Layanan Digital Dorong Pertumbuhan Industri Keuangan Syariah
Indonesia punya potensi dan peluang menjadi salah satu kekuatan ekonomi syariah dunia. Ini ditopang jumlah penduduk Muslim yang besar dan konsumsi masyarakat yang tinggi.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Makin maraknya aktivitas ekonomi melalui layanan digital diharapkan juga mendorong layanan keuangan digital syariah. Sejalan dengan tren gaya hidup Muslim modern, digitalisasi ekonomi syariah diharapkan mampu menggerakkan perekonomian Indonesia dan membawa Indonesia menjadi pemimpin ekonomi syariah dunia.
Hal tersebut mengemuka dalam webinar bertajuk ”My Shariah Though Leader Forum Bank 2021. Forum Niche to Mainstream: Accelerating Shariah Economy and Finance in Digital Area” yang diselenggarakan oleh Maybank Syariah, Kamis (27/5/2021). Hadir sebagai pembicara dalam acara itu Chief Executive Officer (CEO) Maybank Indonesia Taswin Zakaria; Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute & Layanan Digital Imansyah; peneliti ekonomi syariah University of Oxford, Dato’ Dr Afifi Al-Akiti; dan CEO PT BRI Danareksa Sekuritas Friderica Widyasari Dewi.
Selain itu, juga hadir sebagai pembicara Chief Strategy, Transformation, & Digital Maybank Indonesia Michael Hamilton, Senior Investment Analyst Saturna Sdn Bhd Mustafa Aydemir, Direktur Industri Produk Halal Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Afdhal Aliasar, Presiden PT Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata, dan influencer Zee Zee Shahab.
Afdhal mengatakan, Indonesia punya potensi besar sebagai negara ekonomi syariah terbesar di dunia. Hal ini ditopang jumlah penduduk Muslim yang besar ditambah pesatnya tren hijrah dan gaya hidup Muslim modern. Pada saat yang sama juga terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat yang semakin lekat dengan produk layanan keuangan digital.
”Di masa mendatang, produk halal dan syariah itu tidak sekadar busana dan komestik, tapi juga akan merambah investasi syariah, sistem pembayaran syariah, dan perbankan syariah. Perilaku berbelanja produk syariah ini juga harus diantisipasi marketplace e-dagang produk halal,” ujar Afdhal.
Deputi Komisioner OJK Institute & Layanan Digital Imansyah mengatakan, industri keuangan dan ekonomi syariah di Indonesia berkembang baik di Indonesia. Ini ditunjukkan dengan terus bertumbuhnya aset industri keuangan syariah nasional.
Berdasarkan data OJK, total aset industri keuangan syariah pada Januari 2021 mencapai Rp 1.753,13 triliun, tumbuh 19,67 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Aset industri keuangan syariah itu setara dengan 9,62 persen dari total aset industri keuangan. Adapun rinciannya terdiri dari aset industri perbankan syariah Rp 600,99 triliun, industri keuangan nonbank syariah Rp 115,83 triliun, dan pasar modal syariah Rp 1.036,31 triliun.
Chief Strategy, Transformation, & Digital Maybank Indonesia Michael Hamilton mengatakan, potensi pasar industri keuangan syariah di Indonesia masih lebar. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata pertumbuhan per tahun (CAGR) aset industri keuangan syariah yang mencapai 14 persen dalam lima tahun terakhir.
”Setiap tahun selalu menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan. Ruang dan potensi pertumbuhan ke depan masih sangat besar,” ujar Hamilton.
Berdasarkan The State of Global Islamic Economy (SGIE) Report 2020/2021, Indonesia berhasil naik ke peringkat ke-4 dari peringkat ke-5 pada 2019 dan peringkat ke-10 pada 2018. Indikator ini menunjukkan Indonesia adalah salah kekuatan ekonomi syariah dunia.
Layanan digital
Presiden PT Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengatakan, produk ekonomi syariah tidak melulu busana dan komestik muslim. Adaptasi teknologi dan berkembangnya layanan digital juga mendorong permintaan terhadap produk dan jasa syariah.
”Aplikasi kami memungkinan pembayaran zakat secara digital. Untuk pemesanan dan pengantaran makanan, konsumen tinggal mengetik makanan halal di kolom pencarian,” ujar Ridzki.