Membangkitkan Pelaku Usaha di Lombok Melalui Bisnis Inklusif
Bisnis inklusif mulai diperkenalkan di Lombok, NTB. Lewat model bisnis itu, pelaku usaha tidak hanya berorietansi profit, tetapi memberi dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang positif dengan melibatkan masyarakat.
Pelaku usaha di sekitar Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika terus berbenah. Tidak hanya mengembangkan usaha secara konvensional, mereka juga mulai merambah ke bisnis inklusif. Segenap peluang dimanfaatkan, seiring pengembangan Destinasi Superprioritas Mandalika yang tahun depan menggelar hajatan balap MotoGP.
Hurul Aini (45) tampak sedikit gugup saat namanya dipanggil. Ia kemudian naik ke atas panggung sambil membawa nampan berisi berbagai bahan dan perlengkapan terapi.
Setelah duduk di kursi yang disediakan, ia mencoba menenangkan diri, lantas melihat ke laptop di depannya. Ia terhubung secara virtual dengan dua orang yang berada di Jakarta, sekitar 1.324 kilometer dari tempat Hurul di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Hari itu, Selasa (4/5/2021), Hurul akan mempresentasikan tentang Desa Wisata Hijau (DWH) Bilebante, Kecamatan Pringgarata, Lombok Tengah.
”Silakan dimulai. Ibu Hurul punya waktu lima menit untuk presentasi dan lima menit untuk pendalaman,” kata moderator. Ia juga ikut dalam pertemuan virtual itu dan berada di sisi kiri Hurul.
Tanpa melepas masker yang dipakainya, Hurul menarik napas panjang, lalu menyapa tiga orang lain dalam pertemuan virtual itu. Ia kemudian mulai presentasi.
Baca juga: Kemitraan Terpadu dan Inklusif Percepat Pemulihan Agrobisnis
Hurul mengawalinya dengan penjelasan singkat tentang DWH Bilebante, sekitar 15 kilometer sebelah tenggara Mataram, ibu kota NTB. Desa Bilebante saat ini menjadi salah satu penyangga Destinasi Superprioritas (DSP) Mandalika.
Ia menjelaskan, DWH Bilebante memiliki berbagai paket wisata yang bisa dipilih pengunjung. Salah satunya terapi halal untuk kecantikan dan kesehatan dengan pendekatan kearifan lokal. Hal itu meliputi bagaimana sistem kerjanya, terapis besertifikat, hingga bahan terapi dari alam yang dikembangkan sendiri di desa tersebut.
Seiring waktu, Hurul kian menguasai suasana. Dari semula gugup, ia semakin mantap mempresentasikan usaha yang telah berjalan sekitar dua tahun di Bilebante. Saat sesi pendalaman pun ia lancar menjawab semua pertanyaan dari dua orang yang tak lain calon investor.
”Tadi mereka antusias. Ingin bertanya lagi, tetapi waktu terbatas,” kata Hurul seusai presentasi.
Muhammad Tohri (70), yang mengelola Kebun Herbal Bilebante, juga mengaku sempat merasakan gugup. Namun, ia berhasil menaklukkannya lewat presentasi yang meyakinkan tentang usahanya.
Ia menjelaskan tentang potensi Kebun Herbal Bilebante serta bagaimana mengomunikasikan usaha itu kepada rekanan yang menjadi sasaran, misalnya agen travel dan pelajar pada semua satuan pendidikan. ”Kami ingin agar kebun herbal itu semakin dikenal. Juga mereka mengetahui manfaat hingga bagaimana mereka mengolahnya untuk kebutuhan sehari-hari,” kata Tohri.
Dalam sesi pendalaman, Tohri diminta menjelaskan bagaimana investor bisa mendapat pengembalian. Ia kemudian meyakinkan investor bahwa konsep Kebun Herbal Bilebante akan sangat menarik.
”Saat masuk, sudah bayar. Dari sana, tentu akan ada manajemen untuk alokasi pengembalian. Termasuk dari apa yang bisa dijual, baik itu minuman maupun bibit. Jadi, saya berharap ada investasi untuk fasilitas yang mendukung seperti saung dan toilet berstandar internasional,” katanya.
Baca juga: Dukung Petani, Kemitraan Terpadu dan Inklusif Dikembangkan
Tohri yakin pengembalian investasi pasti bisa dilakukan. Ia akan mengombinasikan manajemen yang baik, berikut pemasaran dan pelayanannya.
”Ini bisnis kepercayaan. Kami akan berusaha membuat rekanan tidak kecewa,” katanya.
Saat ditanya tentang pangsa pasar, Tohri menjawab bahwa sehat adalah kebutuhan seumur hidup, tanpa melihat usia. ”Apalagi, di luar sana, di Eropa, sudah mulai berjalan konsep back to nature atau kembali ke alam. Jadi kita bisa mulai hal itu dari Bilebante,” kata Tohri.
Bilebante merupakan salah satu desa penyangga DSP Mandalika. Hal itu menjadi peluang besar bagi pemilik modal untuk berinvestasi. Mulai tahun 2021, sejumlah kegiatan besar akan digelar di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Puncaknya pada 2022, yakni pergelaran MotoGP yang diharapkan bisa menggaet banyak wisatawan.
Baca juga: Ekonomi Inklusif Pascapandemi
Baik Hurul maupun Tohri mengaku baru pertama kali mengikuti presentasi usaha (pitching deck). Memang sudah ada arahan apa saja yang harus disiapkan, tetapi tetap saja mereka gugup. ”Apalagi, baru pertama dan langsung dengan calon investor, padahal saya biasa presentasi,” kata Hurul, yang juga pengajar TK.
Tohri yang sebelumnya menjadi pemandu wisata juga merasakan hal yang sama, tetapi ia senang mendapatkan pengalaman itu. ”Saya puas. Saya melihat para calon investor puas. Semoga ada tindak lanjut,” katanya.
Hurul yang juga memiliki usaha Kopi Rempah Tabita mendapatkan pengalaman baru yang akan sangat penting untuk kemajuan usahanya.
Bisnis inklusif
Presentasi usaha yang dilakukan Hurul dan Tohri, serta delapan wakil usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Bilebante, merupakan bagian dari kegiatan BeNext, yaitu Online Business Inclusive Expo dan Investor Meetup di Desa Wisata Hijau Bilebante. Selain di Bilebante, kegiatan serupa juga berlangsung di Kuta Mandalika (Lombok Tengah) dan Sembalun (Lombok Timur).
BeNext merupakan rangkaian akhir dari program bisnis inklusif yang dilaksanakan oleh proyek kerja sama Pemerintah Indonesia dan Jerman, Innovation and Investment for Inclusive Sustainable Economic Development (ISED) yang diimplementasikan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ), bersama Business Venture Development Institute (BVDI) Universitas Prasetiya Mulya.
Kegiatan itu juga didukung Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah serta Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
Baca juga: Bilebante dan Gotong Royong Menghijaukan Desa
Teddy Trilaksono selaku team leader untuk proyek ISED dari BVDI Universitas Prasetiya Mulya mengatakan, proyek ini bertujuan mempromosikan ketenagakerjaan yang inklusif dan berkelanjutan dengan pendekatan bisnis inklusif.
Bisnis inklusif ialah bisnis yang pelaku usahanya tidak hanya berorientasi pada profit, tetapi juga memberikan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang positif.
”Caranya dengan melibatkan masyarakat yang berada di dasar piramida ekonomi paling bawah ke dalam rantai usaha, baik sebagai produsen, pemasok, distributor, maupun pelanggan,” kata Teddy.
Menurut Teddy, penguatan bisnis inklusif itu melalui serangkaian kegiatan. Dimulai dari lokakarya literasi bisnis secara daring. Di sana, pelaku dari 75 UMKM di Lombok dan 20 UMKM dari daerah lain mendapat literasi dasar manajemen, yakni strategi bisnis, pemasaran, sumber daya manusia, keuangan, dan operasional.
”Mereka mendapat pelatihan secara daring dan luring. Pelatihan ini berupa bimbingan dan solusi terarah dengan masalah yang dihadapi,” kata Teddy.
Baca juga: MotoGP Indonesia untuk Menarik Wisatawan Berkualitas
Setelah itu, dilakukan presentasi usaha pada kegiatan BeNext, Online Business Inclusive Expo, dan Investor Meetup. Presentasi usaha kepada para investor dan ahli di bidang tersebut membuat para pelaku UMKM mendapatkan pengalaman baru. Mereka juga mendapatkan saran perbaikan usaha dan menambah jejaring bisnis, hingga nantinya pendanaan.
Bisnis inklusif ialah bisnis yang pelaku usahanya tidak hanya berorientasi pada profit, tetapi juga memberikan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang positif.
Selain presentasi usaha, melalui kegiatan BeNext, ditampilkan pula produk pelaku UMKM secara daring melalui platform Instagram Benext.id. Masyarakat dari semua daerah bisa melihat langsung produk-produk UMKM yang terlibat.
”Keberlanjutan program bisnis inklusif ini akan dikelola melalui Jaringan Bisnis Inklusif Indonesia sebagai wadah bagi para praktisi bisnis inklusif di Indonesia. Lalu Benext.id menjadi hub bisnis inklusif untuk menampilkan produk UMKM yang terlibat dalam program ini,” kata Teddy.
Ketua DWH Bilebante Pahrul Azim mengatakan, kegiatan tersebut sangat penting dan memberikan dorongan semangat di tengah pandemi.
Ia berharap, setelah ini, para investor bisa mau dan berani berinvestasi, juga membantu jaringan hingga ke luar negeri. ”Kami siap menerima investor, apalagi dalam rangka menyambut DSP Mandalika,” kata Pahrul.
Baca juga: Mandalika Cadangan MotoGP 2021