Optimalkan Dampak Positif Transaksi Jasa Pesan Antar pada UMKM
Nilai layanan jasa pesan antar RI terbesar se-Asia Tenggara pada 2020. Layanan ini perlu dioptimalkan lagi bagi UMKM, terutama di kota-kota tingkat dua dan tiga.
Oleh
M Paschalia Judith J
·4 menit baca
Kompas/Priyombodo
Pengemudi ojek daring membeli makanan untuk pelanggan melalui aplikasi di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (2/11/2019). Bisnis kuliner merupakan salah satu bisnis yang sangat terbantu di era ekonomi digital. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terjun ke daring mencapai 9,62 juta unit selama 2017-2018.
JAKARTA, KOMPAS — Sepanjang 2020, total nilai transaksi bruto atau GMV jasa pesan antar makanan-minuman berbasis teknologi digital di Indonesia merajai kawasan Asia Tenggara. Agar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM dapat semakin merasakan manfaatnya, kinerja transaksi ini dapat dioptimalkan dengan memprioritaskan produk domestik, distribusi margin, dan perluasan jangkauan pelayanan.
Laporan berjudul ”Food Delivery Platforms in Southeast Asia” yang dipublikasikan Momentum Works pada Januari 2021 menyebutkan, GMV dari gabungan layanan pesan antar makanan di enam negara di kawasan Asia Tenggara mencapai 11,9 miliar dollar Amerika Serikat (AS) pada 2020. Nilai ini tumbuh 183 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pandemi Covid-19 yang membatasi jarak fisik menjadi faktor pendorongnya.
Dari segi jumlah GMV per negara, Indonesia menempati posisi puncak dengan kontribusi 3,7 miliar dollar AS. Lima negara lainnya ialah Thailand dengan GMV 2,8 miliar dollar AS, Singapura (2,4 miliar dollar AS), Filipina (1,2 miliar dollar AS), Malaysia (1,1 miliar dollar AS), dan Vietnam (0,7 miliar dollar AS).
Ada dua pemain jasa antar makanan-minuman di Indonesia yang mendominasi, yakni GrabFood dari PT Solusi Solusi Transportasi Indonesia (Grab Indonesia) dan GoFood dari PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek Indonesia). Secara nasional, Grab menguasai 53 persen pangsa pasar layanan tersebut, sedangkan Gojek 47 persen.
Dari segi jumlah GMV per negara, Indonesia menempati posisi puncak dengan kontribusi senilai 3,7 miliar dollar AS. Ada dua pemain jasa antar makanan-minuman di Indonesia yang mendominasi, yakni GrabFood dari Grab Indonesia dan GoFood dari Gojek Indonesia.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR
Pengojek daring mengantre untuk memesan makanan di salah satu restoran cepat saji di Pondok Indah, Jakarta, Selasa (14/4/2020). Permintaan membeli makanan ataupun mengantar paket dari klien menurun selama pembatasan sosial berskala besar.
Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingratubun, Minggu (14/3/2021), mengatakan, pelaku UMKM merasakan manfaat dari pengembangan sistem jasa pesan antar makanan-minuman berbasis teknologi digital, seperti GrabFood dan GoFood. Dampak positif itu cukup kentara saat pandemi Covid-19.
Jasa pesan antar makanan-minuman membuat pelaku UMKM di sektor terkait tetap dapat beroperasi dan menjual produknya kepada konsumen. Layanan tersebut juga mempermudah transaksi nontunai antara pelaku UMKM dan pembeli.
”Ke depan, kami berharap pemain jasa tersebut membuat sistem yang menguatkan keberpihakan kepada pelaku UMKM yang menjual produk lokal,” tuturnya, saat dihubungi di Jakarta.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat Komite Pengusaha Mikro Kecil Menengah Indonesia Bersatu (Kopitu) Asikin Chalifah Asikin menuturkan, kehadiran bisnis layanan pesan antar makanan-minuman mesti ditinjau dari aspek konsumen dan produsen. Konsumen diuntungkan lantaran tidak perlu hadir secara fisik di gerai produsen sehingga lebih praktis dalam membeli produk.
Pelaku UMKM sebagai produsen mesti beradaptasi dengan salah satu bentuk layanan digital tersebut. Produsen dan konsumen tersebut sama-sama perlu membayar biaya layanan kepada pemain jasa pesan antar.
”Kadang-kadang, biaya layanan itu membuat produk menjadi lebih mahal. Padahal, produsen juga membutuhkan margin dengan harga layak dan konsumen butuh produk dengan harga terjangkau. Oleh sebab itu, kami berharap margin tersebut lebih terdistribusi secara merata antara produsen, konsumen, dan pelaku jasa pesan antar,” tuturnya.
Kompas/Yuniadhi Agung
Sejumlah ojek daring menunggu pesanan makanan di Pasar Santa, Jakarta Selatan, Senin (13/7/2020). Kawasan Pasar Santa dalam beberapa tahun lalu sempat menjadi tempat singgah yang populer di kalangan remaja karena kios-kios kosong di pasar tersebut disewakan kembali dan berubah menjadi aneka kios yang menjual berbagai pernik kekinian yang menarik.
Agar manfaat GMV itu dirasakan secara optimal, peneliti Center of Innovation and Digital Economy Institute for Development Economics and Finance (Indef) Media Wahyudi Askar menilai, pemain jasa pesan antar digital mesti memperluas jangkauannya hingga merengkuh pelaku UMKM konvensional. Kelompok ini merupakan pelaku UMKM makanan-minuman yang masih mengandalkan gerobak atau gerai fisik sebagai sarana berjualan satu-satunya.
Perluasan jangkauan tersebut menghadapi tantangan berupa analisis bisnis mengenai perbandingan antara biaya yang dibutuhkan dan keuntungan yang bisa didapatkan (cost and benefit analysis). Dengan demikian, pemain jasa tidak dapat berupaya sendiri.
Dalam hal ini, lanjut Media, pemerintah memegang peran kunci untuk mengatasi batasan literasi digital melalui pelatihan dan pendampingan sehingga UMKM konvensional dapat bergabung dalam ekosistem jasa pesan antar digital. ”Pemerintah dan pebisnis jasa juga perlu memastikan tidak adanya fenomena predatory pricing yang menyebabkan pelaku UMKM sulit berjualan secara adil dalam ekosistem pesan antar digital,” katanya.
Chief Executive Officer Momentum Works Jianggan Li memperkirakan, pertumbuhan layanan pemesanan dan pengiriman makanan sepanjang 2020 akan bersifat permanen karena adanya tren digitalisasi dan perubahan perilaku konsumen. Dia juga menekankan, pasar di kota-kota tingkat (tier) kedua dan ketiga di Indonesia masih belum siap mengadopsi layanan pesan antar makanan secara digital.
Pasar di kota-kota tingkat (tier) kedua dan ketiga di Indonesia masih belum siap mengadopsi layanan pesan antar makanan secara digital.
Per Agustus 2020, Grab mencatat ada lebih dari 150.000 mitra baru. Mereka bergabung melalui layanan GrabBike, GrabCar, dan GrabFood. Selain itu, sekitar 32.000 pedagang pasar tradisional masuk ekosistem Grab melalui GrabMart dan GrabAssistent. Grab juga bekerja sama dengan lebih dari 20 instansi pemerintahan di tingkat pusat dan daerah untuk menggulirkan program digitalisasi UMKM.
Sementara Gojek mencatat, dua bulan setelah kasus positif Covid-19 pertama diumumkan di Indonesia pada Maret 2020, sebanyak 120.000 pelaku UMKM bergabung dengan Gojek. Hingga akhir 2020, sebanyak 750.000 mitra usaha kuliner di sejumlah daerah Indonesia bergabung dalam GoFood. Dari jumlah itu, khusus kategori UMKM meningkat 50 persen daripada tahun sebelumnya. Sama halnya dengan Grab, Gojek juga bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah untuk memfasilitasi pedagang pasar menjual dagangan melalui fitur GoShop dan GoFood.