PT Bank Negara Indonesia Tbk merevisi target pertumbuhan kredit dari 6-9 persen menjadi 5-7 persen pada tahun ini. Namun, laba bersih tetap ditargetkan berkisar Rp 9 triliun-Rp 9,5 triliun.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) merevisi target pertumbuhan kredit dari 6-9 persen menjadi 5-7 persen pada tahun ini. Penurunan target itu sejalan dengan revisi pertumbuhan kredit oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Akan tetapi, laba bersih tetap ditargetkan pada kisaran Rp 9 triliun-Rp 9,5 triliun tahun ini. Selain itu, BNI juga berencana mengembangkan layanan digitalnya.
”Kami telah menyampaikan revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) ini kepada Otoritas Jasa Keuangan walaupun kami yakin pada semester kedua ini masih ada ruang untuk bertumbuh,” ujar Direktur Utama BNI Royke Tumilaar pada paparan publik tentang kinerja semester I-2021, Senin (16/8/2021).
Sepanjang semester pertama tahun ini, BNI membukukan laba bersih Rp 5 triliun. Laba ini naik 12,8 persen dibandingkan dengan semester pertama tahun lalu. Adapun pencadangan sebesar 215,3 persen untuk mengantisipasi potensi risiko kredit di masa yang akan datang. Meski demikian, Royke mengatakan target kredit bermasalah tetap dijaga di bawah 4 persen dengan rasio pencadangan yang mencukupi.
Dana pihak ketiga (DPK) BNI tercatat tumbuh 4,5 persen dari periode sama tahun lalu atau sebesar Rp 646,6 triliun. Rasio dana murah pada total simpanan atau current account saving account (CASA) hingga Juni 2021 tercatat 69,6 persen. Rasio ini merupakan yang tertinggi 10 tahun terakhir ini, sebesar Rp 450 triliun.
Layanan digital
BNI tidak mau ketinggalan dari bank lain dalam mengembangkan bank digital. Dalam kesempatan tersebut, Royke mengatakan, ada rencana BNI untuk melakukan ekspansi anorganik untuk mengembangkannya. Rencana ekspansi anorganik itu masih terus dikaji dengan mempertimbangkan banyak hal termasuk kondisi permodalan yang dimiliki BNI.
Perusahaan yang diincar BNI masih perusahaan yang bergerak dalam sektor jasa keuangan berbasis teknologi. ”Masih di lembaga keuangan, tetapi basisnya teknologi karena ke depan sudah serba digital,” kata Royke.
Wakil Direktur Utama BNI, Adi Sulistyowati menambahkan, selain berencana ekspansi secara anorganik, BNI juga sedang melakukan transformasi digital.
Sementara itu, MNC Bank Internasional Tbk sedang bersiap melakukan penawaran umum terbatas atau right issue. Dana yang diperoleh dari aksi korporasi ini diperkirakan Rp 4 triliun hingga Rp 4,5 triliun.
MNC Bank Internasional Tbk sedang bersiap melakukan penawaran umum terbatas atau right issue.
Dalam keterangan tertulisnya, Senin (16/8/2021), disebutkan, rencana right issue tersebut akan menjadikan MNC Bank naik kelas menjadi bank BUKU III, yaitu kelompok bank dengan modal inti Rp 5-30 triliun.
”Right issue ini rencananya akan dilaksanakan pada 9 September 2021. Semua target akan lebih optimal jika didukung pendanaan kuat. Oleh karena itu, MNC Bank akan menerbitkan hak memesan efek terlebih dahulu,” kata COO MNC Bank Internasional Tbk Teddy Tee.
MNC Bank akan menerbitkan 14,23 miliar saham baru atau setara dengan 33,33 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Harga pelaksanaan right issue berkisar Rp 280-Rp 320 per saham.