18 Kontainer Kopi Arabika Gayo Diekspor ke AS dan Eropa
Sebanyak 18 kontainer atau 345,6 ton biji kopi arabika Gayo diekspor ke pasar Amerika Serikat dan Eropa. Kopi arabika Gayo menjadi salah satu komoditas unggulan asli daerah Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 18 kontainer berisi 345,6 ton biji kopi arabika Gayo diekspor ke pasar Amerika Serikat dan Eropa. Nilai ekspor varian kopi arabika yang dikenal sebagai kopi terbaik dunia ini mencapai Rp 24,1 miliar.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki didampingi Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar, Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo, serta Asisten Deputi Pengembangan dan Pembaruan Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM Bagus Rachman melepaskan secara resmi keberangkatan lima dari 18 truk kontainer kopi Gayo di Koperasi Baitul Qiradh Baburayyan, Takengon, Aceh Tengah, Kamis (17/6/2021). Kopi arabika Gayo menjadi salah satu komoditas unggulan asli daerah Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, yang menjadi pemasok kopi bagi perusahaan kopi dunia asal AS, Starbucks.
Teten mengatakan, kopi Gayo memang sudah tersohor namanya sebagai kopi terbaik. Bukan hanya dari rasa, melainkan juga aromanya. Tak heran, kopi ini dapat menarik minat pasar global.
”Saya juga pencinta kopi Gayo. Kopi di Aceh Tengah ini sudah menjadi komoditas penting karena sekitar 60 persen warganya hidup dari pertanian kopi,” ujar Teten.
Menurut dia, hal yang juga menggembirakan, ekspor kopi Gayo kali ini dilakukan sepenuhnya oleh Koperasi BQ Baburayyan. Koperasi ini merupakan satu-satunya koperasi yang memiliki akses langsung penjualan kopi ke Starbucks tanpa melalui calo atau agen.
”Tidak mudah tentunya koperasi bisa dipercaya untuk bisa jual langsung ke sana. Tentunya, kualitasnya sudah memenuhi standar internasional,” kata Teten.
Karena itu, kata Teten, kelembagaan koperasi yang mampu menerobos pasar ke konsumen besar ini perlu terus diperkuat. Caranya, para petani kopi perorangan bergabung bersama koperasi sehingga koperasi bisa menjadi offtaker pertama langsung dari petani.
Jika koperasinya sehat, Kemenkop dan UKM berjanji akan mendukung pembiayaan lewat Lembaga Pengelola Dana Bergulir-KUMKM. Koperasi juga akan diperkuat dengan resi gudang untuk menyimpan sementara produk yang melimpah pada saat harga kopi sedang tidak bagus.
Dengan begitu, kata Teten, petani akan fokus pada kualitas kopinya. Adapun Kemenkop dan UKM memperkuat kelembagaan koperasi di Gayo, khususnya bagi para petani kopi. Kemenkop dan UKM berkomitmen memperbaiki tata niaga kopi agar memiliki nilai kesejahteraan bagi petani yang lebih baik.
”Kami akan memperkuat kelembagaannya serta pembiayaannya melalui LPDB-KUMKM, kredit usaha rakyat, dan perbankan,” ujarnya.
Teten menambahkan, saat ini adalah momentum yang sangat baik pengembangan kopi di Indonesia. Sebab, tahun ini diperkirakan panen kopi dunia sedang turun.
Ketua Koperasi BQ Baburrayyan Rizwan Husni mengatakan, koperasi ini telah memiliki total anggota sebanyak 4.260 petani kopi yang memiliki sertifikasi kebun kopi organik dengan luas lahan 5.590 hektar. Sejauh ini, Koperasi BQ Baburrayyan 100 persen membeli kopi langsung dari petani. Sekitar 85 persen dijual untuk kualitas pasar ekspor, sedangkan 15 persennya dipasarkan di dalam negeri.
Starbucks, kata Rizwan, menjadi pasar terbesar untuk komoditas kopi. Starbucks sudah memiliki sekitar 33.000 gerai di seluruh dunia. ”Kami menjadi satu-satunya koperasi yang memiliki akses langsung penjualan ke Starbucks. Kontrak kerja kami langsung dengan Starbucks,” kata Rizwan.
Baru-baru ini, Starbucks membuka gerai eksklusifnya di Medan, Sumatera Utara, setelah Bali. Baburayyan juga memasok kopi gerai eksklusif tersebut di Medan.
”Mereka survei sendiri lokasi dan kualitas kopinya. Alhamdulillah, produk kami disukai,” kata Rizwan.
Koperasi Baburayyan selama ini telah menyuplai kopi ke gerai Starbucks Reserve dan dikirim sebanyak 2.280 kilogram ke Yokohama (Jepang), 10.500 kilogram ke Shanghai (China), 8.400 kilogram ke AS, dan 2.820 kilogram ke Hamburg (Jerman).
Rizwan mengakui, penyebaran Covid-19 sesungguhnya juga berdampak bagi koperasi ini. Sebelum Covid-19 merebak, ekspor warga desa ini sudah mencapai 1.000-1.500 ton per tahun. Namun, begitu Covid-19 makin menyebar, ekspor kopi Gayo selama tahun 2020 hanya mencapai 499,2 ton dengan nilai Rp 35,6 miliar.
”Untuk tahun 2021 ini hingga Mei, Baburayyan menjual sekitar 57.000 kilogram atau senilai Rp 4,2 miliar,” ujar Teten.