pada paltform media sosial dan e-dagang lokal.