Sejumlah pelaku usaha kecil mikro dan menengah mendapatkan peningkatan pesanan menjelang Lebaran 2021. Fenomena ini menunjukkan mulai menggeliatnya ekonomi yang dipicu oleh momen Lebaran.
Oleh
ESA/JOG/TAM
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kendati kondisi ekonomi nasional tertekan karena pandemi Covid-19, secercah harapan muncul dari para pengusaha kecil menengah dan mikro yang memiliki pangsa pasar terkait dengan momen Lebaran. Pengusaha kue kering dan makanan tradisional di daerah mengalami peningkatan omzet menjelang Lebaran.
Potret positif itu seperti ditemui di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Erni Suaida (57), warga Pontianak, kebanjiran pesanan amplang, yaitu kerupuk khas Kalimantan yang berbahan baku ikan. Dalam sehari, omzet Ida dari penjualan amplang Rp 3 juta-Rp 4 juta, khususnya menjelang Lebaran.
Beberapa hari menjelang Lebaran, penghasilan bersihnya Rp 600.000-Rp 700.000 per hari. Amplang produksi Ida itu pun biasanya dijual oleh para penjual lainnya, misalnya tukang sayur. Terkadang, mereka membeli produk Ida 20-40 bungkus per hari. Mereka akan menjual lagi kepada konsumen lainnya. ”Ada juga orang yang menjual ulang amplang milik saya secara daring,” ujarnya. Omzetnya jauh meningkat ketimbang hari-hari biasa.
Sebelum puasa, ia memperoleh omzet Rp 600.000 per minggu. Namun, kini jumlah itu bisa didapatkannya dalam sehari. ”Lumayan bisa menopang ekonomi keluarga,” ujarnya.
Gairah ekonomi Lebaran juga dirasakan oleh perajin songket di Sambas, Kalimantan Barat. Kurniati (42), pemilik usaha tenun songket Sambas dan corak insang di Kampung Tenun, Kelurahan Batu Layang, Kecamatan Pontianak Utara, mengatakan, pembeli kain songket sejauh ini lumayan. Ada peningkatan penjualan kain yang signifikan jika dibandingkan dengan penjualan pada puasa tahun lalu. ”Bahkan, tahun lalu tidak ada penjualan sama sekali,” ujarnya.
Peningkatan itu terlihat dari banyaknya tamu yang bahkan datang ke Kampung Tenun, sebelum puasa, untuk membeli songket. Setidaknya, pada Januari 2021, penjualan kain sekitar Rp 18,45 juta. Pada Februari 2021 sekitar Rp 11,15 juta.
Juru bicara pejabat Pengelola Informasi Daerah Dinas Koperasi, Usah Kecil, dan Menengah Kalbar, Veronika Eka Purwanti, mengatakan, dampak pandemi dirasakan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kalbar.
Meski demikian, di tengah pandemi Covid-19 terjadi pertumbuhan usaha mikro. Padaakhir 2020 terdapat 181.459 pelaku UMKM di Kalbar dan pada 2021 hingga per 14 April terdapat 182.090 pelaku UMKM.
Adanya penambahan usaha baru itu, kata Veronika, kemungkinan karena ada yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Lalu, mereka berusaha bangkit dengan membuat usaha-usaha mikro secara kovensional yang berbasis keluarga.
Kendalikan kerumunan
Geliat ekonomi Lebaran di tengah pandemi juga dirasakan dari maraknya pasar-pasar di sejumlah daerah, termasuk Bandung, Jawa Barat, dan Jakarta. Kendati demikian, kerumunan harus menjadi perhatian pemerintah daerah setempat untuk menghindari risiko penularan Covid-19.
Sejumlah pedagang di Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengatakan, ada kenaikan pendapatan jelang Lebaran kali ini. Salah satunya Jamilus (50), pedagang gamis, yang dibanjiri pengunjung. Meski demikian, Jamilus mengaku pendapatannya masih lebih rendah jika dibandingkan dengan jelang Lebaran sebelum pandemi. ”Sebelum pandemi, sehari rata-rata terjual 20 kodi, sekarang satu kodi dua hari,” katanya.
Sementara itu, di Jalan Dalem Kaum, Bandung, plaza dan puluhan toko yang menjual pakaian, sepatu, tas, dan keperluan lainnya diserbu pengunjung. Mereka bahkan harus antre sebelum masuk ke toko.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung Elly Wasliah menyebutkan, sebanyak 72 pegawai ditugaskan memantau pusat perbelanjaan, mal, atau ritel pada akhir pekan ini. Mereka bekerja sama dengan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 untuk mencegah kerumunan.
”Kami menyarankan manajemen toko agar membatasi pintu masuk hanya dua. Ini untuk memantau jumlah pengunjung. Kapasitasnya hanya 50 persen,” ujarnya.