Kolaborasi, Kunci Kota Surabaya Sukses Angkat UMKM ke Pasar Dunia
Kolaborasi di antara sejumlah pihak menjadi kunci Kota Surabaya bisa mengangkat produk UMKM hingga ke pasar dunia. Di tengah pandemi, UMKM bahkan bisa mengekspor sambal ke Amerika Serikat.
Oleh
DAHLIA IRAWATI/AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kolaborasi di antara sejumlah pihak menjadi kunci Kota Surabaya bisa mengangkat produk UMKM hingga ke pasar dunia. Hal itu tidak hanya akan membuat UMKM bisa bertahan di situasi sulit seperti pandemi kali ini, bahkan juga bisa meningkatkan produktivitas.
Hal itu menjadi benang merah Bincang Kompas bertajuk ”Penguatan Ekonomi Kota Surabaya, Mengokohkan UMKM”, Selasa (15/6/2021) yang digelar secara daring. Bincang Kompas diselenggarakan atas kerja sama harian Kompas dengan PT Pelabuhan Indonesia III dalam rangka hari jadi ke-728 Kota Surabaya.
Hadir sebagai narasumber dalam diskusi tersebut adalah Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Direktur SDM PT Pelabuhan Indonesia III Edi Priyanto, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Rosa Prafitri Juniarti, serta pemilik UMKM sambal dan camilan DedeSatoe Susilaningsih. Diskusi dipandu oleh Wakil Editor Nusantara Kompas Agnes Swetta Pandia.
Kolaborasi atau kerja sama mengangkat UMKM di Kota Surabaya tampak dari kerja sama semua pihak dengan peran masing-masing. Mulai dari Pemerintah Kota Surabaya, BUMN, kampus, hingga masyarakat.
Hal itu terlihat dari perkembangan usaha sambal UMKM DedeSatoe di Kota Surabaya. Usaha tersebut dirintis Susilaningsih, pensiunan PNS, tahun 2011. Setahun kemudian, mereka menjadi binaan PT Pelindo III dan mendapat bantuan untuk membeli alat produksi senilai Rp 30 juta.
Dengan bantuan tersebut, Susilaningsih mampu meningkatkan kapasitas produksi dari 1 kilogram (kg) bahan baku, menjadi sekitar 150 kg bahan baku dalam sekali produksi. Tahun 2020, sambal buatan Susilaningsih pun akhirnya bisa diekspor ke Amerika Serikat.
Di sinilah, kolaborasi semua pihak benar-benar saya rasakan hingga usaha ini bisa berjalan dan bisa ekspor 12 kali setahun. (Susilaningsih)
Selama mengembangkan usaha sambal dan camilan, menurut pensiunan PNS ini, dirinya bisa bertahan bahkan selama pandemi pasak ekspor ke AS terbuka karena kolaborasi dan dukungan semua pihak. Usaha yang melibatkan ibu rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya itu dibantu Pelindo III untuk membeli alat produksi
Sementara segala perizinan, mulai dari izin edar, halal, HACPP, dan seterusnya, gratis dari Pemkot Surabaya. Selanjutnya, sebagai pelaku usaha juga didampingi oleh kampus selama 5 tahun hingga akhirnya bisa ekspor. ”Di sinilah, kolaborasi semua pihak benar-benar saya rasakan hingga usaha ini bisa berjalan. Bisa ekspor dari semula hanya setahun sekali, kini sudah setahun 12 kali,” kata Susilaningsih.
Contoh tersebut menunjukkan bahwa UMKM bisa berhasil jika mendapat dukungan sejak awal dan terus didampingi hingga benar-benar mandiri.
lahBincang Kompas bertajuk ”Penguatan Ekonomi Kota Surabaya, Mengokohkan UMKM”, Selasa (15/6/2021), yang digelar secara daring.Di awal usaha, BUMN seperti PT Pelabuhan Indonesia III menjadi pembina dan pendamping bagi UMKM yang belum mampu mengakses perbankan atau belum bankable.
Syarat utama pelaku UMKM bisa menjadi binaan Pelindo III ada memiliki portofolio bahwa produknya disukai pasar dan bisa berkembang, maka mereka bisa disurvei untuk bisa dibina. Untuk wilayah, harus ada semangat warganya untuk berbenah menjadi lebih baik dan ada penggerak yang akan mengontrol mereka.
”Dari sana, maka BUMN seperti kami ataupun institusi lain saya rasa akan dengan senang membina untuk maju,” kata Direktur SDM PT Pelabuhan Indonesia III Edi Priyanto.
Sasaran PT Pelabuhan Indonesia III, menurut Edi, adalah UMKM kecil yang belum bisa mengakses perbankan. Jika diukur secara kapital, nilai aset UMKM tersebut (di luar tanah dan gedung) adalah maksimal Rp 500 juta.
”Tugas kami BUMN adalah untuk membantu rintisan. Ada bantuan, bimbingan, dan hibah. Jika UMKM itu bisa mengakses perbankan, lebih pasnya mereka sudah dibina perbankan,” ujarnya.
Sampai akhir Mei 2021, data UMKM binaan Pelindo III di Kota Surabaya sebanyak 159 UKM. Dari jumlah tersebut, total outstanding pinjamannya Rp 2,7 miliar dan total kreditnya mencapai Rp 18,4 miliar. ”Selain itu, selama pandemi, kami juga memberi stimulus ke UKM terdampak pandemi lebih kurang Rp 662 juta,” kata Edi.
Pasar
Setelah UMKM dirintis untuk tumbuh, peran Pemerintah Kota Surabaya terlihat penting dalam membimbing, memudahkan urusan terkait regulasi, termasuk memasarkan produk.
”Kami sudah mendata UMKM di Kota Surabaya. Tidak hanya UMKM binaan dinas, tetapi juga hingga kelurahan. Kami sudah membuat aplikasi e-local market, di mana akan mulai berjalan bulan ini. Aplikasi ini akan mempertemukan UMKM dengan pasar. Pasar di sini pertama kali adalah PNS Kota Surabaya yang jumlahnya 15.000 orang,” kata Eri.
PNS Kota Surabaya menjadi pasar pertama UMKM, menurut Eri, adalah bentuk nyata keberpihakan pemda terhadap produk UMKM masyarakat. ”Jangan bicara cinta produk UMKM kalau PNS-nya tidak mau memberi contoh menggunakan produk UMKM yang ada di dekatnya. Bahkan, kepala dinas juga didorong menjadi pemasaran produk UMKM,” kata kader PDI-P tersebut.
Aplikasi e-local market Kota Surabaya tersebut mendata nama dan alamat setiap PNS Kota Surabaya. Serta, mendata UMKM di Kota Surabaya. Dari sana, setiap PNS akan diarahkan untuk membeli produk kebutuhan sehari-harinya di UMKM terdekat rumah. Dengan cara sedikit ”memaksa” PNS untuk membeli di UMKM, setidaknya dalam sebulan, maka dana bergulir untuk sektor UMKM dihitung bisa mencapai Rp 30 miliar.
Semula, UMKM binaan dinas di Pemkot Surabaya sekitar 13.000 UMKM. Namun, data tersebut digali sampai tingkat kecamatan sehingga jumlahnya berkembang hingga 45.000 UMKM. Berikutnya, Pemkot Surabaya terus mendata sampai kelurahan dan data sementara mencapai 60.000 UMKM. Seluruh UMKM tersebut sudah terintegrasi dalam aplikasi e-local market.
”Ke depan, seluruh perizinan memang didorong selesai di kelurahan. Tidak ada lagi lurah tidak tahu UMKM di wilayahnya. Lurah harus tahu UMKM apa saja di kelurahannya dan kondisinya seperti apa,” kata Eri.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Rosa Prafitri Juniarti mengatakan bahwa jika setiap bagian melakukan perannya dengan baik, UMKM benar-benar bisa maju.
Kunci memajukan UMKM, menurut Rosa, adalah kolaborasi semua pihak. Apa saja itu? Misalnya UMKM mengelola bisnisnya dengan baik, menjaga hubungan baik dengan konsumen, dan melakukan rencana pengemb usaha. Untuk pemerintah, mendata UMKM secara berkala guna mengetahui kondisinya serta membuat regulasi yang menguntungkan UMKM.
Adapun dunia pendidikan/kampus berperan melakukan riset pengemb UMKM, memberikan pelatihan dan pendampingan, serta membantu menciptakan UMKM. ”Tugas industri, mendukung dengan pendampingan dan permodalan,” katanya.
Dengan menjalankan peran masing-masing, ditambah dengan infrastruktur digital yang baik, peluang UMKM untuk terus maju, menurut Rosa, akan terbuka lebar.