Sektor nonpariwisata di Bali mesti terus dikembangkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pariwisata. Pertanian, pendidikan, dan industri kreatif berpeluang besar.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
UBUD, KOMPAS — Bali dinilai perlu melirik dan mengembangkan sektor lain di luar pariwisata untuk mengurangi ketergantungan pada jenis usaha jasa tersebut. Akibat pandemi Covid-19, pariwisata di Bali terpukul dan menekan perekonomian setempat.
Pada triwulan I-2021, perekonomian Bali masih terkontraksi 9,85 persen, terutama akibat lesunya pariwisata. Sebelum pandemi Covid-19, sektor pariwisata menyumbang 53 persen pada produk domestik regional bruto (PDRB) Bali.
Pada 2019, kontribusi devisa dari sektor wisata di Bali mencapai 9,34 juta dollar AS atau setara dengan 55,26 persen perolehan devisa sektor wisata nasional. Sebelum pandemi, tingkat pengangguran terbuka di Bali berada di bawah 2 persen. Namun, pandemi Covid-19 di Indonesia sejak awal Maret 2020 menyebabkan pengangguran terbuka di Bali melonjak 5,63 persen pada Agustus 2020 dan sedikit turun menjadi 5,42 persen pada Februari 2021.
Menurut Kepala Bank Indonesia Bali Trisno Nugroho, ketergantungan Bali terhadap sektor pariwisata menyebabkan ekonomi di provinsi tersebut terpuruk akibat pandemi Covid-19. Pandemi mendorong pembatasan pergerakan manusia dan barang. Kunjungan wisatawan mancanegara yang sempat mencapai 6,28 juta orang pada 2019 merosot drastis menjadi 1,05 juta orang sepanjang 2020.
Pandemi Covid-19 di Indonesia sejak awal Maret 2020 menyebabkan pengangguran terbuka di Bali melonjak 5,63 persen pada Agustus 2020 dan sedikit turun menjadi 5,42 persen pada Februari 2021.
”Sampai triwulan I-2021, jumlah kunjungan wisatawan asing hanya 25 orang. Tingkat hunian kamar hotel di Bali kurang dari 10 persen selama masa pandemi. Oleh karena itu, Bali perlu bertransformasi secara ekonomi agar tidak hanya bergantung pada pariwisata,” ujar Trisno, Jumat (28/5/2021), di Ubud, Bali.
Trisno mengatakan, sektor lain yang punya potensi bagus untuk dikembangkan di Bali adalah pertanian, industri kreatif, dan pendidikan. Di era 1970 sampai 1980, sektor pertanian di Bali menyerap 60 persen hingga 70 persen pangsa tenaga kerja. Namun, kian pesatnya jasa pariwisata di Bali menyebabkan sumber daya tenaga kerja banyak tersedot di sektor tersebut.
”Untuk mengembangkan sektor pertanian di Bali, sebaiknya diterapkan pertanian modern memanfaatkan teknologi maju untuk mendongkrak produktivitas. Adapun di bidang pendidikan, di Bali bisa didirikan universitas berkelas internasional dengan menggandeng institusi perguruan tinggi luar negeri. Jadi, belajar sekaligus berlibur di Bali,” ucap Trisno.
Pandemi Covid-19 yang menyebabkan jasa pariwisata di Bali terpukul turut dirasakan I Gusti Ngurah Mahardika (43), salah satu pelaku jasa wisata di Bali. Sebagai sopir agen perjalanan, ia sempat merasakan pahitnya dampak pandemi Covid-19 bagi industri wisata di Bali. Sejak diberlakukan status pandemi di Indonesia, tak ada satu pun tamu yang ia antar berkeliling hingga akhir tahun lalu.
”Sepanjang 2021 ini saja, baru dua kali saya mengantar tamu. Dampak pandemi Covid-19 betul-betul memukul industri pariwisata di Bali,” tutur Ngurah.
Sektor lain yang punya potensi bagus untuk dikembangkan di Bali adalah pertanian, industri kreatif, dan pendidikan.
Beruntung, imbuh Ngurah, dirinya masih memiliki sepetak sawah di kampung halaman di Kabupaten Badung. Di masa sebelum pandemi yang tak pernah turun ke sawah, situasi berubah total saat ia tidak lagi mendapat pekerjaan di agen perjalanan. Kini, hampir setiap hari ia merawat tanaman padi di sawahnya.
Sebelumnya diberitakan bahwa pemerintah tetap akan membuka pariwisata di Bali untuk turis mancanegara secara bertahap mulai Juli 2021. Upaya menggerakkan wisatawan domestik juga dilakukan dengan pemberian kemudahan akomodasi.
Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Odo RM Manuhutu mengemukakan, rencana pembukaan pariwisata Bali secara terbatas untuk turis mancanegara terus berlanjut guna menggerakkan ekonomi pariwisata. Upaya itu dilakukan, antara lain, dengan percepatan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat.
”(Pembukaan pariwisata) masih on the track (sesuai rencana). Tidak ada masalah karena vaksinasi (Covid-19) di Bali terus dilakukan,” kata Odo (Kompas.id, 19/5/2021).