Investasi Topang Produksi Berorientasi Ekspor dan Substitusi Impor
PT Frisian Flag Indonesia membangun pabrik pengolahan susu di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, senilai Rp 3,8 triliun. Pabrik ini berorientasi ekspor dan akan menyerap susu segar dalam negeri sebagai bahan baku industri.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Melalui realisasi penanaman modal, PT Frisian Flag Indonesia menargetkan mayoritas produksi dari pabrik yang baru dibangun dapat mengisi pasar ekspor. Investasi ini juga menandai komitmen perusahaan untuk meningkatkan serapan susu segar dalam negeri sebagai bahan baku industri.
Nilai investasi tahap awal yang direalisasikan itu sebesar Rp 3,8 triliun dengan jangka waktu 2020-2023. Pabrik seluas 25 hektar itu berada di Cikarang, Jawa Barat. Kapasitas produksi pabrik tersebut mencapai 244 juta liter per tahun untuk susu cair dan 476.000 ton per tahun untuk produk krimer kental manis. Korporasi menargetkan, 90 persen dari hasil produksi akan diekspor dan 10 persen mengisi pasar dalam negeri.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Selasa (9/3/2021), mengatakan, menyambut baik investasi yang mengarah pasar eskpor tersebut. Tidak hanya itu, perusahaan juga berkomitmen mengembangkan dan memperkuat kemitraan dengan koperasi dan peternak sapi perah.
”Kami berharap kontribusi perusahaan terhadap sektor peternakan sapi perah rakyat untuk mendorong kuantitas dan kualitas susu segar di dalam negeri terus berkelanjutan. Tujuannya agar dapat mengurangi ketergantungan impor bahan baku,” tuturnya dalam acara peletakan batu pertama atau groundbreaking pabrik baru PT Frisian Flag Indonesia yang disampaikan melalui siaran pers.
Harapan itu seiring dengan dengan program Kementerian Perindustrian untuk mewujudkan substitusi impor sebanyak 35 persen pada 2022. Pertumbuhan produksi susu segar dalam negeri perlu didongkrak agar dapat mengimbangi laju pertumbuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan susu di Indonesia.
Kami berharap kontribusi perusahaan terhadap sektor peternakan sapi perah rakyat untuk mendorong kuantitas dan kualitas susu segar di dalam negeri terus berkelanjutan. Tujuannya agar dapat mengurangi ketergantungan impor bahan baku.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, bahan baku yang dapat dipasok dari dalam negeri hanya mampu memenuhi 22 persen dari kebutuhan industri pengolahan susu nasional. Di sisi lain, tingkat konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia sekitar 16,9 kilogram per kapita per tahun setara susu segar. Angka konsumsi ini dapat ditingkatkan.
Pabrik yang baru dibangun dapat menyerap tenaga kerja hingga 848 orang. Pembangunan pabrik juga disertai dengan sejumlah program kemitraan perusahaan, seperti titik pengumpulan (milk collecting point/MCP) koperasi susu, peningkatan kapabilitas sumber daya manusia melalui Akademi Peternak Muda dan Farmer2Farmer, serta pembangunan desa susu.
Melalui investasi itu, Presiden Direktur PT Frisian Flag Indonesia Maurits Klavert menuturkan, Frisian Flag akan meningkatkan penyerapan susu segar dalam negeri yang dipasok oleh peternak sapi perah rakyat di Indonesia.
”Selain fasilitas pengolahan produk susu cair siap minum dan susu kental manis, pabrik ini juga mencakup sentra logistik dan distribusi,” katanya.
Frisian Flag akan meningkatkan penyerapan susu segar dalam negeri yang dipasok oleh peternak sapi perah rakyat di Indonesia.
Sementara Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian mengemukakan, ekspansi korporasi menunjukkan optimisme investor terhadap peluang yang tetap terbuka lebar dan iklim usaha yang makin kondusif di Indonesia di tengah tekanan pandemi Covid-19. Namun, perusahaan diharapkan tak hanya meningkatkan penanaman modal di Indonesia, tetapi juga memperkuat dan memperluas kemitraan dengan peternak sapi perah.
”Hal ini penting guna menaikkan pasokan bahan baku susu segar dari dalam negeri,” katanya.
Kementerian Perindustrian juga mencatat, PT Frisian Flag Indonesia menjadi salah satu pelaku industri pengolahan susu yang telah memanfaatkan insentif Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP). Secara keseluruhan, pemerintah menganggarkan Rp 583,2 miliar sepanjang 2020 untuk fasilitas BMDTP bagi 33 sektor industri terdampak pandemi Covid-19.