Pada periode panen raya, Maret-April 2021, harga beras terancam merosot seiring produksi yang melimpah.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Harga gabah kering panen berpotensi anjlok saat produksi meningkat pada panen raya Maret-April 2021. Perum Bulog dapat melindungi petani dari tekanan harga itu, tetapi terkendala dalam penyaluran hasil serapan.
Proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), produksi gabah kering giling (GKG) pada Januari-April 2021 sebesar 25,37 juta ton atau 14,54 juta ton setara beras. Produksi ini lebih tinggi dibandingkan dengan Januari-April 2019 yang sebanyak 23,78 juta ton GKG atau 11,46 juta ton setara beras dan Januari-April 2020 sebanyak 19,99 juta ton GKG atau 11,46 juta ton setara beras.
Seiring kenaikan produksi, harga gabah menjelang panen raya Maret-April 2021 cenderung merosot. Data BPS menunjukkan, gabah kering panen (GKP) di tingkat petani pada Februari 2021 seharga Rp 4.758 per kilogram (kg) atau lebih rendah 3,31 persen dibandingkan dengan Januari 2021. Harga itu merosot 8,08 persen dari harga Februari 2020.
Ketua Dewan Penasihat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) sekaligus Wakil Menteri Perdagangan periode 2011-2014 Bayu Krisnamurthi menilai, Perum Bulog menghadapi persoalan fundamental, yakni berkurangnya kanal penyaluran. ”Akibatnya, harga di tingkat petani menjadi lebih rendah karena daya serap (Bulog) yang menjaganya kecil,” katanya saat dihubungi, Selasa (2/3/2021).
Perum Bulog menghadapi persoalan fundamental, yakni berkurangnya kanal penyaluran.
Ia memperkirakan, saat terlibat dalam program bantuan sosial beras sejahtera, Perum Bulog dapat menyalurkan beras 220.000-230.000 ton per bulan atau 2,5 juta ton per tahun. Namun, kini Perum Bulog belum memiliki kanal penyaluran dengan volume serupa.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal menyebutkan, perusahaan menetapkan target pengadaan beras dari dalam negeri 1,4 juta ton pada 2021. Target ini bisa berubah mengikuti situasi hulu-hilir perberasan, termasuk stok yang sedang dikelola Perum Bulog.
Perum Bulog menetapkan target pengadaan beras dari dalam negeri 1,4 juta ton pada 2021.
Per 2 Maret 2021, realisasi pengadaan beras dalam negeri 40.000 ton. Adapun realisasi penyalurannya terdiri dari operasi pasar cadangan beras pemerintah 105.000 ton, tanggap darurat 850 ton, dan golongan anggaran 11.000 ton. Stok beras yang dikelola Perum Bulog berkisar 900.000-1 juta ton.
Terkait penyerapan, Awaludin menyebutkan, kebijakan perberasan beserta tata kelola stoknya mesti terintegrasi dari hulu ke hilir.
”Kami mengharapkan kepastian di hilir sehingga perputaran stok yang dikelola Bulog dapat lebih baik. Bulog sulit bersaing dengan pemain beras lainnya secara bisnis karena kami wajib membeli gabah atau beras dengan harga pembelian pemerintah saat sedang anjlok, sedangkan pemain lain bisa menggunakan harga di bawahnya,” tuturnya saat dihubungi.
Sebelumnya, Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, harga GKP di tingkat petani turun ketika produksinya meningkat. Oleh sebab itu, dia memperkirakan, harga GKP di tingkat petani pada panen raya Maret-April 2021 merosot.
Alarm harga
Di sisi lain, Bayu menyoroti pergerakan harga beras internasional yang tengah merangkak naik. ”Tren ini turut menjadi alarm bagi perberasan nasional selain problematika serapan Bulog yang terkendala,” katanya.
Bayu menambahkan, berdasarkan data yang dihimpun, harga beras Indonesia saat ini lebih tinggi 10 persen dibandingkan dengan harga beras internasional. Biasanya, harga beras Indonesia rata-rata lebih tinggi sekitar 50 persen.
Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), indeks seluruh harga beras pada Januari 2021 di posisi 114,3. Posisi indeks ini lebih tinggi dibandingkan dengan Desember 2020, yakni 111,4 dan Januari 2020 yang di posisi 103,4.