Transisi energi global membuat sejumlah perusahaan yang semula berbisnis energi fosil mulai melirik pengembangan energi terbarukan. Indika Energy, sebagai perusahaan tambang batubara, mencoba mengikuti tren tersebut.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Petugas mengecek panel surya di pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 600 KWP di Gili Trawangan, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Kamis (29/3/2018).
JAKARTA, KOMPAS — PT Indika Energy Tbk mulai melirik pengembangan energi terbarukan dari tenaga surya. Perusahaan yang bisnis utamanya tambang batubara tersebut menggandeng Fourth Patner Energy, sebuah perusahaan pengembang tenaga surya dari India, dengan mendirikan perusahaan patungan, PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya atau EMITS.
Perusahaan patungan tersebut menargetkan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas hingga 550 megawatt di sejumlah negara. Menurut Direktur Utama Indika Energy Arsjad Rasjid, kemitraan dengan Fourth Patner Energy itu sebagai bagian dari pengembangan portofolio perusahaan di masa mendatang.
Kemitraan ini sekaligus untuk mendukung target bauran energi terbarukan Indonesia sebesar 23 persen pada 2025 dan 31 persen pada 2050. Kerja sama dengan pihak lain dibutuhkan lantaran investasi proyek energi terbarukan membutuhkan dana besar.
”Kami berkomitmen untuk menjadi bagian dari perjalanan Indonesia dengan memaksimalkan seluruh potensi yang ada untuk menghadirkan solusi tenaga surya dengan biaya yang kompetitif di Indonesia,” kata Arsjad dalam keterangan resmi, Jumat (5/3/2021).
Arsjad menambahkan, pendirian EMITS merupakan komitmen Indika untuk menaikkan pendapatan perusahaan dari sektor nonbatubara hingga 50 persen di 2025. Dasar Indika adalah besarnya potensi energi terbarukan yang ada di Indonesia serta meningkatnya permintaan energi bersih dan ramah lingkungan di kancah global. Pihaknya menyatakan akan menjaga komitmen untuk menjalankan bisnis secara berkelanjutan.
Perusahaan patungan ini menargetkan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas hingga 550 megawatt di sejumlah negara.
Co-Founder dan Executive Director Fourth Patner Energy Vivek Subramanian menambahkan, kerja sama dengan Indika merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk berekspansi di kawasan Asia Tenggara. Apalagi, Indonesia memiliki ambisi menaikkan bauran energi terbarukan sejalan dengan potensi yang ada di negara ini. Ia meyakini EMITS mampu bersaing dalam hal pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
”EMITS siap mengambil peranan penting dalam program transisi energi di Indonesia dengan menghadirkan solusi pengembangan tenaga surya,” ujar Vivek.
Di sektor tenaga surya, Pemerintah Indonesia akan mengoptimalkan permukaan air waduk di Pulau Jawa sebagai lokasi pembangunan PLTS terapung. Potensi yang bakal dikembangkan mencapai 1.900 megawatt dan sedang dimasukkan dalam rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL). PLTS diandalkan untuk mempercepat peran bauran energi terbarukan.
Menurut Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana, target porsi energi baru dan terbarukan pada bauran energi nasional tahun 2025 adalah 23 persen. Posisi sampai akhir 2020 sebesar 11,5 persen atau masih separuh dari target yang tersisa lima tahun ke depan tersebut. Pengembangan energi terbarukan yang paling cepat dilaksanakan adalah pembangunan PLTS.
PLTS diandalkan untuk mempercepat peran bauran energi terbarukan.
Petugas mengisi daya mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Pertamina, Jalan Fatmawati, Jakarta, Selasa (15/12/2020). Gerai SPKLU ini merupakan bentuk komitmen PT Pertamina (Persero) untuk mendorong tumbuhnya ekosistem kendaraan listrik dan mendukung penggunaan energi bersih serta energi terbarukan di Indonesia. SPKLU komersial yang terpasang di SPBU Fatmawati ini merupakan stasiun pengisian daya fast charging 50 kW yang mendukung pengisian daya dari berbagai tipe gun mobil listrik di Indonesia.
”PLTS menjadi salah satu prioritas dalam RUPTL. Kami akan masukkan semua potensi PLTS terapung dari waduk yang ada di Jawa ke dalam penyusunan RUPTL. Ada 1.900 megawatt (MW) yang kami masukkan,” kata Dadan dalam webinar bertajuk ”Central Java Solar Day 2021”, Selasa (16/2/2021).
Selain pengembangan PLTS terapung, imbuh Dadan, pemerintah juga tengah mendorong penggantian pembangkit listrik tenaga diesel oleh pembangkit yang bersumber dari energi terbarukan, khususnya tenaga surya. Sejauh ini tercatat ada sekitar 200 MW pembangkit diesel yang akan digantikan dengan PLTS. Lokasi pembangkit diesel tersebut umumnya ada di wilayah pulau-pulau kecil atau terpencil yang belum tersambung dengan jaringan listrik PLN.
Mengutip data dari Kementerian ESDM, potensi sumber energi terbarukan di Indonesia mencapai 417.800 MW. Potensi terbesar ada di tenaga surya yang mencapai 207.800 MW peak (MWp), lalu tenaga bayu 60.600 MW, bioenergi 32.600 MW, panas bumi 23.900 MW, dan gelombang laut 17.900 MW. Dari semua potensi itu, yang termanfaatkan baru 10.400 MW atau sekitar 2,4 persen saja. Sementara porsi energi baru dan terbarukan dalam bauran energi nasional masih sekitar 10,9 persen.