Nilai Ekspor Banyuwangi Meningkat, Komoditas Kian Beragam
Banyuwangi mulai ditunjuk sebagai Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal sejak tahun 2012. Hingga 2020, total nilai ekpor dari Banyuwangi berjumlah 53 juta dollar Amerika Serikat atau setara dengan Rp 765 miliar.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Sejak 2012 hingga 2020, nilai ekspor berbagai komoditas dari Banyuwangi menunjukkan tren peningkatan. Komoditas yang diekspor dari Banyuwangi juga semakin beragam jenisnya.
Beberapa waktu yang lalu, Banyuwangi untuk pertama kalinya mengekspor 20.000 liter reduktan pestisida ke Malaysia. Bila biasanya ekspor produk pertanian, kini Banyuwangi juga mampu mengekspor hasil riset pertanian.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi Nanin Oktaviantie di Banyuwangi, Rabu (24/3/2021). ”Pada tahun 2020 nilai ekspor dari Banyuwangi mencapai 7,1 juta dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 102 miliar. Angka tersebut meningkat dari tahun 2012 yang hanya 2,3 juta dollar AS atau setara dengan Rp 33 miliar,” ungkapnya.
Nanin mengatakan, nilai ekspor tersebut hanya dari komoditas yang meminta persetujuan minta persetujuan ekspor di Banyuwangi. Masih ada sebagian komoditas asli Banyuwangi yang diekspor melalui Surabaya atau Bali tanpa tercatat sebagai komoditas dari Banyuwangi.
Banyuwangi mulai ditunjuk sebagai Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal sejak tahun 2012. Sejak tahun 2012 hingga 2020, total nilai ekpor dari Banyuwangi berjumlah 53 juta dollar AS atau setara dengan Rp 765 miliar.
Penyumbang ekspor
”Komoditas ikan dan krustasea (udang-udangan) merupakan komoditas yang paling berkontribusi dalam ekspor dari Banyuwangi. Komoditas yang juga menyumbang ekpor tinggi ialah produk olahan perikanan serta kerajinan dari kayu,” kata Nanin.
Selain itu produk pertanian Banyuwangi juga turut berkontribusi pada ekspor. Beberapa komoditas pertanian tersebut, antara lain, buah-buahan, misalnya jeruk citrus dan melon serta kacang-kacangan.
Nanin menambahkan, pada 2018 dan 2019, nilai ekspor Banyuwangi sempat menurun drastis. Hal itu terjadi karena adanya larangan impor sejumlah produk kelautan, misalnya ikan hias dan terumbu karang.
Pada Kamis (18/3/2021) Banyuwangi melakukan seremoni pelepasan ekspor 1 ton coral melalui pengiriman ekspor langsung dari Bandara Banyuwangi. Ekspor coral kembali tumbuh pada November 2020, pascakeran ekspor ditutup sejak tahun 2018.
Komoditas ikan dan krustasea (udang-udangan) merupakan komoditas yang paling berkontribusi dalam ekspor dari Banyuwangi. Komoditas yang juga menyumbang ekpor tinggi ialah produk olahan perikanan serta kerajinan dari kayu (Nanin Oktaviantie )
Sehari sebelumnya pada Rabu (17/3/2021) Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani juga melepas 20.000 liter reduktan pestisida ke Malaysia. Komoditas yang baru pertama kali diekspor ini membuat komoditas ekspor dari Banyuwangi semakin beragam.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Banyuwangi Arief Setyawan sepakat jika ekspor reduktan pestisida membuat komoditas ekspor Banyuwangi semakin beragam. Bila biasanya Banyuwangi mengekspor produk pertanian dan perikanan, kini Banyuwangi mampu mengekspor hasil riset pertanian.
”Tahun lalu, Kebun Kopi Malangsari Kecamatan Glenmore Banyuwangi memasok 600 ton kopi untuk pasar Eropa. Sebelumnya Kelompok Tani Mendo Sampurno juga mengirim 200 kg beras organik ke Australia dan 20 kg ke Taiwan,” ujarnya.
CEO PT Pandawa Agri Indonesia Kukuh Roksa Putra produk reduktan pestisida yang ia ekspor berfungsi sebagai campuran pestisida sehingga bisa mengurangi penggunaan pestisida hingga 50 persen. Kendati dikurangi, pestisida yang dicampur dengan reduktan ini akan menghasilkan dampak yang sama.
”Kami mengirimkan 20.000 liter reduktan pestisida ke Perkebunan Felda Malaysia. Perekebunan ini yang merupakan perkebunan terluas kedua di dunia dengan luasan lahan hampir mencapai 1 juta hektar,” tuturnya.
Selain muncul komoditas ekspor baru, geliat perdagangan di Banyuwangi juga dimeriahkan ekportir-eksportir baru. Fasilitas ekspor kargo langsung dari Bandara Banyuwangi membuat sejumlah pengusaha mencoba untuk melakukan ekspor.
Salah satunya eksportir pendatang baru itu ialah CV Baruna Jaya yang bergerak di sektor jual-beli coral. Minggu lalu CV Baruna Jaya mengekspor 500 kg coral hidup dari Banyuwangi ke Hong Kong mengunakan fasilitas ekspor kargo langsung.
”Fasilitas exsport direct cargo membuat usaha kami semakin luas cakupan pasarnya. Sebelum ada pelarangan jual-beli coral, kami hanya menjual coral untuk pasar lokal. Namun, sejak mengetahui ada fasilitas export direct cargo, kami mencoba untuk memperlebar usaha dengan masuk ke pasar ekspor,” ujar Direktur CV Baruna Jaya Gede Wita.