Revolusi Industri 4.0 Bantu Pemulihan Ekonomi Indonesia
Pandemi Covid-19 mempercepat transformasi teknologi untuk menerapkan revolusi industri 4.0. Akselerasi ini perlu dibarengi dengan penguatan tenaga kerja, penelitian, dan pengembangan.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Aktivitas proses produksi peralatan dapur modern di Pabrik Nayati, Terboyo, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (17/9/2020). Produk mereka lebih banyak digunakan pada industri layanan dan jasa, seperti hotel, rumah sakit, restoran, dan kafe.
JAKARTA, KOMPAS — Transformasi teknologi dalam kerangka revolusi industri 4.0 berperan dalam pemulihan ekonomi yang terpuruk akibat pandemi Covid-19. Peran itu akan optimal jika disokong penguatan kapasitas sumber daya manusia serta penelitian dan pengembangan.
Pemerintah memprioritaskan tujuh sektor industri dalam program Making Indonesia 4.0, yaitu makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, elektronika, farmasi, serta alat kesehatan. Ketujuh sektor ini berkontribusi 70 persen terhadap total produk domestik bruto manufaktur, 65 persen ekspor manufaktur, dan 60 persen pekerja industri.
Menurut Deputi Bidang Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Affandi Lukman, Indonesia memerlukan industri pengolahan yang memberi nilai tambah dalam pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
”Langkah ini turut berdampak pada daya saing (perekonomian nasional). Indonesia bisa semakin bersaing di tingkat global,” katanya saat diskusi dalam jaringan yang diadakan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Senin (5/4/2021).
Indonesia memerlukan industri pengolahan yang memberi nilai tambah dalam pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Pemakaian masker yang menjadi kewajiban bagi pekerja selama berada di area Pabrik Nayati, Terboyo, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (17/9/2020). Kesehatan para pekerja ini menjadi bagian penting dalam proses produksi sebuah pabrik.
Salah satu ciri yang membedakan, lanjutnya, revolusi industri 4.0 dapat memproduksi barang secara spesifik sesuai dengan kebutuhan konsumen. Revolusi industri 3.0 yang sarat dengan produksi massal tidak bisa memenuhi spesifikasi tersebut. Agar dapat mengoptimalkan fungsi modifikasi dalam produksi, industri perlu melatih demi menunjang penambahan kompetensi SDM.
Country Digital Transformation Schneider Electric Indonesia Fadli Hamsani merinci, modifikasi produksi untuk memenuhi ekspektasi konsumen menuntut perubahan sistem dalam proses industri. Dampaknya, SDM yang terlibat mesti menambah keahlian baru dan meningkatkan kapasitasnya.
Penelitian dan pengembangan juga memegang peran kunci dalam revolusi industri 4.0 agar dapat tetap bersaing dan dapat menghadapi disrupsi teknologi. Penelitian dan pengembangan itu menyangkut proses dan produk yang dihasilkan industri. Dengan demikian, penerapan revolusi industri 4.0 dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan yang memberikan manfaat bagi bisnis perusahaan.
Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengharapkan, implementasi revolusi industri 4.0 dapat menjadi magnet investasi di sektor manufaktur. Investasi tersebut bisa memperdalam struktur industri Indonesia sehingga lebih produktif dan berdaya saing seiring dengan peningkatan kemampuan tenaga kerja dalam mengadopsi teknologi.
Implementasi revolusi industri 4.0 dapat menjadi magnet investasi di sektor manufaktur.
Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian Eko S A Cahyanto mengatakan, investor di mancanegara mesti melihat kesiapan infrastruktur digital dan SDM serta proses transformasi digital Indonesia. Kesiapan dan proses transformasi tersebut dapat meningkatkan keyakinan mereka untuk menanamkan modal.
Sebagai salah satu langkah menunjukkan kesiapan dan proses transformasi industri dalam negeri, Indonesia menjadi negara mitra resmi Hannover Messe 2021 Digital Edition. Ada 156 perusahaan nasional yang unjuk gigi dalam gelaran tersebut. Sebanyak 63 peserta di antaranya merupakan usaha rintisan.
Dokumen berjudul ”COVID-19 Implications & Responses: Digital Transformation & Industrial Recovery” yang dipublikasikan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) pada Juli 2020 menggarisbawahi pandemi Covid-19 sebagai katalis transformasi digital tak terduga. Ada sejumlah teknologi revolusi industri 4.0 yang dapat membantu pemulihan kesehatan dan perekonomian negara, seperti pesawat tanpa awak, robotika, pencetakan tiga dimensi, rantai blok, kecerdasan buatan dan mahadata, serta internet untuk segala.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Foto aerial kawasan industri Jakarta Industrial Estate, Pulogadung (JIEP), Jakarta Timur, Jumat (1/5/2020). Sebagian pabrik di kawasan ini telah berhenti beroperasi. Sedikitnya terdapat 834 perusahaan yang tetap beraktivitas setelah mendapatkan izin dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang tersebar di lima wilayah DKI Jakarta.
Publikasi Deloitte berjudul ”The Fourth Industrial Revolution: At the Intersection of Readiness and Responsibility” pada 2020 menyatakan, pandemi Covid-19 menjadi pemantik kuat bagi pimpinan industri dalam menyusun visi dan strategi implementasi revolusi industri 4.0 untuk menunjang keberlangsungan dan pemulihan perusahaan. Survei dalam publikasi itu menunjukkan, sebanyak 51 persen pelaku industri di tingkat global tengah mengaudit dan meninjau kesenjangan dan peluang dalam kerangka kesiapan menghadapi revolusi industri 4.0.
Secara umum, sebanyak 75 persen pemain industri dunia tengah melatih dan mengembangkan SDM agar dapat memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam revolusi industri 4.0. Akan tetapi, hanya sekitar 20 persen pelaku industri global yang yakin terhadap kemampuan industri 4.0 dalam organisasinya. (JUD)