Sejumlah warga memilih pulang kampung lebih awal untuk menghindari perubahan aturan yang dikhawatirkan menjadi lebih ketat. Mereka khawatir tidak bisa berlebaran di kampung halaman seperti tahun lalu.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS - Sejumlah warga memilih mudik lebih awal karena khawatir akan muncul aturan yang lebih ketat terkait pembatasan mobilitas saat libur Lebaran. Para calon penumpang khawatir, peraturan yang berubah dengan cepat membuat mereka tidak bisa berlebaran di kampung halaman.
Hal itu tampak di Terminal Tanjung Wangi, Banyuwangi, Sabtu (24/4/2021). Terminal tersebut merupakan tempat bersandarnya kapal-kapal perintis dengan rute dari Banyuwangi ke sejumlah pulau-pulau kecil di sebelah utara Pulau Jawa.
Salah satu warga yang memilih lebih awal pulang ke kampung halaman ialah Zainuddin (36). Sejak pagi Zainudin sudah berada di Terminal Tanjung Wangi agar bisa membeli tiket di loket penjualan yang baru dibuka pukul 13.00.
“Saya memang memilih pulang ke kampung halaman lebih awal. Tahun-tahun sebelumnya, saya baru pulang ke kampung halaman H-7 lebaran. Kali ini saya pulang lebih awal, khawatir tidak bisa pulang karena akan ada aturan yang lebih ketat terkait pembatasan perjalanan,” ungkap Zainuddin.
Selama dua bulan terakhir, Zainuddin bekerja di Bali sebagai kuli bangunan. Untuk bisa pulang ke rumahnya di Pulau Kangean, Zainuddin harus lebih dahulu menyeberang ke Banyuwangi lalu berlayar ke Pulau Sapeken lalu melanjutkan perjalanan menggunakan kapal yang lebih kecil ke Pulau Kangean.
Kali ini saya pulang lebih awal, khawatir tidak bisa pulang karena akan ada aturan yang lebih ketat terkait pembatasan perjalanan (Zainuddin)
Zainuddin merupakan satu dari puluhan warga lainnya yang mencari tiket pulang kampung menggunakan Kapal Perintis milik PT Pelni. Warga lainnya yang hendak berlayar ke Pulau Sapeken ialah Rusiani (47).
Rusiani yang baru tiba di Banyuwangi pekan lalu, harus segera pulang kembali ke Sapeken karena mendengar informasi larangan mudik. Ia khawatir terjebak di Banyuwangi dan tidak bisa kembali ke Sapeken.
"Saya tiba di Banyuwangi untuk menjeguk keponakan yang sakit pada Kamis seminggu yang lalu. Semalam saya baru tahu ada perpanjangan larangan mudik dari pemerintah. Pagi ini saya langsung mencari tiket, agar bisa segera pulang ke Sapeken,” ujar Rusiani.
Secara terpisah, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, seluruh penumpang yang hendak pulang kampung lebih awal harus menjalani pemeriksaan kesehatan bebas Covid-19. Pemeriksaan tidak dilakukan secara acak, namun wajib dan menyeluruh.
“Kami baru saja menggelar rapat dengan Bupati Banyuwangi. Perlintasan di Banyuwangi kami wajibkan untuk melewati testing (pemeriksaan kesehatan). Testing ini bukan lagi random tetapi wajib,” ujar menteri Budi.
Kendati mewajibkan pemeriksaan kesehatan bebas Covid-19, Budi tidak merinci jenis penapisan apa yang harus dijalani. Menurutnya, pemeriksaan kesehatan bebas Covid-19 bisa dilakukan menggunakan Pcr, Antigen mapun GeNose C19.
Dalam kunjungannya ke Banyuwangi, Budi juga mengapresiasi dibukanya penyeberangan rute Banyuwangi Lembar. Menurutya, rute terebut membawa banyak dampak positif.
“Rute Banyuwangi-Lembar merupakan kesuksesan yang baik sehingga perlu dirawat secara baik dan profesional. Ada biaya angkut logistik yang bisa menjadi lebih murah dan menekan kemacetan yang tidak perlu di Bali.
Kami baru saja menggelar rapat dengan Bupati Banyuwangi. Perlintasan di kabupaten ini kami wajibkan untuk melewati pemeriksaan kesehatan (Budi Karya Sumadi)
Seperti diberitakan Kompas saat pelayaran perdana Banyuwangi Lembar pada Sabtu (26/12/2021), Direktur Utama PT ASDP Ira Puspita mengatakan, dalam kondisi normal sebelum pandemi jumlah penumpang penyeberang dari Pelabuhan Ketapang ke Gilimanuk dan sebaliknya bisa mencapai 70.000 orang penumpang per hari. Adapun jumlah kendaraan yang menyeberang bisa mencapai 5.000 unit kendaraan roda 2, dan 10.000 unit kendaraan roda 4 atau lebih.
“Dari total penyeberang dari Ketapang ke Gilimanuk, sekitar 45 persen hingga 50 persennya melanjutkan perjalanan lagi ke Nusa Tenggara Barat. Rute Baru ini bisa menjadi alternatif bagi para penyeberang dari Jawa ke daerah lain selain Bali,” ujar Ira.
Ira mengatakan, rute ini nantinya akan dijadwalkan berangkat setiap 6 jam sekali dan akan ditingkatkan hingga tiga jam sekali. Dalam sekali perjalanan, setiap kapal rata-rata dapat mengangkut 30 unit hingga 45 unit kendaraan besar.