Kondisi geografis di Indonesia yang berupa kepulauan menjadi tantangan bagi PLN untuk mewujudkan rasio elektrifikasi nasional 100 persen. Pemanfaatan potensi energi terbarukan menjadi salah satu strategi penting.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tantangan mengalirkan listrik ke seluruh wilayah Indonesia masih berat kendati rasio elektrifikasi nasional sudah mencapai 99 persen. Pasalnya, wilayah-wilayah yang belum terjangkau listrik tersebut berada di kawasan terpencil dengan kondisi medan yang sulit.
Oleh karena itu, pemberdayaan potensi lokal berupa energi terbarukan setempat menjadi solusi untuk meningkatkan elektrifikasi di wilayah tersebut.
Hal itu mengemuka dalam webinar bertajuk ”75 Tahun PLN Menerangi Negeri”, Kamis (4/3/2021). Wakil Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Darmawan Prasodjo; Kepala Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Deendarlianto; penulis buku Menerangi Negeri: PLN 75 Tahun, Try Harijono; dan kurator foto buku Menerangi Indonesia Memajukan Bangsa, Arbain Rambey; hadir sebagai narasumber.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini, sebagai pembicara kunci, mengatakan, tantangan yang dihadapi untuk menjangkau 1 persen populasi Indonesia yang belum terlistriki berat. Mereka berada di wilayah-wilayah yang tidak terjangkau jaringan PLN dan tidak tersedia sumber energi primer. Diperlukan daya juang luar biasa untuk melistriki wilayah dengan kondisi semacam itu.
”Kami sangat paham, tantangan untuk melistriki wilayah yang 1 persen tersebut adalah tantangan luar biasa. Namun, saya paham, tim kami di PLN memiliki daya juang luar biasa untuk melistriki seluruh wilayah Indonesia hingga rasio elektrifikasi mencapai 100 persen,” kata Zulkifli.
Diperlukan daya juang luar biasa untuk melistriki wilayah dengan kondisi semacam itu.
Hal yang sama disampaikan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana. Menurut dia, tak mudah mengalirkan listrik ke seluruh wilayah terpencil hingga rasio elektrifikasi nasional mencapai 100 persen. Kendati rasio elektrifikasi sudah mencapai 100 persen, tantangan berikutnya adalah pasokan listrik tersebut andal tersedia selama 24 jam.
”Ini tantangan yang harus bisa dijawab PLN agar keadilan energi di Indonesia bisa diwujudkan,” ujar Rida.
PLN, menurut Darmawan, memiliki beberapa strategi untuk melistriki seluruh wilayah Indonesia. Salah satu caranya, dengan mengoptimalkan potensi energi terbarukan di wilayah tersebut. PLN memiliki program untuk mengganti pembangkit listrik tenaga diesel dengan pembangkit yang menggunakan sumber energi terbarukan, seperti bayu, air, biomassa, atau tenaga surya.
”Tidak mudah mewujudkan rasio elektrifikasi 100 persen di Indonesia. Di lapangan, kami harus membelah bukit dan menyeberangi laut. Kondisi geografisnya sangat berat,” ujar Darmawan.
Deendarlianto mencatat sejumlah program penting yang harus dilakukan PLN untuk menjawab tantangan rasio elektrifikasi dan mengoptimalkan sumber energi terbarukan. Program tersebut antara lain substitusi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke sumber energi terbarukan atau sistem hibrida, pencampuran biomassa dengan batubara pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), serta percepatan pengembangan pembangkit energi terbarukan.
”Bagaimana program tersebut bisa diwujudkan dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan dan keseimbangan antara permintaan dan pasokan. Keandalan pasokan juga tak boleh diabaikan,” kata Deendarlianto.
Tercatat ada 55 pembangkit listrik tenaga diesel dengan kapasitas hampir 1.700 megawatt yang dialihkan ke bahan bakar gas.
PLN telah memulai substitusi PLTD ke pembangkit berbahan bakar gas sehingga emisi yang dihasilkan lebih rendah dan biaya operasional lebih murah. Ada 55 pembangkit listrik tenaga diesel dengan kapasitas hampir 1.700 megawatt yang dialihkan ke bahan bakar gas. Program tersebut juga untuk meningkatkan serapan gas di dalam negeri.
Saat ini, konsumsi solar untuk pembangkit listrik PLN mencapai 3,1 juta kiloliter per tahun. Program konversi bahan bakar solar ke gas pada pembangkit listik akan mengurangi konsumsi solar PLN sebanyak 2,1 juta kiloliter per tahun. Masih ada 1 juta kiloliter konsumsi solar untuk pembangkit listrik PLN yang tersebar di wilayah terpencil dan terluar di Indonesia.
”Program konversi ini adalah untuk menjalankan Keputusan Menteri ESDM Nomor 13 K/13/MEM/2020. Dengan menggunakan gas di dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor BBM untuk pembangkit listrik, kami berharap ketahanan energi dalam negeri bisa terwujud,” kata Direktur Energi Primer Rudy Hendra dalam siaran pers.