Pelaku UMKM dirangkul kelompok ekonomi mapan untuk bersama melewati pandemi Covid-19. Kalangan ekonomi menengah ke bawah itu kini menemukan pintu rezeki di bazar Ramadhan.
Oleh
DEFRI WERDIONO/M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
Kurang dari 30 menit beduk Maghrib berbunyi, Sugiarto (55) sibuk menyiapkan menu soto Madura di sudut Resto Shanaya Hotel dan Resort di Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (7/5/2021) petang. Sejumlah tamu yang hendak berbuka puasa di tempat itu mulai berdatangan.
Kesibukan serupa dilakukan pedagang lain, sesama pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berjualan di tempat itu. Mereka dirangkul pihak hotel untuk mengisi kegiatan Bazar Ramadhan Shanaya.
”Kalau di pasar sini (hotel), alhamdulillah. Kalau malam Minggu bisa dapat sampai Rp 500.000 dengan harga per porsi Rp 15.000,” ujar Sugiarto yang tinggal di Dusun Babakan, Desa Ngenep, Kecamatan Karangploso.
Penghasilannya tak menentu. Dengan harga per porsi Rp 10.000, dalam sehari jualan yang laku paling banyak 10 porsi.
Pelaku UMKM lainnya, Siti (45), meraup hingga Rp 500.000 per malam. Siti menjual bakso dan es kelapa muda.
”Di rumah, saya jualan bakso, es kelapa muda, dan rujak. Kalau puasa seperti sekarang, rujak kurang laku,” katanya. Jika berjualan di rumah, ia mendapat paling banyak Rp 200.000 per hari.
Bazar Ramadhan Shanaya merupakan gebrakan pihak hotel untuk membantu UMKM yang juga terpukul pandemi Covid-19. ”Tujuannya ingin menggerakkan roda kehidupan bagi UMKM,” kata Asisten Marketing Communication Manager Shanaya Resort Gitvy Fitria Marethasary.
Sepanjang 2021, pemerintah menyiapkan anggaran Rp 15,36 triliun untuk 12,8 juta pelaku usaha mikro se-Indonesia.
Kegiatan itu melibatkan 20 sampai 25 pelaku UMKM di sekitar hotel. Mereka dibatasi tiga hari menggelar produk, yakni Jumat hingga Minggu. Mereka berjualan secara bergilir untuk menjaga protokol Covid-19. Konsumennya, tamu hotel dan masyarakat umum.
Usaha mengangkat UMKM itu senada dengan upaya pemerintah daerah mendorong sektor ini tetap tumbuh dan berkembang. Di Kabupaten Malang saat ini terdapat lebih dari 427.000 UMKM dari sebelumnya 425.000 UMKM tahun 2019.
Sebagian masyarakat yang mengalami pemutusan hubungan kerja akibat pandemi beralih menggeluti UMKM.
Bupati Malang M Sanusi di hadapan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki, pertengahan April lalu, mengatakan, koperasi dan UMKM di wilayahnya menyerap 1,524 juta tenaga kerja.
Secara terpisah, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Malang Pantjaningsih Sri Redjeki menambahkan, pada masa pandemi, keberpihakan pemerintah pusat terhadap UMKM sangat terasa. Hal itu ada dalam skema kebijakan pemulihan ekonomi nasional yang kemudian ditindaklanjuti pemerintah daerah.
”Itu dari sisi pemerintah. Kalau dari sisi swasta, kami belum punya data secara pasti. Kami mengimbau semua segmen, semua pihak, untuk bisa andil dalam pemulihan ekonomi dengan berpihak kepada UMKM, mulai dari perbankan dan perusahaan lain berupaya memberikan pendampingan,” katanya.
Meski selama pandemi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang minus 2 persen, kontribusi UMKM dan koperasi dalam memberi andil pada pertumbuhan ekonomi cukup besar. Selain pendampingan kepada UMKM, pemerintah juga mengimbau masyarakat agar membeli produk-produk UMKM.
Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menilai, pelaku usaha makanan-minuman dan pakaian yang memanfaatkan momentum Ramadhan-Lebaran 2021 harus dipastikan telah memperoleh informasi mengenai bantuan pemerintah untuk UMKM. ”Sejumlah bantuan (pemerintah) cukup berhasil membantu pelaku usaha memulai bisnis baru,” ujarnya saat dihubungi, Selasa (27/4/2021).
Salah satu bentuknya ialah bantuan produktif untuk usaha mikro (BPUM). Sepanjang 2021, pemerintah menyiapkan anggaran Rp 15,36 triliun untuk 12,8 juta pelaku usaha mikro se-Indonesia. Pengusulan penerima BPUM melalui dinas yang membidangi koperasi dan UKM di tingkat kabupaten/kota.
Rendy berpendapat, revitalisasi dinas yang membidangi UMKM di daerah menjadi krusial karena berinteraksi langsung dengan pelaku UMKM. Dengan terjaganya akses pelaku usaha terhadap bantuan pemerintah, aktivitas berjualan selama Ramadhan-Lebaran 2021 dapat menjaga aktivitas perekonomian.
Selain program pemerintah, akses pasar juga penting bagi pelaku bisnis tersebut. Ada dua kanal yang dapat dimanfaatkan, yakni e-dagang dan pengadaan pemerintah. Dia mencontohkan, pemerintah bisa mengandalkan UMKM untuk pengadaan suvenir acara yang digelar pada Ramadhan-Lebaran 2021.
Di tengah kondisi pandemi, perlu kolaborasi untuk saling menguatkan. Kalangan mapan merangkul kelompok lemah.