Indonesia punya potensi biogas yang terbilang besar lantaran banyaknya ternak yang dipelihara warga di perdesaan. Biogas bisa menggantikan elpiji dan dapat mengurangi subsidi atau beban impor.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berjanji akan merevitalisasi program pengembangan biogas rumah tangga lewat dukungan APBN mulai tahun depan. Biogas di perdesaan, dalam skala rumah tangga, bisa menjadi sumber energi pengganti elpiji. Program ini bisa mendukung capaian target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025.
Dengan memanfaatkan limbah rumah tangga dan kotoran ternak, melalui proses fermentasi atau dekomposisi dalam reaktor sederhana, gas dihasilkan dan dialirkan ke kompor-kompor biogas. Kandungan utama biogas adalah metana, karbon dioksida, hidrogen, dan nitrogen. Fungsi biogas dapat menggantikan elpiji.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana, Selasa (23/3/2021), mengatakan, pengembangan biogas di Indonesia tak lagi mendapat dukungan APBN selama tiga tahun terakhir. Namun, pemerintah menyadari, fungsi biogas dapat menggantikan elpiji yang sebagian besar disubsidi dan merupakan komoditas impor. Biogas juga berkontribusi terhadap pencapaian target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025.
”Kami akan mencari peluang untuk mendukung pengembangan biogas lewat dana alokasi khusus dalam APBN tahun depan. Kami sedang menyusun peta jalan pengembangan biogas ini dalam rangka mencapai target bauran energi terbarukan,” ujarnya dalam telekonferensi pers di acara "Satu Dekade Program Biogas Rumah Indonesia" di Jakarta.
Biogas juga berkontribusi terhadap pencapaian target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, 1 meter kubik biogas setara dengan 0,46 kilogram elpiji, 0,62 liter minyak tanah, dan 3,5 kilogram kayu bakar. Kotoran tiga ekor sapi bisa menghasilkan biogas 4 meter kubik per hari. Selain kotoran ternak, bahan baku biogas juga bisa dari sampah rumah tangga, seperti limbah sayur dan sejenisnya.
Program pengembangan biogas rumah tangga (Biru) di Indonesia diinisiasi oleh Hivos dan Yayasan Rumah Energi bersama Kementerian ESDM sejak 2009. Hivos adalah organisasi nirlaba dari Belanda. Sampai saat ini, program Biru telah menyebar di 14 provinsi dengan jumlah reaktor lebih dari 25.000 unit dan penerima manfaat 119.000 orang.
Direktur Eksekutif Yayasan Rumah Energi Rebekka Angelyn menuturkan, untuk mencapai target 1 juta biogas rumah tangga di Indonesia diperlukan kerja sama erat seluruh pemangku kepentingan, termasuk lintas kementerian. Tak hanya Kementerian ESDM, program ini juga membutuhkan dukungan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kementerian Koperasi dan UKM.
”Selain untuk pemenuhan energi menggantikan elpiji, program biogas rumah tangga bisa menjadi model ekonomi sirkular. Ampas biogas bisa diolah menjadi produk pupuk organik. Apabila dikelola dengan baik, program ini punya nilai ekonomi bagi pertanian dan peternakan,” tuturnya.
Sampai saat ini, program Biru telah menyebar di 14 provinsi dengan jumlah reaktor lebih dari 25.000 unit dan penerima manfaat 119.000 orang.
Warga Desa Pasanggrahan, Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Marzuki (49), merupakan salah satu pengguna biogas untuk bahan bakar memasak sekaligus penjual pupuk organik padat dari limbah biogas. Ia memiliki reaktor biogas berukuran 6 meter persegi yang dibangun sejak 2015. Dari kotoran dua ekor sapi miliknya, setiap bulan dihasilkan 200 kilogram pupuk organik limbah biogas.
”Pupuk organik ini saya jual Rp 1.000 per kilogram. Terkadang saya pakai sendiri untuk menyuburkan tanah. Tanaman dengan pupuk organik ini berkualitas lebih bagus dan bebas zat kimia,” ucap Marzuki (Kompas, 16/3/2021).
Ongkos pembangunan reaktor biogas yang dikembangkan Yayasan Rumah Energi bersama Hivos rata-rata Rp 11 juta per unit. Kapasitas reaktor mulai dari 2 meter kubik hingga 12 meter kubik. Selain menggantikan fungsi elpiji dan minyak tanah, energi dari biogas juga dapat menyalakan lampu.