Jalur Mudik Dibuat Mandek, Kiriman Paket Lebaran Ramai Lancar
Pengiriman paket Lebaran menjadi tren baru dalam dua tahun terakhir, seiring dengan aturan pelarangan mudik. Paket Lebaran ini sekaligus menggantikan tradisi bagi-bagi THR untuk keluarga di kampung.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Larangan mudik membuat para warga terpaksa menunda momen berkumpul bersama keluarga. Untuk mengobati kekecewaan, mereka beralih mengirimkan paket-paket Lebaran ke kampung halaman.
Larangan mudik membuat Restu (28), warga Tangerang, Banten, harus melewatkan perayaan Lebaran di tanah kelahirannya di Sragen, Jawa Tengah. Kekecewaannya semakin memuncak setelah mengetahui dia menjadi satu-satunya anggota keluarga yang tidak bisa mudik tahun ini.
”Saudara yang lain rumahnya di kota-kota sekitar Sragen. Kemarin pada ngabarin bisa pulang. Nyesek rasanya,” katanya saat ditemui pada Sabtu (24/4/2021).
Restu juga sempat menangkap raut kekecewaan dari wajah orangtuanya ketika dia mengabarkan tidak dapat mudik melalui panggilan video. Kekecewaan tersebut bukan ditujukan kepada Restu, tetapi terhadap kebijakan larangan mudik tersebut.
Untuk menghibur orangtuanya, Restu berjanji akan mengirimkan baju Lebaran kepada ayah dan ibunya. Selain itu, dia juga akan merencanakan kepulangan segera setelah larangan mudik usai.
”Ya, walaupun enggak ada apa-apanya, setidaknya orangtua jadi seneng dapat baju Lebaran. Masih dicari-cari bajunya,” ungkapnya.
Tradisi kirim-kirim paket Lebaran ini menjadi hal baru bagi Restu. Pada Lebaran tahun lalu, hal ini tidak dia lakukan karena dia masih bisa mudik saat itu. Meski pemerintah juga melarang aktivitas mudik, dia berhasil berangkat lebih awal.
Sudah dua tahun ini enggak mudik. Karena enggak bisa ketemu saudara jadi enggak bisa kasih THR. Gantinya ngasih kue Lebaran.
Sementara Rian (29), karyawan swasta asal Jakarta Utara, memiliki kebiasaan membagikan uang hasil tunjangan hari raya (THR) kepada saudara-saudaranya di kampung halaman. Dua tahun ini, kebiasaan tersebut mulai hilang dan berubah menjadi bagi-bagi kue Lebaran.
”Sudah dua tahun ini enggak mudik. Karena enggak bisa ketemu saudara jadi enggak bisa kasih THR. Gantinya ngasih kue Lebaran,” ujar pendatang asal Jepara, Jawa Tengah, ini.
Tak tanggung-tanggung, menyambut Lebaran tahun ini Rian mengirimkan 15 toples kue Lebaran ke kampung halaman. Sebanyak enam toples ditujukan kepada orangtuanya, sedangkan sisanya dibagi-bagikan kepada saudara yang rumahnya berdekatan dengan rumah orangtuanya.
Jika dulu Rian memberikan THR langsung kepada saudaranya yang berusia anak-anak hingga remaja. Kali ini, Rian memberikan kue sebagai ganti THR tersebut kepada semua saudara. Setiap rumah dia berikan tiga kue.
Belajar dari pengalaman tahun lalu, Rian membeli kue-kue tersebut secara daring dari sebuah toko di Semarang, Jawa Tengah. Hal ini dia lakukan agar jarak pengiriman tidak terlalu jauh. Jarak antara Semarang dan Jepara hanya sekitar 90 kilometer.
”Tahun kemarin aku ngirim dari Jakarta. Sampai rumah kuenya banyak yang remuk. Mungkin karena kebanting di jalan atau pas dipindah-pindahi sama kurirnya,” ujarnya.
Leonnie (29), karyawan swasta asal Bekasi, Jawa Barat, juga memutuskan tidak mudik pada momen Lebaran tahun ini. Selain karena dilarang mudik, dia juga khawatir bepergian jauh karena tengah hamil tua.
Agar tetap bisa merasakan sensasi Lebaran di kampung halaman, Leonnie meminta kepada sang ibu untuk mengirimkan Sayur Kacang Merah kesukaannya. Sebagai gantinya, Leonnie mengirimkan 3 kilogram kurma kepada keluarga di rumah.
”Dua hari lalu aku kirim kurma ke rumah buat persediaan selama Ramadhan dan Lebaran. Nanti H-3 Lebaran mama mau kirim makanan juga,” katanya.
Tradisi kirim-kirim paket Lebaran ini bukan hal asing bagi Leonnie. Setiap tahun, dia juga rutin mengirimkan hampers kepada atasan dan rekan-rekan kerjanya. Tahun ini, tradisi itu juga akan kembali berlanjut. Apalagi sejumlah platform e-dagang memberikan layanan gratis ongkos kirim.
”Biasanya pada tukeran hampers sederhana gitu. Tahun ini bakal tetep ngirim-ngirim. Apalagi kebanyakan pada enggak pulang kampung,” katanya.
Meningkatnya transaksi hantaran Lebaran karena adanya pelarangan mudik ini juga dirasakan oleh para penjualnya. Salah satunya Rere (27), karyawan swasta asal Jakarta Pusat, yang juga menjual kacang mede untuk hampers Lebaran.
”Lumayan banget peminatnya. Setiap hari pasti ada yang pesen. Minimal satu toples. Biasanya pada minta dikirim ke kampung atau teman,” katanya.
Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto, saat ini tengah menggodok skema program subsidi ongkos kirim belanja daring. Kebijakan ini dibuat untuk menggenjot permintaan dan belanja masyarakat secara daring selama Ramadhan tahun ini.
”Kami sudah bicarakan dengan para platform e-dagang. Skemanya sedang disiapkan dengan mempertimbangkan usulan dari industri ritel dan pengelola pasar atau mal,” katanya (Kompas, 24 April 2021).
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno juga mengatakan, kebijakan ongkos kirim dibuat sebagai kompensasi atas ditiadakannya mudik Lebaran tahun ini. Keberadaan ongkos kirim selama ini dianggap sebagai beban sektor ekonomi kreatif. Kerap kali, ongkos kirim lebih tinggi ketimbang harga produk.