Pandemi yang belum selesai ternyata mengharuskan kita kembali melakukan adaptasi bukan hanya sekali. Mereka yang tidak mengeluhkan keadaan langsung berubah ketika halangan berada di depan mata.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Pada awal pandemi, seorang pedagang sayur di kawasan Tangerang Selatan, Banten, melakukan adaptasi. Ia mengenakan masker dan memberikan layanan pengantaran kepada para pembelinya. Kini ketika kembali dilakukan pengetatan karena risiko virus penyebab Covid-19 lebih tinggi, ia kembali beradaptasi. Pemesanan bisa dilakukan melalui Whatsapp, layanan pengantaran tetap dilakukan, dan pembayaran via transfer bank.
Adaptasi sepertinya tidak boleh berhenti. Semua harus melakukannya. Sebuah kantin di Depok, Jawa Barat, yang begitu saja ditinggal para pembelinya semula hanya melakukan pemesanan melalui aplikasi Whatsapp. Kini ketika dilakukan pengetatan, ia menyediakan paket makanan untuk isolasi mandiri dengan pengantaran. Sebuah restoran di Tangerang yang terpaksa tidak bisa menerima tamu juga melakukan hal yang sama.
Pandemi yang belum selesai ternyata mengharuskan kita kembali melakukan adaptasi bukan hanya sekali. Mereka yang tidak mengeluhkan keadaan langsung berubah ketika halangan berada di depan mata. Mereka tidak mau menyerah. Mereka terus berusaha untuk berbisnis. Gemblengan selama setahun menjadikan mereka mudah bersiasat. Ketika jalan adaptasi ditemukan, kita bisa memandang bahwa para pelaku bisnis sudah menemukan ”logika” tersendiri dalam menghadapi masalah.
Sebuah kisah lain datang dari perusahaan katering untuk korporasi di Amerika Serikat bernama Panera Bread yang melakukan adaptasi besar-besaran. Konsumen mereka adalah perusahaan-perusahaan di banyak tempat. Sebelum pandemi, bisnis mereka lancar-lancar saja. Ketika pandemi, mereka harus melakukan perubahan drastis karena banyak kantor yang tutup. Sekalipun serangan Covid-19 di Amerika Serikat mulai tertangani, orang terus melakukan adaptasi karena karyawan masih bekerja secara hibrida.
Ketika jalan adaptasi ditemukan, kita bisa memandang bahwa para pelaku bisnis sudah menemukan ”logika” tersendiri dalam menghadapi masalah.
Laman CNBC menceritakan, visi Panera saat pandemi adalah menjadi perusahaan layanan kafetaria baru sekalipun karyawan belum masuk kantor atau sebagian masuk kantor dalam jumlah terbatas. Apa yang dilakukan Panera? Mereka membuat sejumlah inisiatif ketika karyawan masih banyak bekerja di rumah. Panera dikenal sebagai perusahaan besar dalam bisnis katering dengan 2.200 lokasi.
Saat orang masih bekerja di rumah, mereka melayani penyediaan makanan untuk rapat sekalipun mereka bertemu secara virtual. Kebutuhan untuk bertemu dan juga makan bersama ternyata muncul di kalangan karyawan. Panera melayani kebutuhan ini dengan mengantarkan makanan ke rumah para karyawan yang menjadi konsumen Panera. Inovasi ini dilakukan dengan tambahan program kesetiaan konsumen yang membuat pelanggan bisa mendapat sejumlah keuntungan.
Syaratnya, mereka mendaftar dengan kartu kredit sehingga pembaruan layanan mudah dilakukan. Program ini ternyata menaikkan jumlah orang yang menjadi anggota program kesetiaan pelanggan itu.
Inovasi tersebut menghasilkan layanan-layanan bukan hanya untuk korporasi. Layanan ini juga akhirnya diminati oleh keluarga-keluarga yang membutuhkan pesta di tengah pandemi. Mereka memesan makanan, misalnya saat upacara untuk bayi yang hadir dalam sebuah keluarga dan saat ada anggota keluarganya yang diwisuda secara daring. Pemesanan makanan ke Panera dirasa lebih praktis dan murah.
Inisiatif lain adalah Panera membuat program pemesanan dan pengantaran makanan untuk mereka yang harus bekerja ke kantor. Pesanan individual menjadi efisien ketika di dalam satu gedung ada banyak pesanan sehingga ongkos pengantaran tidak mahal. Panera mengenakan diskon untuk pemesanan seperti ini. Layanan ini diminati karena sebagian besar kafetaria belum buka serta karyawan masih enggan makan di luar gedung.
Para pemilik perusahaan juga melirik layanan ini sebagai insentif bagi para karyawannya yang mau masuk kerja meskipun sebenarnya mereka masih fleksibel antara bekerja di kantor dan di rumah. Ternyata, sejak program ini dijalankan enam bulan lalu, terdapat 250 perusahaan yang mendaftar. Sejumlah perusahaan besar ikut dalam program ini.
Panera menjadi contoh perusahaan yang terus mencari inisiatif di tengah masa sulit. Mereka tidak kehabisan ide untuk mengarungi berbagai masalah.
CEO Panera Bread Chris Correnti mengatakan, pandemi tidak mematikan inisiatif mereka untuk melakukan adaptasi. Saat sebagian orang bekerja di kantor dan sebagian bekerja dari rumah, tetap saja ada kebutuhan untuk menjaga kultur perusahaan. Perusahaan tetap ingin agar karyawan bisa melakukan kolaborasi dan berelasi. Acara-acara seperti itu membutuhkan perayaan dengan makan bersama secara virtual.
Panera menjadi contoh perusahaan yang terus mencari inisiatif di tengah masa sulit. Mereka tidak kehabisan ide untuk mengarungi berbagai masalah. Kadang kita melihat inisiatif mereka tidak masuk akal. Namun, setelah berjalan dan menemukan pasar, semua menjadi masuk akal. Bahkan, tidak sedikit di antara mereka yang akan meniru. Ide Panera sangat brilian karena berhasil menemukan konteks kehadiran mereka di tengah perubahan pandemi.
Masalah akan terus muncul, bukan hanya karena pandemi ini saja. Pandemi berakhir pun akan muncul masalah lain. Kita tidak bisa berharap masalah akan selesai begitu pandemi tuntas. Kita masih memiliki masalah global, yaitu perubahan iklim. Apalagi, banyak konsumen sekarang sangat peduli dengan isu perubahan iklim. Bagaimana korporasi harus mulai melakukan adaptasi pada saat bencana besar itu kadang masih disepelekan?
Adaptasi sepertinya harus menjadi menu rutin para pebisnis. Guncangan sering terjadi. Sekecil apa pun bisnis kita, adaptasi harus dilakukan agar sesuai dengan konteks pasar. Masalah tidak bisa lagi dihadapi dengan mengeluh. Berbagai cara bisa dilakukan agar bisnis tetap berjalan, seperti pedagang sayur di awal cerita yang beradaptasi dengan mempunyai rekening di bank agar terhindar dari kontak langsung dengan konsumen.