Pemerintah Dorong Koperasi Simpan Pinjam Lakukan Diversifikasi Usaha
Pemerintah mendorong koperasi simpan pinjam bermodal besar untuk melakukan diversifikasi usaha dengan masuk ke sektor di luar pinjaman mikro. Diversifikasi itu dapat membantu meningkatkan skala usaha anggotanya.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Pemerintah mendorong koperasi simpan pinjam yang memiliki modal besar untuk melakukan diversifikasi usaha dengan masuk ke sektor usaha di luar pemberian pinjaman mikro. Dengan diversifikasi usaha itu, koperasi simpan pinjam diharapkan tak hanya bisa menambah pendapatan, tetapi juga dapat membantu meningkatkan skala usaha para anggotanya.
”Saya sudah banyak diskusi dengan teman-teman koperasi simpan pinjam yang kapitalnya sudah triliunan agar mereka masuk ke sektor produktif. Jadi, tidak hanya usaha di pemberian pinjaman mikro,” kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki dalam pembukaan Rapat Anggota Tahunan Puskop Credit Union Indonesia, Jumat (28/5/2021), di Yogyakarta.
Teten menuturkan, di sejumlah wilayah Indonesia ada sejumlah koperasi simpan pinjam yang memiliki kelebihan likuiditas. Kondisi kelebihan likuiditas itu terjadi karena arus kas yang masuk lebih besar dibandingkan arus kas keluar. Beberapa koperasi yang kelebihan likuiditas itu bahkan sampai membatasi simpanan dari anggotanya agar tidak menanggung beban bunga yang terlalu besar.
Dengan kondisi kelebihan likuiditas itu, koperasi simpan pinjam seharusnya bisa masuk ke sektor usaha lain di luar pemberian pinjaman. Teten menyebut, koperasi simpan pinjam bisa masuk ke sektor usaha produktif yang dapat membantu usaha milik para anggotanya. Sebab, selama ini, kebanyakan anggota koperasi hanya memiliki usaha dengan skala mikro sehingga perlu dibantu untuk mengembangkan usahanya.
Contohnya, jika ada koperasi simpan pinjam yang memiliki banyak anggota petambak udang, koperasi itu bisa mengembangkan usaha pengolahan udang menjadi produk makanan. Sementara itu, jika anggotanya banyak bekerja sebagai petani kelapa sawit, koperasi simpan pinjam bisa membuat usaha baru untuk mengolah produk turunan kelapa sawit.
”Koperasi simpan pinjam yang kapitalnya besar bisa menjalankan kegiatan ekonomi produktif yang bisa meningkatkan skala usaha para anggotanya. Koperasi bisa masuk ke sektor-sektor produktif, seperti pengolahan makanan yang berbasis laut atau kebun,” ujar Teten.
Teten meyakini, dengan masuknya koperasi simpan pinjam ke sektor usaha produktif, kontribusi koperasi terhadap perekonomian Indonesia akan makin besar. Saat ini, koperasi memiliki kontribusi sekitar 5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Upaya untuk meningkatkan kontribusi koperasi terhadap perekonomian juga bisa dilakukan dengan meningkatkan jumlah warga yang menjadi anggota koperasi.
Koperasi simpan pinjam bisa masuk ke sektor usaha produktif yang dapat membantu usaha milik para anggotanya.
”Kita harus memperluas persentase masyarakat Indonesia yang menjadi anggota koperasi. Saat ini, kan, baru 8,4 persen,” kata Teten.
Apresiasi
Dalam kesempatan itu, Teten juga mengapresiasi kiprah Puskop Credit Union Indonesia yang menghimpun sejumlah lembaga credit union atau koperasi kredit di sejumlah wilayah Indonesia. Credit union merupakan lembaga keuangan simpan pinjam yang dikelola anggotanya dan demi kesejahteraan anggotanya.
”Mereka (Puskop Credit Union Indonesia) luar biasa. Selama ini, mereka mengumpulkan modal-modal kecil menjadi kekuatan kapital yang sangat luar biasa, lalu memberikan pinjaman,” ujar Teten.
Ketua Pengurus Puskop Credit Union Indonesia Edi Vinsensius Petebang mengatakan, lembaga tersebut menghimpun 44 lembaga credit union yang tersebar di 18 provinsi dengan jumlah anggota 506.455 orang dan aset sekitar Rp 7 triliun. Saat ini, Puskop Credit Union Indonesia merupakan koperasi simpan pinjam sekunder terbesar di Indonesia dari sisi aset dan anggota individu.
Selama pandemi Covid-19, Edi memaparkan, 44 lembaga credit union yang menjadi anggota Puskop Credit Union Indonesia tetap bisa bertahan. ”Puji Tuhan, meski di masa pandemi, 44 credit union itu dapat bertahan dan bahkan berkembang untuk meningkatkan kualitas hidup anggotanya. Kalau di tempat lain, sejumlah lembaga menutup usahanya, tapi kita masih bisa bertahan,” ujarnya.