Pintu Ekspor Banyuwangi Terbuka, Ekspor Lebih Murah dan Cepat
Ekspor koral kembali tumbuh pada November 2020 pascakeran ekspor ditutup sejak tahun 2018. Eropa, Asia, dan Amerika menjadi salah satu daerah tujuan penjualan koral dari Banyuwangi, Jawa Timur.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Banyuwangi mengekspor 1 ton koral sebagai salah satu produk kelautan ke Hong Kong. Hal ini semakin dipermudah seiring terbukanya pintu ekspor Banyuwangi dari Bandara Internasional Banyuwangi, Jawa Timur.
Ekspor koral kembali tumbuh pada November 2020 pascakeran ekspor ditutup sejak tahun 2018. Eropa, Asia, dan Amerika menjadi salah satu daerah tujuan penjualan koral dari Banyuwangi.
Executive General Manager Angkasa Pura II Bandara Banyuwangi Cin Asmoro mengatakan, Bandara Banyuwangi masih berstatus bandara internasional sehingga pemberangkatan ekspor bisa dilakukan dari bandara tersebut. ”Hari ini kami menerbangkan 1 ton koral dari eksportir Banyuwangi ke Hong Kong melalui transit Jakarta. Banyuwangi kini sudah menjadi pintu ekspor karena di Jakarta komoditas yang diekspor hanya transit,” ujarnya.
Kamis (18/3/2021), sebanyak 1 ton koral dari dua eksportir Banyuwangi dikirim ke Hong Kong. Cin mengatakan, pengiriman koral ini bukan yang pertama. Pengiriman ekspor melalui largo langsung sudah dilakukan untuk komoditas yang sama sejak November 2020.
Angkasa Pura II Bandara Banyuwangi, kata Cin, siap mendukung ekspor komoditas Banyuwangi yang akan diperdagangkan ke luar negeri. Fasilitas kargo juga sudah disiapkan untuk mendukung upaya peningkatan ekonomi tersebut.
Station Manager Angkasa Pura Kargo Banyuwangi Leni Satriana mengatakan, pihaknya sudah lima kali menangani ekspor kargo langsung. Pengiriman yang sudah dilakukan sejak November 2020 itu seluruhnya merupakan pengiriman komoditas koral.
”Bila semua syarat ekspor sudah dipenuhi para eksportir, Angkasa Pura Kargo siap melayani pengiriman tersebut. Kami sampai saat ini baru memiliki ruang berkapasitas 3 ton. Menurut rencana, kami akan segera meningkatkan kapasitas ruang kargo untuk mempermudah pemeriksaan barang-barang sebelum dikirim,” ujarnya.
Manajer Srikandi Aquarium Ucik Trisnawati mengaku sangat terbantu dengan hadirnya fasilitas ekspor kargo langsung dari Bandara Banyuwangi. Pasalnya, fasilitas ini membuat pengiriman koral yang merupakan makhluk hidup menjadi lebih cepat dan murah.
Ucik mengaku sebelumnya ia harus mengirim koral-koral hasil budidaya tersebut melalui Bali. Pengurusan dokumen juga harus ia lakukan di Bali. Koral yang dikirim ke Bali nantinya juga akan transit ke Jakarta untuk kemudian diterbangkan ke negara tujuan.
”Dengan adanya fasilitas ini, kami tidak perlu menyeberang ke Bali untuk sekadar pengurusan dokumen. Ekspor koral dari Banyuwangi juga membuat saya menghemat waktu sampai lima jam karena saya tidak perlu melakukan pengantaran koral melalui jalan darat dari Banyuwangi ke Denpasar,” tuturnya.
Dengan dipangkasnya perjalanan darat dari Banyuwangi ke Bali, Ucik mengaku menjadi lebih hemat Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta untuk setiap pengiriman lebih kurang 600 kilogram koral. Biaya tersebut belum termasuk biaya akomodasi selama mengurus dokumen di Bali.
Ucik mengatakan, selama ini, Eropa, Amerika, dan China menjadi pasar terbesar penjualan koral dari Banyuwangi. Pasar Eropa bahkan mencapai 40 persen dari penjualannya selama ini.
Hal senada disampaikan Direktur CV Baruna Jaya Gede Wita yang kali ini mengekspor 500 kilogram koral ke Hong Kong. Fasilitas ekspor kargo langsung membuat usaha Gede semakin luas cakupan pasarnya.
”Sebelum ada pelarangan jual beli koral, saya hanya jual koral untuk pasar lokal. Namun, sejak mengetahui ada fasilitas ekspor kargo langsung, saya mencoba untuk memperlebar usaha dengan masuk ke pasar ekspor,” ujarnya.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang hadir untuk melepas ekspor komoditas kelautan itu juga mengapresiasi fasilitas tersebut. Ia berharap fasilitas ini banyak diketahui pelaku usaha di Banyuwangi sehingga tertarik untuk memasarkan produknya ke pasar ekspor.