Sulawesi Utara mencatat pertumbuhan ekspor produk pertanian dan perkebunan hampir dua kali lipat selama Januari-Mei 2021 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kelapa dan turunannya masih mendominasi.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Sulawesi Utara mencatat pertumbuhan ekspor produk pertanian dan perkebunan hampir dua kali lipat selama Januari-Mei 2021 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kelapa dan turunannya masih mendominasi, sementara produk lain seperti buah-buahan masih sulit masuk pasar ekspor karena pasokan rendah dan tidak memenuhi syarat negara tujuan.
Kepala Kantor Karantina Pertanian Kelas I Manado Donni Muksydayan Saragih mengatakan, tren positif ekspor terus bertahan. Selama Januari-Mei 2021, ekspor pertanian dan perkebunan mencapai angka Rp 1,8 triliun, naik dari Rp 1,03 triliun pada periode yang sama tahun 2020. ”Ada peningkatan sebesar 59,2 persen,” katanya, Rabu (2/6/2021).
Terakhir kali, Senin (31/5/2021), Donni bersama Gubernur Sulut Olly Dondokambey serta jajaran wali kota dan bupati di Sulut melepas ekspor 11 komoditas dengan nilai Rp 78,6 miliar. Tujuannya adalah 15 negara di Asia, Amerika, dan Eropa, seperti Amerika Serikat, Belanda, China, Spanyol, dan Vietnam.
Ragam komoditas masih didominasi produk turunan kelapa, antara lain bungkil kelapa, kelapa parut, santan, dan air kelapa. Produk lain yang masih sangat diminati adalah pala biji dan fuli pala. Menurut Donni, produk-produk lain seperti bawang merah, durian Tahuna, dan nanas lobong kuning berpeluang diekspor, tetapi terhambat beragam masalah.
”Peluang ekspor dari Sulut ini besar. Barangnya ada, pasarnya juga ada, terutama di Singapura, China, dan Jepang yang sudah terhubung dengan penerbangan kargo langsung. Tetapi, pasokannya belum bisa kontinu karena permintaan pasar pasti besar. Standar-standar ekspor di negara tujuan juga belum bisa terpenuhi,” tuturnya.
Donni mencontohkan, penanaman bawang merah varietas lansu’na telah dicoba di Minahasa Utara. Menurut data Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulut, produktivitasnya bisa mencapai 21 ton per hektar. Namun, bawang yang dipanen masyarakat masih tinggi kadar air serta kandungan pestisidanya.
Bolaang Mongondow pun memiliki produk unggulan, yaitu nanas lobong kuning dari Desa Lobong. Sekali panen raya tiap enam bulan di desa itu, 1,6 juta buah nanas bisa dituai dari 200 hektar lahan. Varietas yang sama juga ditanam di Kotamobagu, tetapi luas lahannya hanya 95 hektar dan panennya tak sampai 100 ton per tahun.
Analis Kantor Karantina Pertanian Manado, James Assa, mengatakan, pihaknya telah mencoba membawa investor dari China pada 2019 untuk memodernisasi metode pertanian nanas dan meningkatkan produksinya. Tetapi, upaya itu terhenti karena masyarakat enggan menjual lahannya, bertepatan dengan merebaknya pandemi Covid-19.
Donni mengatakan, hal ini bisa diatasi dengan perencanaan skema pertanian secara top-down. Pemerintah kota dan kabupaten dapat memilih setidaknya dua produk yang ingin mereka kembangkan sesuai standar ekspor. Nantinya, kelompok tani bisa saling mengatur jadwal tanam sehingga permintaan pasar bisa terpenuhi.
Donni juga berharap ilmuwan dari fakultas pertanian perguruan tinggi setempat bisa lebih terlibat, baik dalam bentuk kajian ilmiah maupun pelatihan bagi petani. ”Kalau mau ekspor, yang diminta di awal itu bukan sampel produk saja, melainkan juga video metode penanaman dan dokumen penjelasan produk. Nanti sampelnya juga akan diuji, apakah kandungannya sudah sesuai standar negara tujuan,” kata Donni.
Pertumbuhan ekonomi kita juga merata di 15 kabupaten/kota.
Sementara itu, Gubernur Olly Dondokambey mengatakan, sektor pertanian terus menopang pertumbuhan ekonomi di Sulut yang selama triwulan I-2021 mencapai 1,87 persen. Sektor perikanan dan pertanian menyumbang 21,07 persen produk domestik bruto regional (PDRB) Sulut, yakni sebesar Rp 33,38 triliun.
”Ini sangat membanggakan karena dari 10 provinsi yang pertumbuhan ekonominya positif, Sulawesi Utara berada di urutan ke-5. Pertumbuhan ekonomi kita juga merata di 15 kabupaten/kota,” ujar Olly.
Pemprov Sulut berfokus mengembangkan pertanian dengan perbaikan irigasi. Hal itu telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2021-2026. Ia juga berharap fakultas pertanian perguruan tinggi, seperti Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), ikut berkontribusi membangun daerah.
Terkait dengan hal itu, Dekan Fakultas Pertanian Unsrat Robert Molenaar mengatakan, pihaknya sedang menjalankan program konsorsium riset dan inovasi terkait dengan Covid-19. Beberapa produk turunan dari hasil perkebunan pun diolah, seperti disinfektan dari asap cair tempurung kelapa serta minyak cengkeh.