Platform e-dagang di Indonesia kian memudahkan pelaku usaha kecil, mikro, dan menengah atau UMKM dalam negeri untuk mengekspor produknya ke mancanegara.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Platform e-dagang atau lokapasar di Indonesia kian memudahkan pelaku usaha kecil, mikro, dan menengah atau UMKM dalam negeri untuk mengekspor produknya ke mancanegara. Tidak hanya dengan memberi akses digital, upaya peningkatan kapasitas juga dihadirkan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi.
Sejumlah perusahaan e-dagang di Tanah Air berkomitmen untuk membuka akses UMKM ke pasar global melalui platform dan layanan mereka. Salah satunya adalah Shopee, platform e-dagang asal Singapura, yang kini mengadakan program untuk melahirkan 500.000 eksportir baru sampai 2030.
Kepala Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Shopee Indonesia Radityo Triatmojo, dalam konferensi pers pada Kamis (1/4/2021), menyampaikan, program ambisius ini dimulai pada Mei 2020. Memanfaatkan jaringan di lima negara di Asia Tenggara, yaitu Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, Shopee membantu sekitar 180.000 UMKM dan memasarkan 1,5 juta produk.
”Untuk bisa ekspor, tidak ada syarat yang menyulitkan pelaku UMKM selama rating penjualan bagus dan berkriteria baik, seperti tidak pernah menjual barang ilegal. Kita akan kasih notifikasi ke pedagang untuk mengaktifkan penjualan ekspor dan buka akses ke luar negeri,” tuturnya.
UMKM yang layak mengekspor produknya di platform Shopee tidak hanya akan diberikan akses laman khusus ke pasar global, tetapi juga layanan logistik dan fitur pemasaran seperti berjualan ke pasar lokal. Pedagang juga tidak akan dikenai biaya apa pun.
Selain itu, melalui kerja sama dengan kementerian dan lembaga, seperti Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Shopee juga memberikan akses pendidikan melalui Sekolah Ekspor yang diprakarsai pada Agustus 2020.
Sejak dibukanya program ini, sudah ada lebih dari 1.000 UMKM terdaftar dan siap menjalani pelatihan dan pendampingan. UMKM yang terdaftar berasal dari berbagai macam kategori produk, mulai dari makanan dan minuman, pakaian, dekorasi rumah, hingga berbagai kategori lainnya yang sudah terdaftar.
Handito Joewono selaku Kepala Sekolah Ekspor menyampaikan, Sekolah Ekspor telah menyiapkan dua modul untuk tingkat dasar dan tingkat lanjut. Modul dasar terkait pemahaman ekspor dan strategi pengembangan produk, serta cara memulai ekspor. Modul selanjutnya mengenai cara memanfaatkan platform e-dagang untuk ekspor.
”E-dagang dan marketplace di Indonesia saat ini punya peranan penting karena menyediakan platform yang kekinian untuk memudahkan ekspor bagi para pelaku UMKM. Pedagang bahkan bisa ekspor hanya sebungkus kacang atau sehelai baju, demikian juga dengan pembeli di luar sana bisa mudah beli produk Indonesia lewat platform,” katanya.
Fasilitas ekspor yang disediakan e-dagang pun diharapkan bisa meningkatkan jumlah eksportir di Indonesia. Handito menyebutkan, jumlah eksportir terdaftar saat ini belum sampai 15.000 eksportir. Padahal, empat tahun lalu, Kadin Indonesia menargetkan nilai ekspor bisa naik 500 persen pada 2030.
Selain Shopee, usaha rintisan e-dagang produk kecantikan Social Bella (Sociolla) juga membuka akses ekspor bagi pelaku usaha dalam negeri. Hal ini dilakukan setelah mereka berhasil berekspansi ke Vietnam.
”Kami melihat bahwa brand kecantikan lokal semakin inovatif meluncurkan produk berkualitas dengan harga terjangkau, yang mampu bersaing di kancah internasional,” kata Co-Founder sekaligus CEO Social Bella John Rasjid beberapa waktu lalu.
Pasar Vietnam dinilai potensial karena memiliki beberapa kesamaan dengan Indonesia, salah satunya kemampuan generasi mudanya dalam memanfaatkan layanan digital.
Sejak 2019, platform E-dagang Bukalapak juga telah membuka akses ekspor kepada mitra penjual lewat BukaGlobal. Dalam situsnya, layanan ekspor bagi pengguna Bukalapak disebut bisa menjangkau pengguna di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Hong Kong, dan Taiwan.