Pelayaran Banyuwangi-Lembar Diharapkan Mampu Kurangi Kepadatan Lalu Lintas di Bali
Kementerian Perhubungan dan PT ASDP membuka rute baru pelayaran dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi-Lembar, Nusa Tenggara Barat. Jalur pelayaran ini diharapkan mampu mengurangi kepadatan lalu lintas di Bali.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Kementerian Perhubungan dan PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan membuka rute baru pelayaran dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur-Lembar, Nusa Tenggara Barat. Jalur pelayaran ini diharapkan mampu mengurangi kepadatan lalu lintas di Bali.
Selama ini angkutan logistik dari Banyuwangi ke Lombok dan sebaliknya memadukan penyeberangan Ketapang-Gilimanuk, jalur darat Gilimanuk-Padang Bay, dan penyeberangan Padang Bay-Lembar. Rute alternatif ini diharapkan dapat mempersingkat waktu tempuh dan menghemat biaya logistik.
Pembukaan rute baru Banyuwangi-Lembar dilakukan secara simbolis oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiadi di Banyuwangi, Sabtu (26/12/2020). Budi mengatakan, pembukaan rute baru ini sesuai dengan pembahasan Gubernur Bali bersama Menteri Perhubungan.
”Sejak dua bulan lalu kami mencari lintasan baru yang kira-kira berpotensi dan bisa memberi pengaruh positif di segala aspek. Akhirnya diputuskan dibuka rute ini mengingat pertumbuhan ekonomi yang mendorong pertumbuhan logistik yang berpengaruh pada kepadatan di Bali. Harapannya, rute ini bisa mengurangi kepadatan logistik yang ada di Bali,” kata Budi.
Budi mengatakan, pemerintah pusat akan mendorong Bali sebagai destinasi utama pariwisata nasioanal dan internasional. Guna mendukung hal itu, hambatan lalu lintas dari Gilimanuk ke Denpasar perlu ditekan. Rute ini diharapkan dapat menjadi solusi atas permasalah tersebut.
Kemenhub dan PT ASDP, kata Budi, merancang rute ini dilayani setiap hari. Per hari akan ada 7 kapal dengan 6 perjalanan dari Banyuwangi ke Lembar ataupun sebaliknya.
”Selain menjadi alternatif, rute ini juga memiliki keuntungan bagi pengusaha logistik. Waktu tempuh bisa dipersingkat, biaya pengiriman juga bisa lebih murah karena bisa menghemat ongkos bensin dan perawatan mesin,” ujar Budi.
Direktur Utama PT ASDP Ira Puspita Dewi, yang juga hadir dalam pelayaran perdana Banywangi-Lembar, mengatakan, dengan konsep long distance ferry, pihaknya siap menjadi fasilitator penyeberangan yang baik.
Selain menjadi alternatif, rute ini juga memiliki keuntungan bagi pengusaha logistik. Waktu tempuh bisa dipersingkat, biaya pengiriman juga bisa lebih murah karena bisa menghemat ongkos bensin dan perawatan mesin.
Dalam kondisi normal sebelum pandemi, jumlah penumpang penyeberang dari Pelabuhan Ketapang ke Gilimanuk dan sebaliknya bisa mencapai 70.000 penumpang per hari. Adapun jumlah kendaraan yang menyeberang bisa mencapai 5.000 unit kendaraan roda dua dan 10.000 unit kendaraan roda empat atau lebih.
”Dari total penyeberang dari Ketapang ke Gilimanuk, 45 persen hingga 50 persennya melanjutkan perjalanan lagi ke Nusa Tenggara Barat. Rute baru ini bisa menjadi alternatif bagi para penyeberang dari Jawa ke daerah lain selain Bali,” ujar Ira.
Ira mengatakan, rute ini nantinya akan dijadwalkan berangkat setiap enam jam sekali dan akan ditingkatkan hingga tiga jam sekali. Dalam sekali perjalanan, setiap kapal rata-rata dapat mengangkut 30-45 unit kendaraan besar.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Khoiri Soetomo mengungkapkan, agar rute ini berkelanjutan secara bisnis idealnya, kapasitas terisi bisa lebih dari 60 persen. ”Kami optimistis pelaku usaha logistik akan lebih memilih alternatif rute baru ini. Pasalnya, waktu tempuh yang semula bisa mencapai 18 jam bisa dipangkas hingga 12 jam. Ini tentu akan menghemat bensin dan oli kendaraan,” katanya.