6.000 Usaha Baru Tumbuh Selama Pandemi di Magelang
Sekitar 6.000 usaha baru di Kota Magelang tumbuh selama pandemi. Usaha dimulai dari nol. Kebanyakan usaha dilakukan warga sebagai adaptasi mereka terhadap situasi ekonomi yang sulit selama pandemi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sekitar 6.000 usaha baru di Kota Magelang, Jawa Tengah, muncul sekitar setahun terakhir. Dimulai dari nol, usaha baru ini tumbuh, dan dilakukan warga sebagai bagian dari upaya mereka beradaptasi dengan situasi pandemi.
”Dipicu oleh berbagai alasan, sebagai bagian dari dampak pandemi, banyak warga kini akhirnya mulai menerjuni beragam bidang usaha,” ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Magelang Catur Budi Fajar Sumarmo, Rabu (18/8/2021).
Pertumbuhan jumlah usaha baru ini terlihat dalam data jumlah usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM) yang dihimpun oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Magelang. Jumlah UMKM sebelum pandemi hanya terdata sekitar 2.000 UMKM. Pada 2021, jumlah UMKM melejit hingga mencapai sekitar 8.000 usaha.
Para pelaku usaha baru tersebut datang dari berbagai kalangan, mulai ibu rumah tangga hingga mahasiswa dan pelajar.
Kalangan ibu rumah tangga, misalnya, yang semula hanya bergelut dengan tugas domestik di rumah mulai menggeluti dunia usaha. Mereka juga terdorong untuk meningkatkan penghasilan keluarga.
Dorongan meningkatkan pemasukan itu muncul karena pada masa pandemi banyak kepala keluarga menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK) ataupun mendapatkan pengurangan gaji dari perusahaan atau penurunan pendapatan.
Jumlah UMKM sebelum pandemi hanya terdata sekitar 2.000 UMKM. Pada 2021, jumlah UMKM melejit hingga mencapai sekitar 8.000 usaha.
Sebagian usaha lainnya juga dilakukan oleh para korban PHK ataupun para kepala keluarga yang mulai kehilangan pemasukan karena usahanya kolaps terpaksa tutup karena terdampak pandemi. Adapun kalangan mahasiswa dan pelajar mulai tertarik untuk menekuni dunia usaha karena mereka sudah jemu menekuni sistem pembelajaran secara daring.
”Dipicu oleh rasa bosan dan tersedianya waktu luang, pada akhirnya justru membuat mereka ingin mencoba-coba membuka usaha untuk menambah kesibukan di rumah,” ujarnya. Kebanyakan usaha yang digeluti, menurut dia, adalah bidang usaha kuliner. Namun, sebagian usaha di antaranya juga merupakan sektor usaha jasa, seperti layanan belanja daring.
Sekalipun banyak pelaku benar-benar menjalankan usaha sebagai sumber penghasilan baru, ada pula warga yang sekadar membuka usaha sebagai bagian dari upaya mereka mendapatkan bantuan dari pemerintah. ”Setelah mendapatkan bantuan untuk menyokong kebutuhan hidup, warga, pelaku usaha itu, pun tidak lagi menjalankan usahanya,” ujarnya.
Perilaku semacam itu, menurut dia, terlihat dari banyaknya warga yang kini mulai sering mengirimkan foto atau sampel produk mereka ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Magelang. Selain memperkenalkan usaha, mereka pun meminta agar dicatat dan dimasukkan dalam daftar UMKM yang layak menerima bantuan pemerintah.
Menyikapi kondisi tersebut, Catur mengatakan, pihaknya selalu berupaya melakukan pengecekan dan menyeleksi secara ketat para pelaku usaha yang mendapatkan bantuan. Selain menerima bantuan pemerintah sebagai bagian dari kelompok usaha terdampak pandemi, sebagian kelompok usaha juga dibantu untuk mendapatkan bantuan pinjaman kredit dari bank.
Inspirasi dari Korea
Keinara (16), salah seorang pelajar SMA, warga Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang adalah salah satu pelaku usaha baru yang muncul di tengah pandemi. Terinsipirasi dari tren budaya dari film-film Korea yang biasa ditontonnya, mulai Februari 2021, dia pun merintis usaha membuat kue tar mini atau yang disebut Korean lunch box cake.
Kue-kue ini berukuran kecil dengan diameter hanya sekitar 8 sentimeter. Produk kue ini dijual dengan keunggulan gambar topping, bagian atas kue yang bisa dilukis dengan gambar dan tulisan tertentu sesuai dengan permintaan pemesan. Warna kue pun bisa dipesan beragam, sesuai apa yang diinginkan pelanggan.
Hanya dengan mengandalkan relasi dari teman sekolah dan memanfaatkan promosi melalui media sosial, kini dia menerima pesanan 8-10 boks kue per hari. Terkadang, dengan memanfaatkan event, acara-acara perayaan terkait artis Korea tertentu, dia bisa mendapatkan pesanan 10-25 bos kue per hari. Dari usaha ini, dia bisa mendapatkan omzet Rp 200.000 hingga Rp 600.000 per hari.
Menggerakkan usahanya sendirian, Keinara tetap berupaya agar usahanya tetap bisa berjalan tanpa mengganggu aktivitas sekolahnya yang selama pandemi berlangsung daring. ”Saya berusaha mengatur waktu agar usaha membuat kue tetap bisa dicicil di tengah jam istirahat dan dilanjutkan saat jam sekolah berakhir,” ujarnya.
Menurut dia, kedua orangtuanya tidak keberatan dengan aktivitas yang dijalankan dan hanya sebatas mengingatkan agar usaha membuat kue tidak membuatnya melupakan tugas-tugas sekolah.